Juna menyadari, bahwa ada yang tak beres dengan keluarga Azka. Maka dari itu, ia berencana untuk pergi menyelinap ke rumah kecil itu. Setelah Juna pamit ke toilet, ia berhenti di depan pintu toilet. Lalu berbalik, menatap yang lainnya dengan seksama.
Juna berpikir, jika mereka sudah sibuk bercerita atau bercanda gurau seperti itu. Kemungkinan besar, Juna tak akan dicurigai oleh mereka. Juna berbalik, berjalan perlahan dengan waspada menuju rumah kecil tersebut.
"Huft, aman," gumam Juna. Sesekali ia menengok ke arah belakang, berjaga-jaga jika ada yang mengikutinya.
Mungkin keberuntungan berpihak padanya, sebab ketika ia sampai, ternyata pintunya tidak dikunci. Ia berbalik, memeriksa sekali lagi. Merasa sudah aman, ia berbalik dan membuka pintu yang terbuat dari kayu. Tak lupa setelah masuk, ia tutup kembali pintu tersebut.
"Yah, padahal aku kira akan ada sesuatu yang mengejutkan di sini. Ternyata cuman ada kasur sama meja dan kursi aja yang diselimuti kain putih," ucap Juna kecewa.
Juna tak mau menyerah, ia percaya dengan instingnya bahwa ada sesuatu hal yang disembunyikan oleh Azka. Juna berjalan memutari tiap sudut ruangan, seketika berhenti ketika pandangannya menemukan suatu objek.
Darah yang berserakan di lantai, mengarah ke ruangan yang tak dapat Juna deskripsikan. Sebab tertutup oleh tirai kain berwarna biru transparan.
Juna berjongkok, lalu mengamati darah tersebut. Hasilnya, tak ada. Karena Juna tidak bisa membedakan mana darah hewan dan mana darah manusia, tapi bisa dipastikan darah tersebut masih segar terlihat dari warnanya dan belum mengering.
Kemudian Juna berdiri, lalu ia membuka tirai berwarna biru. Dan Juna begitu terkejut, karena pemandangan di dalam ruangannya.
Terdapat beberapa benda yang aneh, banyak darah berserakan disana."Ya Tuhan, apalagi ini?"
Juna melihat tak percaya dengan sekitarnya. Sebenarnya ruangan ini
dibuat untuk apa? Apa motif mereka sebenarnya?Juna memandangi sekelilingnya dengan tatapan speechless, berbagai pertanyaan muncul dibenaknya. Dan itu membuat Juna pusing, Juna menggeleng lalu menghela nafas panjang.
Langkah kaki Juna terus bergerak maju ke arah meja. Disana terdapat beberapa pisau, golok, toples berisi daging. Entah daging apa itu. Kemudian pandangannya terhenti pada 2 buku. Yang satu berjudul 'Takdir dan Nasib' dan satunya lagi berjudul 'Jangan dibuka!'
Jika kalian tahu persis bagaimana karakteristik sebagian orang Indonesia. Diberitahu jangan lakukan ini itu, tetap saja keras kepala. Tapi tidak semuanya yang seperti itu, lain halnya dengan Juna.
Juna mengambil buku berjudul 'Jangan di buka!' dengan tampilan bukunya yang sudah sedikit usang. Perlahan Juna membuka halaman pertama, ternyata berisi curhatan dari Kakaknya Juna. Revan. Mengenai sekolah SMPnya.
Halaman demi halaman secara cepat dibuka dan dilihat oleh Juna, hingga terhenti di satu halaman dengan isi yang berbeda.
'Apakah aku harus mengorbankan mereka? Aku tak yakin, tapi apa boleh buat. Apakah aku harus menanggung rasa bersalah seumur hidup? Menyebalkan.'
"Apa? Mengorbankan mereka? Mereka yang dimaksud itu siapa? Dan mengapa Kak Revan mengatakan itu? Apakah Kak Revan telah membunuh orang-orang yang ia kenal?" tutur Juna bermonolog.
"Woi, lagi ngapain?"
Hampir saja Juna tersentak ke belakang, ternyata Jovan yang berbicara, dan Levi disampingnya. Menatap Juna dengan tatapan curiga dan serius.
"Astaga, gila. Jantungku hampir aja mau copot, kenapa gak ngucap hai kek. Atau apa gitu," kesal Juna.
"Itu apa?" tanya Levi to the point pada Juna.
Juna bergeser, memberikan mereka penglihatan lebih jelas lagi terhadap buku yang Ia baca. Jovan menyentuh tiap huruf pada kertas tersebut, lalu mengerutkan dahi bingung.
"Ini, buku yang berjudul 'Jangan di buka!' awalnya berisi tentang curhatan saat sekolah punya Kak Revan. Tapi kemudian, di halaman itu aku nemuin hal yang aneh," ungkap Juna.
"Udah tau judul bukunya 'Jangan di buka!' kenapa masih mau buka?" sindir Jovan.
Levi membelanya, "Kalau aku jadi Juna, mungkin akan aku buka buku itu. Tapi ya, kenapa Azka bisa memiliki hal seperti ini?"
"Nah kan, insting aku memang selalu tepat. Keluarganya Azka itu benar-benar mencurigakan," tutur Juna selidik. Melihat sekali lagi hal-hal aneh di ruangan yang mereka masuki.
"Udahlah jangan gosip, lebih baik kita foto ini. Nanti kita bahas bareng-bareng. Keburu Azka atau yang lain ngelihat kita ada disini." Levi mengangguki perkataan Jovan, mereka berdua melangkah maju ingin meninggalkan ruangan itu.
Tetapi terhenti, kala Juna menemukan satu clue lagi, "Sebentar, lihat! Ada 1 bilah pisau dan potongan kertas yang berisi info mengenai T-virus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Ciencia FicciónKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...