22

1.4K 147 49
                                    

Ketika kesadaranku mulai kembali ke permukaan, aku menggeliat ringan, menghirup aroma angin pagi yang menyejukkan kulit. Butuh beberapa saat bagiku untuk menyadari situasi dan kondisi saat ini.

Mataku perlahan terbuka. Pemandangan pertama yang kulihat adalah sosok pemuda yang tengah membungkuk membelakangiku. Dalam beberapa sekon aku tahu bahwa dia adalah Kim Taehyung, priaku.

Otakku mulai menggeliat, merangkai kejadian absurd nan anarkis yang terjadi semalam. Semuanya masih terasa tidak nyata bagiku. Seolah apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi.

Aku yang dikurung, lalu datanglah Taehyung, kami kabur, lalu saling mengungkapkan perasaan, dan ...

Bibirku menyunggingkan senyum saat kuingat semalam kami telah bercinta. Sekarang aku adalah milik Taehyung seutuhnya, baik secara jasmani maupun rohani. Semalam Taehyung benar-benar membuktikan ucapannya bahwa ia mencintaiku, dan bahwa ia ingin memilikiku.

Terbukti, setelah mandi bersama semalam Taehyung hendak mencumbuku sekali lagi. Tapi ketika kurasakan nyeri yang teramat saat buang air kecil, priaku mengurungkan niatnya sebab dia kasihan melihatku yang kesakitan.

Alhasil, kami berdua hanya tidur bersama tanpa busana dan saling melampiaskan hasrat dengan berciuman.

Aku menunduk, menatap sisa kebrutalannya semalam. Selimut yang kini kugunakan adalah hasil dari seprei yang tergulung oleh tubuh kami berdua. Bahkan bercak merahnya sudah mengering.

"Sudah bangun sayang?" Taehyung bertanya ketika ia bangkit.

Aku mengangguk lemas. Kemudian bangkit.

Taehyung berjalan mendekat, meninggalkan sebuah tas yang tampak penuh di bawah kakinya. Priaku melayangkan sebuah kecupan manis dibibir sebagai ucapan selamat pagi untukku.

Taehyung menarik tengkukku bermaksud mempertemuka dahi kami berdua, lalu ia berucap rendah.

"Maaf. Semalam aku lepas kendali. Aku telah merusakmu."

Tersenyum tipis, akupun menanggapi, "apa kau punya alasan yang masuk akal supaya aku bisa memaafkanmu?"

Manik gelap Taehyung menatapku begitu dalam sehingga aku tidak bisa berkutik saat ia berbicara dengan napas menyapu wajahku.

"Memang tidak cukup alasan cinta digunakan untuk memiliki tubuhmu. Aku juga tidak mau berjanji. Tapi, aku benar-benar akan mendatangi orangtuamu dan memintamu untuk menjadi milikku." Taehyung menjeda sejenak, lalu melanjutkan, "aku sengaja menguasaimu semalam karna aku ingin dirimu tahu siapa pemilik hatimu sebenarnya. Selaput dara itu telah kurenggut, kesucianmu milikku, jadi aku yang berhak atas dirimu. Tentu saja setelah aku melamarmu di depan orangtuamu."

Mendadak aku diliputi rasa khawatir. Kutarik kepalaku seraya mengigit bibir bawah sehingga membuat alis Taehyung berkerut.

"Kenapa sayang?"

"Aku .. aku takut. Apa orangtuaku akan merestui kita?"

"Kita tidak tahu sebelum kita mencoba. Apapun yang terjadi aku pasti akan mendatangi orangtuamu."

"Tapi ..." ujarku lirih, aku menatap Taehyung dengan cemas, "orangtuaku tidak akan semudah itu merestui hubungan kita."

"Dan mereka tidak akan semudah itu memisahkan kita berdua," Taehyung meraih dahiku dengan sebuah kecupan singkat nan hangat, "jangan cemas, aku akan memperjuangkanmu apapun yang terjadi."

Entah kenapa aku merasakan lidahku getir. Aku tidak bisa menjamin apa yang akan dilakukan Taehyung akan berjalan mulus. Orangtuaku, mereka gila harta. Mereka akan sangat menentang hubunganku dan Taehyung. Aku tidak takut jika mereka tidak merestui hubungan kami, yang kutakutkan mereka akan menyakiti Taehyung.

Sapuan halus pada pipi membuat lamunanku tercecer. Taehyung memberiku seulas senyum yang sulit untuk kutolak.

"Jangan khawatirkan apapun. Tunggu sampai kondisi membaik. Mereka pasti akan menyesal melihatmu pergi dan mempertimbangkan semua. Sekarang berisaplah, kita harus pergi," Taehyung beranjak setelah berucap.

"Cooper?" ucapku menghentikan langkah Taehyung, priaku itu berbalik, "lalu bagaimana dengan Cooper?"

Lagi, Taehyung hanya memberiku seulas senyum tanpa kepastian, "sudah kubilang dia berada di tempat yang aman sekarang. Cepat, aku menunggu."

Sudah habis kalimat sanggahan yang hendak kuungkapkan pada pemuda itu. Toh pada akhirnya dia hanya akan bicara tanpa kepastian.

Kuputuskan untuk beranjak dari ranjang dan segera mempersiapkan diri.

[•••]

"Sudah siap?"

Aku mengangguk ragu, seolah sesuatu sedang menahan pikiranku untuk tidak pergi. Ketika tangan Taehyung terulur padaku, rasanya aku ingin menepis dan memilih untuk tetap tinggal.

Banyak kekhawatiran yang tidak bisa kuungkapkan pada Taehyung yang saat ini sedang menghantui otakku. Namun, ketika kutatap pemuda itu sekali lagi, kupikir memang sebaiknya untuk pergi. Maka dari itu, aku menerima uluran tangan Taehyung dan melangkah keluar dari rumah itu.

Sebenarnya berat meninggalkan rumah sederhana yang penuh kenangan itu. Saat melihat mainan Cooper yang tergeletak di bak pasir, hatiku rasanya ngilu.

Segala tindakan Taehyung memang tulus. Dai bersungguh-sungguh soal perasaannya hingga ia mengorbankan kehidupannya untukku. Dia meninggalkan rumah yang merupakan harta satu-satunya, meninggalkan pekerjaannya, dan sekarang dia meninggalkan Cooper demi aku.

Belum lagi konsekuensi yang akan Taehyung hadapi jika orangtuaku tahu bahwa aku kabur bersama dia. Taehyung tidak mungkin dibiarkan hidup.

Terkadang aku merasa bahwa aku ini jahat. Sudah seenaknya menghancurkan hidup seseorang yang harusnya berjalan baik-baik saja tanpa aku. Jadi aku berpikir untuk tidak menyia-nyiakan pengorbanannya dan memilih untuk percaya serta ikut berjuang bersamanya.

"Kita mau kemana ?" tanyaku yang mengikuti langkah Taehyung menuju halte.

"Kau akan tahu nanti. Tentunya tempat yang sangat indah dan damai," jawab Taehyung.

Bibirku mencibir, "kenapa tidak bilang saja sih mau pergi kemana. Kau suka sekali membuatku mati penasaran."

"Penasaran tidak akan membuatmu mati, sayang. Jangan mencoba mendramatisir segala hal."

Oh sikap menyebalkannya sedang kumat. Seseorang, bisa lempar dia ke laut untukku? Biasanya kalau sudah begini, dia akan terus menjadi menyebalkan sepanjang waktu. Dia butuh direndam pada air asin supaya kadar menyebalkannya ikut larut bersama air laut.

Langkah Taehyung yang kuikuti mendadak berhenti. Aku penasaran dengan apa yang membuatnya langsung menarikku kebelakang punggungnya. Pemuda itu tertegun, punggungnya saja terlihat sangat kaku.

"Kenapa berhenti?"

Saat pertanyaanku tidak dijawab olehnya, aku memilih untuk mengintip dari balik lengannya yang kekar.

Kulihat seorang wanita cantik tengah menghalangi jalan kami. Nampaknya dia mengenal Taehyung. Penampilannya sangat modis. Sekujur tubuhnya dibalut oleh pakaian serta perhiasan mahal. Aku tahu itu, karna tas dan rok yang ia kemakan merupakan rancangan desainer yang sama dengan yang kumiliki.

Dia menatap Taehyung cukup lama tanpa sepatah kata. Hanya sorot matanya yang mengatakan bahwa ia mengenal Taehyung.

Lain halnya dengan wanita tersebut, Taehyung menampakkan wajah penuh kebencian. Tangan yang mencengkeram tanganku menjelaskan bahwa situasi ini pasti tidak akan baik.

Metaku menyipit, mendadak saja otakku sedang merancang segala hal yang tidak masuk akal.

Siapa dia? Mantan pacar Taehyung? Kenapa dia datang kesini? Dia minta rujuk? Mungkinkah dia pernah menghianati Taehyung hingga membuat pemuda ini tampak amat kesal bertemu dengannya?

"Bagaimana kabarmu, Tae?" []

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Subete For You [KTH-KJN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang