Liburan musim panas tidak memiliki arti berarti bagiku. Jika kebanyakan orang mengisi liburan musim panas dengan pergi ke pantai atau piknik di taman, aku justru diwajibkan di rumah dengan melakukan aktifitas dua kali lipat lebih menyebalkan.
Selain kursus memasak dan kedisiplinan, aku terpaksa ikut dalam berbagai pertemuan yang ayah adakan dengan para politisi untuk membahas hal-hal semacam kerja sama, menanam saham, dan meminta dukungan untuk menjadi calon presiden di pemilihan tahun depan.
Parahnya, aku dipaksa untuk membuka lebar mulutku selama berjam-jam dan minum teh bersama anak-anak politisi dengan membicarakan hal-hal yang memuakkan.
Aku tidak suka itu. Aku lebih suka teman-temanku di kampus dulu yang lebih senang berkelakar setiap waktu daripada menyombongkan diri sendiri. Sayangnya, aku berhenti bertemu mereka karena ibu dan ayahku, tentu saja.
"Bu, boleh aku mencari udara segar sebentar?" kuberanikan diri untuk meminta ijin disela waktu break.
"Tidak. Kau bisa mengakrabkan diri dengan Evelyn dan Marry selagi mencari udara segar, bukan?" ucap ibu dengan suara yang dibuat sok baik. Tentu saja dia harus, karena dia saat ini sedang mengobrol dengan istri-istri para politisi.
"Tapi aku tidak suka. Mereka sombong. Aku ingin pergi sendiri," entah setan apa yang merasuk, hingga aku berani membantah ibu untuk pertama kali.
Ini satu-satunya kesempatanku pergi tanpa mendapat kritikan pedas. Karena sedang menjaga citra dirinya, ibu terpaksa mengijinkanku setelah tersenyum sok ramah pada istri para pejabat itu.
"Baiklah. Histor akan menemanimu. Jadi, cepat kembali!"
Aku melengos tanpa mengucapkan sepatah katapun. Terserah dengan siapa aku harus di dampingi, yang penting aku keluar dari neraka ini.
Menaiki mobil yang di supiri oleh Histor, supir keluargaku selama puluhan tahun, aku bingung hendak kemana aku pergi. Lalu, aku teringat dengan Taehyung dan Cooper, kemudian kuminta Histor untuk mengantarku ke toko.
Senangnya bisa bebas, aku berharap bisa mengobrol banyak dan mengeluh pada Taehyung. Tapi yang kutemui di meja kasir bukanlah Taehyung, tapi orang lain.
Aku ingat, dia pemuda yang menggantikan shift Taehyung waktu itu. Sedikit kikuk aku berjalan mendekat padanya yang menyambutku dengan ramah.
"Selamat datang, nona. Ada yang bisa kubantu?"
"Eh .. temanmu libur ya?" tanyaku terus terang.
Pemuda itu mengerutkan alis sejenak sebelum dia mengangkat kedua bola matanya lagi, "maksudmu Taehyung?"
Aku mengangguk mantap.
"Dia sedang mengambil liburnya. Katanya mau mendaftarkan adiknya untuk sekolah."
"Oh, begitu, ya. Baiklah, terima kasih."
Ah, sayang sekali Taehyung sedang tidak ada. Sembari masuk ke dalam mobil kembali, aku berdecak putus asa. Lalu kemana lagi aku akan pergi?
"Kita kembali ke hotel, nona?" tanya Histor.
"Jangan. Kita jalan saja dulu sampai aku memutuskan untuk kemana," perintahku.
"Tapi nona, nyonya menyuruhmu untuk cepat kembali."
"Kubilang jalan saja! Biar ibu jadi urusanku nanti. Cepat!"
Histor pun menjalankan mobil. Sementara aku menyandarkan kepala pada kaca mobil. Menatap jalanan dengan nanar.
Sebaiknya pergi kemana ya? Aku tidak punya teman yang bisa dihubungi sekarang. Jisoo pasti liburan di rumah orangtuanya. Rose sudah pasti pulang kampung ke Kanada. Taehyung juga tidak ada. Masa' aku harus kembali ke hotel sekarang? Aku tidak mau!
KAMU SEDANG MEMBACA
Subete For You [KTH-KJN]
RomanceJennie Kim, tidak pernah diminta untuk dilahirkan menjadi dirinya yang sekarang. Penuh penekanan, pengekangan, dan aturan. Setiap tingkah dan lakunya di awasi ketat. Dan yang paling parah, dia terpaksa menjadi patuh supaya tetap dianggap sebagai ana...