21

1.9K 236 39
                                    

Dalam hidup, aku belum pernah melakukan revolusi apapun. Termasuk melakukan tindakan anarkis seperti kabur dari rumah bersama seorang pemuda begini.

Aku, sudah terbiasa hidup sebagai putri tunggal dari keluarga Kim Jae Suk yang terpandang, yang selalu patuh dan sopan. Tapi kali ini, oh sungguh, aku benar-benar gila karena cinta.

Setelah ini aku tidak tahu harus berbuat apa. Jika aku tetap disini, cepat atau lambat ayah akan menemukanku dan aku pasti akan diseret pulang. Sementara Taehyung? Sudah jelas dia akan habis.

Menatap lilin kecil yang menjadi penerangan satu-satunya di rumah ini, pikiranku nyatanya sudah cukup tenang sekarang. Setidaknya aku aman untuk saat ini sampai orang rumah menyadari bahwa aku telah kabur.

Sebuah selimut tipis menghampiri tubuhku. Cukup membuat tubuhku yang menggigil kembali hangat. Si pemberi menghampiri, meletakkan dua gelas minuman panas di meja.

Taehyung juga sama kedinginannya dari aku. Wajahnya tampak pucat dan rambutnya masih basah. Tubuh atletisnya di balut dengan selembar kaus tipis yang tembus pandang, hingga aku dapat melihat bentuk persegi yang terpahat sempurna dibaliknya.

Alisku terangkat. Darimana dia mendapat tubuh atletis begitu?

Taehyung menatapku. Senyumnya mengembang begitu hangat.

"Jadi, kau sudah memutuskan?" tanyaku membuka obrolan.

"Soal apa?" tanya Taehyung yang meringkuk masuk dalam selimut juga.

"Soal surat yang kuberikan."

Taehyung diam sejenak. Dia tampak berpikir. Lalu sesaat kemudian dia memandangku sayu.

"Ya. Aku sudah memutuskan bahwa aku mencintaimu."

Anggap saja itu jawaban jujur darinya, tapi aku masih tetap penasaran.

"Sungguh?"

"Apa menurutmu aku sedang bermain-main sekarang?"

Aku mengedikkan bahu dengan acuh, "yeah siapa tahu. Kau pernah mempermainkanku dua kali."

Taehyung terkekeh singkat. Dia kemudian mengangkat gelasnya, menangkup cangkir besar itu dengan kedua tangannya yang berotot lalu mencium aromanya.

"Aku tertarik padamu sejak pertama kali bertemu."

Kepalaku langsung menoleh cepat.

"Permisi. Apa aku tidak salah dengar? Kapan kita pernah bertemu sebslum ini?"

Taehyung kini menoleh. Hembusan napasnya menerpa wajahku dengan bebas.

"Tidak ingat saat kau datang dengan seorang pemuda dan marah-marah di tokoku?"

Pandanganku kulempar ke langit-langit yang gelap, berusaha keras untuk mengingat yang Taehyung ucapkan barusan. Sayangnya aku payah mengingat sesuatu jadi meski aku berpikir selama apapun, aku tetap tidak ingat.

"Lupakan. Bagaimana saat kau mabuk dan meracau soal pertemuan keparat?"

Mataku langsung berbinar. Aku ingat. Saat itu aku jengkel pada anak perdana menteri yang terang-terangan menghinaku di depan pemuda yang dia suka. Aku bahkan sengaja menumpahkan minuman anggur di roknya yang katanya harganya milyaran won.

Hah. Aku beruntung sih saat itu karena anak perdana menteri tidak mengadu pada ayah.

"Jadi kau sudah tertarik padaku sejak saat itu?"

Taehyung mengangguk meyakinkan.

Aku mengamati kedua manik mata gelap pemuda itu, berusaha menemukan sesuatu seperti omong kosong atau kelakar konyol. Tapi rupanya Taehyung tidak sedang bergurau.

Subete For You [KTH-KJN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang