Sekarang, Viona tidak tau apa yang harus ia katakan. Shok, itulah perasaannya.
Juna memandanginya dengan alis yang mengkerut, bingung sekaligus curiga terhadap reaksi yang Viona munculkan. Tak lama, Revan melanjuti perkataannya.
"Nah, dan sekarang ... aku gak tau dimana ilmuwan itu berada. Kuharap jika kalian tau dimana beliau, tolong beritahuku ya." Kak Revan menghela nafas sebentar lalu tersenyum kecil.
"Akan kami usahakan." Mereka serentak mengangguk kecuali Viona. Apakah Viona harus menyembunyikan hal ini?
"Makasih." Revan tersenyum lalu bangun dari kursinya dan pergi menuju ruangan di sebelah barat.
Setelah pembicaraan itu, mereka bangkit dari kursi dan pergi menuju tempat yang dituju. Kamar tidur, kecuali Viona yang pergi ke pintu belakang rumah.
Jika keadaan sekarang baik-baik saja, Viona dengan orang-tua nya saat ini sedang minum coklat panas di teras rumahnya sambil memandangi bintang yang bertaburan di langit.
Sungguh berbanding terbalik dari apa yang pernah ia harapkan sebelumnya, bahkan banyak hal-hal yang masih blum diketahui detailnya. Apalagi menyangkut anti virus AX-400. Viona masih meragukan bahwa apakah benar Ayahnya yang membuat anti virus itu? Atau hanya percobaan semata?
Sesekali ia arahkan pandangannya ke beberapa zombie yang berlalu lalang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Jujur, itu sangat menyedihkan bagi mereka yang tidak tau apa-apa. Dan tiba-tiba saja menjadi makhluk yang hanya dipenuhi oleh pikiran "makan" dan "makan".Viona melipat tangannya lalu menaruhnya diatas pagar yang tingginya sebahunya, dagu nya ia senderkan. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia terus menatap langit malam.
'Bu, apa kau baik baik saja?' batinnya, berharap nyatanya seperti itu. Viona tersenyum kecut, dan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Vi," panggil Azka, "kamu gak apa-apa?"
Viona berbalik, tersenyum pada remaja yang pernah mengisi hatinya itu. Azka menatap khawatir pada Viona.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu pada kamu."
"Benarkah? Kau khawatir padaku, hm?" bisik Azka. Azka mengangkat sebelah alisnya, Viona tertawa gemas.
"Kalau iya, bagaimana?" tutur Viona. Bam! kedua telinga Azka memerah.
"Astaga, Azka sakit? Kok telingamu memerah?"
Viona pura-pura khawatir, menatap Azka yang memalingkan wajah. Lalu dia menatap Viona kembali.
"I-ini karena panas mungkin. Hehe, ngomong-ngomong kamu gak tergigit kan?"
"Iya, gak kok cuman..."
"Cuman apa? Gak kan? Kamu gak apa -apa kan?" Terlihat jelas wajah kekhawatiran yang Azka tunjukkan padanya. Viona tertawa.
"Enggak Ka. Cuman bercanda. Swer, deh." Viona tersenyum, menunjukkan jari peace.
"C'mon, girl. Jangan bercanda kaya gi__""Kalian ngapain berduaan aja di situ?"
Sontak saja, mereka berdua menoleh pada orang si pemilik suara dan berjalan ke arah mereka dengan wajah yang tak bisa diartikan.
"Oh? Hanya bercanda sesama teman. Memangnya gak boleh?" sinis Viona.
"Sudah malam kan, kenapa kau gak tidur, Na? Kakakmu ngirim pesan padaku, 'Perhatikan dan lindungi adikku, Viona.' Begitu," tegas Juna.
"Lalu kenapa kau kesini? Kan bisa besok. Ini urusanku dan juga V.I.O.N.A," jelas Azka, saat berucap menekankan nama Viona.
"APA KA__"
Viona kesal dengan mereka, apa mereka tak tau diluar ada zombie? Keributan mereka akan mengundang para zombie tersebut datang ke tempat mereka.
"Hei, c'mon boys. Diluar ada banyak zombie, suara ribut kalian bisa menarik zombie kesini. Lihat mereka berhenti berjalan kan? Untunglah mereka tidak kesini setelah lanjut berjalan lagi." Viona melerai pertengkaran mereka, berucap dengan intonasi yang kecil tapi masih dapat didengarkan oleh mereka. Menunjuk ke arah para zombie, Azka dan Juna menoleh ke arah sekumpulan zombie yang berjalan dengan arah yang berbeda beda.
Mereka lalu menoleh ke arah Viona, dan mengucapkan kata 'maaf' serentak.
"Berarti besok jadi latihan, nah ayo kita tidur," ajak Viona. Viona menguap, ia berjalan duluan.
"Maksudmu kita tidur bareng?!" Dan sekarang, Viona kesal setengah mati pada mereka.
Viona berhenti lalu berbalik, 'Astaga,' batinnya.
"Ih bukaaannn, tau ah. Selamat tidur, oke." Viona berbalik lagi dan berjalan menuju kamarnya dengan langkah kesal sehingga pergerakannya menjadi cepat.
Terdengar suara tertawa saat Viona menjauh, seketika berhenti saat menyadari bahwa Juna dan Azka saling merangkul. Spontan, mereka menjauh.
_______________________
Viona, Maya, Ara, dan Violet sudah bersiap-siap memakai baju santai dan celana tranning. Saat ingin keluar, suara anak kecil membuat mereka menghentikan langkah.
"Kakak mau pada kemana?"
"Ini, mau latihan diluar. Tiya jaga adik Kak Maya sebentar, ya," tutur Maya.
Maya tersenyum saat Tiya menganggukan kepalanya, "Okey, tapi kakak jangan lama-lama ya."
Mereka menganggukan kepala, dan memberi jempol pada Tiya. Tiya tersenyum, menghampiri adik Maya yang sedang bermain dengan mainan boneka. Merasa sudah beres, mereka keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Fiksi IlmiahKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...