PART 1: Virus Asing

1.8K 181 33
                                    

Pertarungan tidak terelakkan, apakah mereka dapat survive dengan baik? Ataukah menjadi kawanan para makhluk misterius itu?

Selamat membaca, semua :D

◤─────•~❉᯽❉~•─────◥

Mentari terbit dari sebelah timur, hendak menyinarkan sinarnya yang terang benderang.
Kicauan burung memenuhi seisi langit yang biru dan cerah. Secerah hati gadis berambut sebahu, dengan seragam sekolahnya.

Ia tersenyum, saat menemukan teman sekelasnya sudah menunggunya. Gadis itu menyapa dan melambaikan tangan padanya, "Juna!"

"Oh! Hai, Viona. Gak ada yang ketinggalan?"

Viona menggeleng sebagai jawaban, "Gak lah, masih pagi masa udah lupa aja. Dasar Juni."

"Apa-apaan?! Aku Arjuna, bukan Juni. Kamu mau, aku panggil jadi pikun?" kesal Juna.

Tak ingin menunggu lama, Juna berdecak, "Ck! Udahlah cepetan naik."

Juna menatap arlojinya kesal, beralih menatap tajam Viona. Yang ditatap merasa takut, bibir Juna bergerak seperti berisyarat Viona harus segera menaiki motornya. Viona bergerak cepat, Juna segera tancap gas. Meninggalkan perkarangan rumah Viona.

______________________

"Hmm kira-kira," pikir Juna, "hal apa ya yang seru dilakukan pas istirahat nanti."

"Menurutku nih ya, baca novel genre fantasy atau romance aja. Itu, seru banget sih," seru Viona.

Juna terkejut, segera menggeleng. "Gak Vi, aku paling malas baca buku. Mungkin main game, itu udah cukup. Semoga aja nih ya, game zombie yang aku tunggu-tunggu jadi rilis versi Androidnya."

Saat sudah sampai di kelas, Juna dan Viona berpisah menuju tempat duduknya masing-masing. Beruntung, ternyata KBM belum dimulai. Karena saat sampai di gerbang, bel masuk sudah berbunyi.

"Ehh ehh, kalian pada tau gak kalau game Resident Evil 7 bakalan rilis versi Androidnya loh."

Informasi tersebut sukses membuat semua perhatian tertuju padanya, menatap teman Viona yang satu itu.

"Woi, seriusan?!"

"Demi apa?! Kalau Caca bohong, jadi pacar Reihan gans ini."

"Najis! Cek aja sana," sinis Caca.

Juna menyaut, "Wah mantep, ternyata kaum perempuan di kelas kita gak hanya suka shopping aja. Tapi juga main game. Berarti selain Viona, Caca juga termasuk perempuan yang langka ya."

Perkataan Juna, disoraki tanggapan 'setuju' oleh yang lainnya. Viona menatap sinis Juna.

"Gak cuman kami, diluaran sana banyak. Udah ada perkumpulan perempuan yang suka bermain game. Dan membernya udah ribuan," tukas Viona.

"Ya terserahlah. Kalau gitu, gimana kita buktikan siapa yang paling jago dalam mainin game keluaran terbaru. Misalkan kami yang menang, kalian berdua harus traktir kami besok di kantin sekolah dan sebaliknya, gimana?" tawar Juna.

Juna tersenyum menantang, disahuti oleh teman-temannya. Ia tertawa dan menjulurkan tangannya ke arah Viona dan Caca, secara bergantian.

"Wah boleh juga tuh, gimana nih, girls?" sahut Pian.

Viona dan Caca beradu pandang, mengangguk. Viona membalas juluran tangan dari Juna, "Kami terima tantangan kalian."

Sorakan antusias memenuhi kelas MIPA, kapan lagi mereka bisa makan gratis di kantin. Tak lama guru masuk ke kelas, sorakan berhenti dan KBM di mulai.

________________________

Sore ini, Ayah Viona mengabarinya bahwa beliau tidak bisa menjemputnya pulang. Jadi Viona memutuskan untuk pulang dengan Juna.

Handphone milik Juna berdering sesaat, sebelum Viona menaiki motor Juna. Ia langsung mengangkat panggilan tersebut.

Saat Juna berbicara dengan lawan bicaranya ketika menelepon, wajahnya menjadi pucat disertai keringat yang mulai membasahi pelilipisnya. Viona melihatnya khawatir, lalu menanyakan keadaannya.

"Hei, kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?"

Juna menghela nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Kemudian menoleh ke Viona.

"Ini Vi, Pamanku bilang bahwa kota tempat orang-tuaku berlibur, dilanda virus yang entah berasal dari mana. Aku takut mereka dalam bahaya," lirih Juna.

"Eh beneran? Kalau gitu kita langsung pulang aja. Pamanmu belum pulang ke kampungnya? Nanti kamu langsung tanyain aja keadaan orang-tuamu disana dan mendoakan yang terbaik ya," tukas Viona. Menepuk bahu Juna, berusaha menenangkan dia.

Juna tersenyum simpul, "Iya."

Viona segera menaiki motornya juna, Juna langsung menancapkan gas dan mulai mengendarai motornya.
Juna mengantarkan Viona pulang terlebih dahulu, lalu pulang ke rumahnya.

________________________

Viona memasuki rumahnya dengan lesu, sesaat ia melihat sepasang sepatu yang tak asing. Ia segera menyadari dan masuk dengan tergesa-gesa.

"Berita terkini, virus asing yang tak diketahui darimana asalnya mulai menyebar di Kepulauan Seribu. Banyak orang di sana berubah menjadi makhluk mengerikan. Virus itu ternyata dapat berkembang cepat ke seluruh kota.
Para dokter dan ilmuwan pun mulai mencari tahu asal usul virus asing dan mencari anti virus tersebut. Dimohon seluruh masyara...."

Berita dari siaran televisi yang sedang berlangsung, segera dimatikan oleh Ayah Viona. Beliau menunduk lalu memijat pelipisnya, saat rasa pusing menyerang kepalanya.

"Ja-jadi beneran virus asing itu ada, Yah?" tanya Viona dengan nada gugup.

Ayah Viona menoleh, Viona kaget dengan kedua mata Ayahnya yang sembab setelah menangis.

"Iya Vi, dan sekarang Ibumu dirawat di rumah sakit Kepulauan Seribu," lirih Ayah Viona.

"A-apa?!"

Foreign Virus (LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang