PART 24: Pelakunya Kak Revan?!

171 31 2
                                    

Mereka terkejut dengan penuturan Azka, jadi bukan Azka pelakunya? Atau Azka hanya melempar kesalahan, dengan menyebut kakaknya?

"Halah, kenapa? Udahlah gak usah sok alasan!" seru Jovan, Ia menatap sinis Azka.

"Kak Jov! Sabar dulu, dengerin penjelasan dia," ucap Levi.

Setelah dirasa suasana sedikit mereda, Azka berkata, "Saya tau, saya jahat. Tetapi orang yang berani melakukn eksperimen terhadap manusia itu Kak Revan. Saya bersumpah!"

"Tindakanmu ini sama jahatnya dengan Kak Revan, mencoba eksperimennya dengan makhluk hidup yang tak bersalah," tutur Juna.

Reihan menyetujui ucapan Juna. "Benar!"

"Jangan gitu," ujar Grace, "seenggaknya dia udah jujur 'kan?"

Azka menunduk. "Maaf."

Jovan kembali berbicara, "Heh, dengan kata maaf, kamu gak bisa ngembaliin keadaan seperti semua."

"Iya saya tau, jadi apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan itu?" tanya Azka, menatap yang lainnya dengan tatapan pasrah.

"Mengenai balasannya, mending kamu ceritain dulu. Mengenai rahasia kamu di Villa ini, dan ... Tyrant Virus,"
cetus Juna.

Azka menghela nafas pelan, lalu menceritakan segalanya pada mereka.
Mereka mendengarkan dengan serius.

Seusai Azka menjelaskan, mereka mengangguk mengerti. Asal muasal dari Tyrant Virus itu, dan mengapa keluarganya bisa memiliki ruangan rahasia yang seperti ruangan pembantaian mini.

Dan juga mengenai hal, saat awalnya keluarga Azka berencana membuat virus itu. Azka sempat menyanggahnya.

Ia juga menceritakan, mengenai darah yang berserakan di ruangan tersembunyi yang penuh alat-alat mengerikan. Darah itu berasal dari darah manusia yang tumpah saat dibawa Revan.

Dan Mamanya, yang peran dalam hal menyeleksi tiap manusia yang akan dijadikan eksperimen. Ataupun mengelola zombie. Entah apa tujuannya.

"Jadi intinya, Azka hanya berperan kecil dalam eksperimen ini?" tanya Juna menatap Azka.

Azka menatapnya balik, mengangguk. Sebagian percaya dengan apa yang dikatakan oleh Azka, sebagiannya lagi tidak. Terus menatap Azka curiga.

Tak lama, Juna teringat sesuatu. Seperti ada yang kurang.

"Eh, cewe-cewenya pada kemana?" tanya Juna menatap sekelilingnya.

Levi dan Jordan menggeleng serentak. "Gak tau."

"Kalau Viona terakhir kali sama... Iya! Reihan!" seru Grace.

"Emangnya mereka kemana?" tanya Azka.

Yang lain serentak menengok ke arah Azka, bingung terhadap reaksinya. Mereka kira, Azka tahu bahwa Revan. Kakaknya, menculik Tiya.

Mereka menceritakan kejadiannya pada Azka, Azka terkejut bukan main. Pasalnya, Ia baru tahu kalau kakaknya berani melakukan kejahatan yang lain.

Azka menutup matanya sebentar, lalu membuka mata. "Aku tahu kemana Viona pergi."

_______________________

Saat sudah turun dan hendak memasuki ruangan yang lain, ternyata ada hambatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sudah turun dan hendak memasuki ruangan yang lain, ternyata ada hambatan. Pintu tertahan oleh banyak barang, sehingga perlu disingkirkan.

Mereka segera menurunkan crowbar, pipa besi, lalu menyingkirkan meja ke kiri. Reihan menengok ke arah belakang, mengangguk. Berisyarat untuk waspada dengan persiapkan diri dengan senjata yang mereka miliki.

Setelah itu, Reihan segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Terdengar teriakan yang menggema, sontak mereka menatap sekeliling.

"AAAAARRRGGHHH."

"TOLONG JANGAN SAKITI PIAN, AKU SAJA! KAU BILANG AKAN JADIKAN AKU EKSPERIMEN, 'KAN? MAKA LAKUKANLAH."

Mereka berpandangan, dengan raut wajah terkejut. Menyadari teriakan yang menggema itu milik orang-orang yang mereka kenali.

Mereka berlari, mengikuti sumber suara. Dengan menyadari, jika semakin besar teriakan itu, maka mereka semakin dekat dengan lokasinya.

"DIAM! KALAU BUKAN KARENA VIONA, KALIAN SEGERA KUHABISI SEJAK AWAL!"

Seruan itu terhenti, bersamaan dengan mereka yang telah sampai di depan pintu ruangan yang cukup penerangan. Viona menegang seketika, kala namanya disebut.

Reihan menyuruh yang lain, tetap tidak bersuara. Jika sampai waktu yang ditentukan, segera masuk ke dalam.

Reihan melihat Viona, berusaha menenangkannya. "Na, tenang."

"Hei kalian, kemarilah. Jangan bersembunyi!"

Ya! Mereka mengenal jelas suara itu, Mamanya Azka. Dan suara teriakan tadi, milik Revan beserta Pian dan Caca.

Foreign Virus (LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang