[Sudah selesai kursusnya? Aku akan menjemputmu.]
Aku sudah bertekad untuk menghindari Kim Seok Jin dalam bentuk apapun. Tapi nampaknya dia bukan pemuda yang gampang menyerah. Meski aku mengabaikan segala usahanya menghubungiku sejak dua jam lalu, dia malah menelponku.
Menatap layar ponselku dengan kesal, aku teringat ancaman orangtuaku untuk tidak merusak segala usaha mereka dalam membangun relevansi dengan keluarga Seok Jin. Jadi dengan terpaksa aku mengangkat telpon darinya.
"Halo?"
"Sudah selesai kursusnya?"
"Sudah," jawabku. Kakiku melangkah keluar dari pintu lift.
"Aku akan menjemputmu."
"Tidak perlu, Seok Jin. Aku sudah di jemput oleh supir."
"Tapi aku tidak lihat ada mobilmu."
"Apa?"
Alisku berkerut. Ketika aku keluar dari lobi hotel, aku mendapati Seok Jin bersandar pada badan mobilnya sambil melambai ke arahku. Garis mataku mendadak datar. Mematikan panggilan, aku melangkah nyaris ogah-ogahan ke arahnya seraya menggerutu, "percuma saja menolak."
Seok Jin menyambutku dengan senyuman. Aku tidak bohong soal pemuda tampan ini yang senyumannya dapat mencairkan bongkahan es di seluruh kutub. Tapi sejak ayah mengancamku beberapa hari lalu, aku jadi sedikit kesal padanya.
"Kita langsung pulang atau makan dulu?" tanya Seok Jin.
Aku bergumam sesaat, "sepertinya aku ingin makan dulu. Perutku keroncongan sejak di dalam dan aku hanya bisa makan dua potong pastry."
"Baiklah," Seok Jin membuka pintu mobilnya, "silahkan masuk."
Aku pun masuk ke dalam mobil lalu tak berapa lama mobil Seok Jin sudah berada dalam jalur jalan Seoul.
"Kau makan apa?"
"Apapun. Asal yang membuatku kenyang."
"Kau batal diet lagi?"
Aku mengangguk malu. Seok Jin justru terkekeh.
"Sudah kubilang, dietmu hanya akan menjadi wacana saja. Lagipula untuk apa sih kau diet? Kau tetap cantik meski pipimu sebesar adonan kue yang mengembang."
"Yak! Seok Jin!" kulempar kotak tisu kosong tepat ke arah Seok Jin yang terkekeh keras.
Aku melempar muka ke luar kaca mobil. Disaat melintasi taman Hangang, aku menemukan sosok yang aku kenali. Buru-buru aku menyuruh Seok Jin untuk menepi. Lalu kemudian berlari kecil menghampiri sosok itu.
"Hai Cooper?"
Bocah kecil yang tengah bermain pasir itu mendongak. Matanya yang berbinar membentuk lengkungan indah.
"Jennie noona?"
Aku tidak tanya bagaimana Cooper tahu namaku. Jika malam itu aku memberitahu Taehyung tentang namaku, tentu saja Cooper tahu.
Aku berjongkok untuk menyamai bocah lima tahun itu yang sedang membuat gunung pasir.
"Kau sedang apa?"
"Sedang membuat istana pasir. Tapi sulit sekali," keluhnya.
Tentu saja sulit kalau membuat istana pasir hanya dengan tangan kosong. Aku melirik ke sekitar untuk mencari sosok Taehyung. Namun rupanya bocah ini hanya bermain seorang diri.
"Kakakmu kemana?" tanyaku pada Cooper yang masih berusaha membuat gunung pasir dengan tangan kecilnya.
"Taehyung hyung─"
![](https://img.wattpad.com/cover/187716727-288-k279158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Subete For You [KTH-KJN]
Storie d'amoreJennie Kim, tidak pernah diminta untuk dilahirkan menjadi dirinya yang sekarang. Penuh penekanan, pengekangan, dan aturan. Setiap tingkah dan lakunya di awasi ketat. Dan yang paling parah, dia terpaksa menjadi patuh supaya tetap dianggap sebagai ana...