Mulai hari ini, saya menjalankan Quota Tracking 200 words / day with BSWClub.
Selamat membaca, semua :D
◤─────•~❉᯽❉~•─────◥
Mereka sudah bersiap-siap dengan senjata yang mereka miliki, tetapi ada beberapa yang memutuskan untuk bertarung dengan tangan kosong. Katanya, untuk waspada saja jika benar-benar disaat keadaan genting tidak memiliki apa-apa untuk melawan musuh ataupun zombie.
Viona dan Caca serta Ara saling bertarung dengan tangan kosong, berusaha sebaik mungkin agar serangan yang mereka lakukan tidak akan melukai bahkan meneteskan setetes darah.
Grace, Reihan, Juna, serta Azka. Mereka sibuk menembaki patung bermodelkan zombie palsu, menempatkan sasaran tembakan mereka tepat di kepalanya. Sedangkan Maya, ia latihan bertarung dengan Revan. Menggunakan tongkat bambu yang tak runcing, jadi tak akan melukai penggunanya.
"Masa gitu aja gak bisa, mana Grace yang biasa aku kenal bisa menembaki sasaran tepat dikepala saat main game," sindir Reihan.
"Woi, ini beda. Itu kan di dalam game, ini langsung dipraktekin di kehidupan nyata. Butuh latihan beberapa kali biar bisa," sinis Grace.
"Udah udah, fokus. Sasaran kalian berganti lagi, lihat zombie palsunya bergerak tak tentu arah. Ini gak bakalan mudah, kalau kalian terus berdebat hal yang gak penting," tutur Juna. Azka menatap Juna dengan ekspresi yang tak bisa diartikan, Juna menyadari hal itu.
"Apa lihat-lihat?!"
"Santai aja, semua orang punya hak untuk melihat siapa orang disekitarnya, ya gak?"
Juna dan Azka saling menatap sengit, entah apa yang menjadi pemicu pertengkaran mereka. Bahkan, hanya hal kecil saja telah membuat mereka semakin tak akur. Contohnya saja perdebatan mereka itu.
Azka mendekati Juna perlahan, lalu berbisik di telinganya, "Kalau saja, kau bukan temannya Viona. Gak bakal aku biarkan kau menetap disini."
Juna menjauh sedikit dari Azka, lalu menyeringai. Sejujurnya, kalau bukan karena keadaan memaksa. Ia tak akan menetap di villa, yang dimana pemiliknya ialah Azka. Musuh bebuyutannya.
"Eh kata Azka, kalau kita berhasil tembak sasaran tepat dikepala zombie palsu itu sebanyak 7 kali. Kita akan dikasih reward yang mengejutkan," ujar Juna. Juna melirik Azka cepat, tersenyum simpul padanya.
'Apa-apaan?!' gumam Azka.
"Wah, seriusan Ka?" sahut Grace.
"Waduh, mesti semangat nih jadinya," tukas Reihan dengan nada antusias.
Azka yang tadinya tak ingin mengikuti permainan Juna, menerimanya dengan senang hati.
"Yap, asalkan jika kalian gagal. Maka kalian harus melakukan apa yang aku perintahkan, bagaimana?" tawar Azka.
Mereka serentak membalas, "Deal!"
Dan taruhan pun dilakukan.Viona dan Caca serta Ara yang melihat itu, segera menghentikan latihan beladiri mereka. Dan berjalan tergesa-gesa, tak ingin melewatkan tontonan gratis.
Sementara Maya pergi memenuhi panggilan alamnya, Revan pergi juga setelahnya. Entah kemana tujuan Kakak Azka itu pergi, yang pasti bukan menemui Maya.
_________________________
Pertandingan berjalan lancar, banyak dari mereka yang berhasil menembaki sasaran tepat dikepalanya. Berbeda dengan Grace, kemungkinan besar remaja laki-laki blasteran Inggris-Indonesia itu sedang tak fokus. Ia hanya berhasil mencetak 5 poin saja.
"Sesuai ucapan, Grace akan melakukan apa yang kuminta. Sementara kalian, akan mendapatkan reward yang misteri," tukas Azka.
Reihan mendorong bahunya sedikit, "Awas aja ya, kalau rewardnya gak bikin Reihan yang gans ini meneteskan air mata."
"Awas aja ya, reward dariku di tolak mentah-mentah," balas Azka.
Mereka menertawai perdebatan Azka dan Reihan, apalagi saat Reihan berakting menangis. Menjadi hiburan tersendiri, jika Reihan menjadi raja drama.
Azka pamit pergi menemui Ibunya, jadi mereka bisa beristirahat. Bersantai ataupun saling bercanda gurau dan bertukar cerita mengenai latihan bertarung yang mereka lakukan.
Juna yang sedang menikmati lingkungan villa yang hijau, karena dipenuhi banyaknya pepohonan serta tumbuhan. Terhenti di satu titik, rumah kecil disebelah tenggara Villa.
Rumah itu berukuran kecil, dipastikan hanya ada satu ruangan didalamnya. Juna penasaran, merasakan ada sesuatu hal yang disembunyikan oleh Azka.
"Itu, aku izin ke toilet dulu ya," ucap Juna.
"Yaudah sana, ngapain sih ke toilet harus bilang dulu," seru Caca kesal dengan Juna.
Juna hanya menanggapi dengan tertawa kecil, lalu pergi menuju toilet. Ralat, rumah kecil misterius tersebut.
Dengan langkah pasti, ia berjalan perlahan ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Science FictionKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...