Nafas mereka terengah-engah, kekeuh berlari menuju mobil. Rival masih sibuk menembak zombie dibelakangnya, sedangkan Sona dibelakang Viona dengan bayi digendongannya. Juna memimpin.
Sesampainya disana, mereka segera masuk ke mobil. Kak Rival segera melajukan mobil, guna menghindari bahaya lainnya.
Didalam mobil hanya ada keheningan disana, sampai ketika Maya memulai obrolan. "Kak Sona? Bukankah itu, adikku?"
Deg! Sona benar-benar gugup, apa nanti Maya akan menerima hal ini? Sona berusaha tersenyum.
"Ini adikmu May, tenang saja dia baik-baik saja kok."
"Tapi, dimana ibuku? Apa Kak Sona melihatnya?" Raut wajah Maya berubah khawatir takut apa yang ia sangka menjadi kenyataan. "Dia, sudah meninggal May. Ibumu mengirimkan salam untukmu, dia menyayangimu."
Air dipelupuk mata nya seketika membasahi pipi chubynya, kala mendengar penuturan dari Sona. Sona tak tega dengannya.
Semua perhatian pun tertuju pada Sona, kaget sekaligus ikut sedih apa yang dialami oleh Maya. Maya yang menangis, masih menyangkal akan hal itu. Ia berusaha tegar dan tersenyum kecut. "Oh begitu ya, b-baiklah."
"Sabar ya May," bisik Viona.
Viona memeluk Maya dan mengelus rambutnya berusaha menenangkan ia yang masih terisak. Hal itu pasti sangat menyedihkan terlebih lagi, Ayahnya meninggalkan ia dan Mamanya saat semasa SMP.
Dan keadaan menjadi hening kembali. Semuanya sibuk dengan masing-masing, sedangkan Maya terlelap dalam tidurnya.
Drrt ... drrt
Handphone milik Sona berdering, ia mengisyaratkan Viona untuk menggendong adik Maya, karena ingin menjawab panggilan telepon.
"...!"
"Siap, maaf pak, kami tersesat saat sedang mencari Tim Alpha. Tapi sekarang kami baik-baik saja, ketua Tim Alpha pun melaporkan keadaannya beserta timnya juga baik, mereka berada di apartemen blok B no 13 di Jalan Mawar."
"...?"
"Siap, kami di mobil dalam perjalanan menuju tenda Aman di sana, Pak."
"........ ."
"Siap, baik pak, maafkan atas kecerobohan kami."
Sambungan telepon diputus sepihak oleh orang yang mengobrol dengan Sona. Ia menyimpan handphonenya
"Dari siapa kak?" tanya Viona penasaran. Seketika perutnya berbunyi, Viona menunduk, menahan rasa malu.
"Dari Komando, dek. Kamu lapar ya? Ini, kakak ada roti dan susu."
Sona mengulurkan roti dan susu ke arah Viona, Viona memberikan bayi ke Sona lalu memakan pemberian kakaknya.
_____________________
Mobil yang mereka tumpangi sampai di tenda Aman, di mana para tentara menjaga ketat kawasan tersebut serta para dokter dan perawat ahli disana.
Matahari mulai terbenam menandakan waktu malam tiba, sebagian teman-teman Viona sudah memejamkan mata untuk tidur, sedangkan dia membicarakan hal serius pada Sona.
"Kak, kata Ayah, Ibu dirawat di rumah sakit karena terinfeksi." Netra matanya fokus memandang ke tanah.
"Iya, kakak udah tau hal itu dari ayah...."
Viona mendongak, melihat Sona tersenyum kecut. "Jangan bersedih, Na. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, kita harus fokus untuk kedepannya. Dimanapun itu, kita harus tetap hati-hati. Survive or die, right?"
"Of course, aku gak akan membiarkan makhluk itu menggigitku. Aku kan kuat," canda Viona. Lalu terkekeh diikuti oleh tawaan kecil Sona.
"Ya ya, terserah kau saja. Tidurlah Na, jangan begadang oke!" perintah Sona. Ia menepuk puncak kepala Viona lalu pergi keluar dari tenda.
'Begadang? Bukankah dia juga seperti itu, huh?' batin Viona kesal. Perlahan kelopak matanya menutup hingga terlelap dalam tidur.
________________________
"Kamu gimana sih, kenapa anak saya bisa hilang? Saya gak mau tau, kamu harus cari anak saya!" bentak Ibu dihadapan Juna dan Viona.
Tangannya melayang dan hampir menyentuh pipi Viona kalau saja Juna tidak menahan tangan Ibu tersebut.
"Maaf bu, kalau saya lancang. Ibu tidak seharusnya ingin menampar teman saya, anak Ibu pasti berada di sekitar sini. Saya berjanji akan membantu Viona menemukan anak Ibu yang hilang."
Juna tersenyum ingin meyakinkan serta menetralkan suasana tegang ini.
Ibu itu langsung menepis kasar pegangan tangan Juna, perlahan amarahnya mereda walau belum sepenuhnya."Saya pegang kata-katamu," seru Ibu itu. Dan langsung melenggang pergi dari hadapan Viona dan Juna.
"Viona, gimana ceritanya anak Ibu itu bisa hilang? Bukankah kamu semalam tidur?"
"Tidur? Apakah kau mengintaiku semalam, hah?"
Wajahnya yang terlihat bingung langsung gugup seketika, seperti pencuri yang terciduk dengan aksi nya.
"I-iya, tapi setelah kau tidur aku langsung pergi ke tendaku. Ck, itu bukan hal penting. Ceritakan sekarang gimana kamu bisa bikin anak Ibu itu hilang?" tanya Juna.
Viona menatap sinis pada Juna lalu menceritakan yang sebenarnya. Awal mula ia bertemu dengan anak kecil itu.
■■■■■
Heyoo! Apa kabar manusia sekalian? /g
Maafkan author yang hiatusnya kelamaan /gkpeduli:v
Maaf ya, jika ada kesalahan kata pada cerita ini atau apapun itu. Jujur, ini cerita yang pertama kali author buat. Pernah bikin di buku tulis , tapi menggantung ditengah tengah ( TДT).
Cerita ini berdasarkan murni ide author sendiri, dibumbui lewat referensi film dan game. /ah elah bahasamu yun.
Kalaupun ada kejadian yang sama di cerita ini pada cerita zombie yang pernah kalian baca pada cerita author lain. Maafkan saya ya :'>.
Terakhir, teruntuk kalian para readers Foreign Virus ter UwU
Bolehkah author minta dukungan untuk cerita ini, baik lewat vote, komen berupa perbaikan atau apapun itu? Dukungan dari kalian semua sangat berharga bagi author ^^.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Science FictionKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...