PART 25: Tolong!

159 31 2
                                    

Ara, Tiya, Viona, serta Reihan. Bersembunyi dibalik pintu, hingga ketika seruan suara menyuruh mereka tuk masuk ke dalam ruangan.

"Hei kalian, kemarilah. Jangan bersembunyi!"

Mereka tahu suara siapa itu, tetapi tetap bersikukuh untuk tidak masuk ke dalam.

"Anak zaman sekarang, susah dibilangin. Mau teman-teman kalian, mati?" ucap Mama Azka.

Mereka segera masuk, terkejut dengan keadaan Pian yang kedua kakinya terluka dan kepalanya yang tertutup dengan karung beras. Caca, dengan memar ditangannya. Kemudian sang supir yang terkapar telah mati, karena kepalanya yang telah ditembus selongsong peluru.

Caca melihat keadaan Pian dengan tangis yang tertahan, benar-benar mengerikan. Viona maju selangkah saat yang lain berhenti.

"Apa ini ada hubungannya denganku?" lirih Viona.

Caca menengok ke arah Viona, menggeleng. Memperingatkannya agar tidak ikut campur. Tapi apa daya, mengingat mereka menyebut namanya. Penting baginya untuk bertanya apa alasan mereka melakukan hal tersebut.

Mama Azka menyeringai, Ia menepuk celananya yang sedikit berdebu dan noda darah menempel. Ia berdiri, menatap Viona.

"Begini, Vi. Saya ada tawaran, gimana kalau kita menguasai dunia ini?" tawar Mama Azka.

Viona tetap diam, memandang datar Mama Azka. Yang lain tak bisa membantu, hanya berdoa. Semoga Viona menolak tawarannya.

"Gak sopan kalau cuek dengan Mama mertua loh, Vi," sahut Revan menatap Viona tersenyum.

"Kenapa kalian melakukan hal itu?" tanya Viona.

Viona berusaha menenangkan dirinya, Ia harus tenang. Jika gegabah, bisa saja Viona mengorbankan banyak nyawa.

Mama Azka memandang Revan sebentar, lalu menoleh ke arah Viona.
Ia terkesiap, dengan keberanian Viona.

"Hmm? Saya tahu, Ayahmu bekerja sama dengan Dr. Allan menemukan anti virus ini 'kan?" tanya Mama Azka.

Mama Azka berjalan sedikit, "Setelah mengetahui, bahwa keluarga kami memproduksi Tyrant Virus dengan...."

"Umm, dengan siapa ya Rev?" lanjut Mama Azka terkekeh masih menatap Viona.

"Rahasia," sahut Revan tertawa.

Caca menatap Viona yang masih terdiam, dan yang lainnya dengan raut wajah khawatir.

Caca membatin, 'Kenapa Viona gak bilang kalau Ayahnya bekerja sama dengan Dr. Allan, yang membuat anti virus?'

____________________

Dilain tempat, Azka, Juna, Grace, Levi, dan Jovan. Menyusun 2 rencana, jika Viona dan yang lainnya tidak berada di ruangan monitor CCTV. Maka pilihan terakhir, ruang bawah tanah.

Juna bingung dengan pemandangan sekitarnya, "Apa-apaan ini? Kok banyak mayat?"

Sedangkan yang lainnya, sibuk memeriksa segala tempat di ruangan itu. Azka kembali berbicara.

"Jangan-jangan..."

Levi menyaut, "Kenapa?"

"Kak Revan telah melepaskan banyak zombie dan beberapa anjing yang telah jadi zombie?" tanya Azka terkejut.

Melihat dari banyak mayat zombie berserakan, bekas peluru yang terbuang, serta darah dimana-mana. Azka semakin yakin mengenai opininya.

Tetapi Azka berharap, semoga darah yang berserakan ini bukan darah Viona. Semoga saja Viona dan yang lainnya selamat, tanpa luka sedikitpun.

Azka kembali berbicara, "Kita lanjut ke plan B, mari ke ruang bawah tanah."

Foreign Virus (LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang