01. [Flash Back On]

4.5K 471 17
                                    

Huft . . .

Untuk hembusanku yang kesekian, aku masih merasakan sesak luar biasa dalam dadaku. Kepalaku terasa semakin berat hingga aku ingin membenturkannya pada kaca etalase toko.

Tak!

Sekaleng minuman soda mendarat keras di hadapanku sampai membuatku sedikit terlonjak kaget. Mataku terlempar pada sosok yang tengah dengan berani membangunkan beruang yang sedang hibernasi.

Mataku tak bisa untuk tidak mengernuit pada sosok pemuda yang baru saja melengos pergi dengan acuh. Spontan aku menegakkan tubuh.

"Permisi! Aku tidak pesan minuman," ujarku pada pemuda yang kini sudah kembali kebelakang meja kasir. Dia mengacuhkanku seolah aku ini hanya seonggok arwah gentayangan yang melayang di tokonya.

Aku berdiri, menghampirinya dengan membawa sekaleng minuman yang dia beri. Kemudian kukembalikan kepadanya.

"Kita tidak sedekat itu untuk saling berbagi minuman. Apalagi aku sama sekali tidak mengenalimu," tambahku dengan pandangan menelisik curiga terhadapnya.

Yang aku tahu, usaha semacam ini bisa aja dikatakan sebagai suatu cara pendekatan seorang pemuda yang mulai naksir pada seorang gadis. Baik, katakan aku memang cantik luar biasa, bahkan aku nyaris sempurna. Aku tidak heran jika ada seorang pemuda diam-diam menyukaiku dan berusaha untuk mendekatiku.

Tapi kalau dengan cara seperti ini dan juga sikapnya yang sedikit menjengkelkan, aku cukup merasa terhina.

Pemuda itu mendorong kembali soda itu ke arahku. Alisku semakin bertaut dan berniat melempar kaleng soda itu ke wajahnya jika saja pemuda itu masih kukuh pada sikap acuhnya yang menyebalkan.

"Kalau sedang pusing, jangan pernah berpikir untuk bisa melemparkan kepalamu ke suatu tempat atau bahkan membenturkannya dengan benda tumpul. Minum saja soda, lalu bersendawa dengan keras supaya kau lega."

Aku tersentak oleh ucapannya. Aku mulai melangkah mundur dengan diliputi rasa takut.

Darimana dia tahu isi otakku? Dia bukan paranormal, kan?

"Itu bukan urusanmu!"

Aku berseloroh sambil melengos pergi. Ketika aku barusaja membuka pintu toko, sesuatu meluncur ke arahku dan kemudian rok putih selututku sudah berubah warna menjadi merah dalam sepersekian detik cepat.

Pekikanku terdengar cukup nyaring. Amarahku yang sedari tadi belum menghilang sepenuhnya sudah kembali bergumul dan siap untuk kusemprot pada pelaku sesungguhnya.

Namun sayangnya aku harus menelan kembali kemarahanku ketika kulihat seorang bocah laki-laki yang memegang kaleng cat melongo kaget. Sudah dipastikan dia pelaku yang membuat rok ku berubah warna.

Bocah itu mendongak padaku dengan mata lebarnya yang berkaca-kaca. Bibirnya yang semula melongo pelahan mengatup dan membentuk lengkungan kebawah yang cukup artistik.

Astaga, aku tidak tahu masih ada saja seorang bocah yang sangat tampan dan menggemaskan semacam dia. Tapi sekarang bukan saat bagiku untuk memuji apa saja yang luar biasa pada bocah berusia kira-kira lima tahunan itu. Luluh oleh ekspresinya saja sudah cukup, aku masih ingat bagaimana aku dibuat kesal hari ini dan kuputuskan untuk melangkah pergi dengan sisa perasaan kesal.

Dalam hati aku menggerutu. Membiarkan rokku yang merah jadi bahan perhatian oran di jalan. Aku juga sudah merapalkan sumpah serapah apa saja yang bisa diucap oleh bibirku dan nyaris mengumpati siapa saja yang berani membuat masalah denganku, andai saja aku tidak mendengar suara bel sepedah yang terdengar darurat.

"Awas, minggir! Remku blong!"

Spontan aku berbalik. Tidak cukup waktu bagiku untuk mencerna apa yang akan terjadi di depan mataku hingga aku membuat keputusan yang sangat konyol dengan berlari ke seberang jalan dan pada detik berikutnya aku tersungkur.

Mendapati luka perih pada siku dan lututku, aku mengumpat sekali lagi dan mengutuk hari ini.

"Sial!" []




Bored? Flat aja sih disini emang. Tapi bertahanlah, bagian selanjutnya akan lebih menarik.

Subete For You [KTH-KJN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang