PART 37: Bertanya

135 24 0
                                    

Burung berkicau merdu, langit berwarna biru cerah. Membuat semangat membara, tuk memulai aktivitas dipagi hari. Kalau saja, hari ini adalah hari yang normal. Mungkin mereka sudah berangkat ke sekolah.

Namun apa daya, sekarang mereka perlu survive tuk bertahan hidup. Moto mereka ialah bertahan atau mati menjadi kawanan zombie.

Viona mengambil tas ranselnya, lalu memakainya. Jujur, Ia masih kepikiran dengan kejadian semalam. Apa memang yang dilihatnya hanya sekadar mimpi, ataukah kejadian itu benar-benar terjadi?

Caca yang mengetahui Viona sedang memikirkan sesuatu, segera menepuk tangannya. "Mikirin apa, Na?"

Viona tersadar dari lamunannya, "Eh iya Ca, gak kok. Gak mikirin apa-apa."

Pembicaraan antara Caca dan Viona, telah Juna dan Levi amati sedari tadi. Mereka berdua menyadari ada yang disembunyikan oleh Viona.

Levi berbisik, "Viona aneh ya, Jun?"

Juna menatap Levi, Ia segera menggeleng. "Menurutku enggak...."

"Guys, mohon ke sini sebentar," lanjut Juna memanggil mereka.

Mereka segera mendatangi Juna, dan mengerubunginya. Setia mendengarkan informasi mengenai apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

"Apa Jun?" tanya Grace tak sabaran.

"Begini, kita pecah jadi dua tim. Menurutku dua tim ini cukup, jika dipecah lebih banyak lagi takutnya memiliki risiko bahaya yang tinggi. Bagaimana?" tanya Juna menatap mereka satu per satu dengan serius.

Mereka mengangguk setuju, "Oke siap."

"Oke, tim A itu aku alias Juna, Viona, Grace, Tiya, dan Azka. Tim B diantaranya, Caca, Ara, Reihan, Levi. Bagaimana?" tanya Juna.

Reihan yang tak mengerti akan situasi, Ia bercanda. "Ciee, sama Viona terus nih ya."

"Hust, udah Rei. Kuulangi lagi, bagaimana?" tanya Juna sekali lagi.

Mereka mengangguk setuju tanpa ragu, "Baiklah."

"Oke pecah ya, tim A ke timur. Tim B ke barat." Juna segera memimpin timnya berjalan ke sebelah timur. Levi juga memimpin Tim B, ke sebelah barat.

Mereka berpisah, dan berjalan melewati pepohonan yang tinggi dan rindang. Bunyi kicauan burung memenuhi hutan, entah dimana para zombie itu. Setidaknya mereka aman tuk sementara.

Viona dengan sigap selalu menggandeng tangan Tiya, memastikan keadaannya aman dalam perlindungannya.

Grace dan Juna saling mengobrol, tak lupa dengan lelucon yang mereka lontarkan. Alhasil, tawaan menggema di hutan.

Azka mengekori Viona dan Tiya, Ia membuka suara. "Vi, lapar gak. Ini aku ada roti."

Setelahnya, perut Viona berbunyi. Mungkin saja cacing diperutnya telah memberontak, Viona terkekeh lalu menerima roti pemberian Azka.

"Makasih ya," ucap Viona tersenyum simpul.

Viona membuka bungkusan dan membagi roti menjadi dua bagian. Sebagiannya lagi Ia berikan pada Tiya.

"Ini dek buat kamu," tutur Viona membagikan sebagian rotinya pada Tiya.

Tiya mengambil tanpa ragu, Ia tersenyum hingga menampilkan deretan giginya yang rapi. Entah kenapa, Viona terpaku pada kedua matanya. Mungkin karena kejadian semalam.

Viona benci penasaran, Ia mulai bertanya. "Tiya, kamu sebenarnya...."

Tiba-tiba saja, Juna berteriak. Beruntung Viona yang terkejut, dan hampir terjatuh ditolong oleh Azka. Tiya segera membantu Viona sebisanya.

"Kakak gak apa-apa?" tanya Tiya khawatir.

Viona menggeleng, kemudian tersenyum. "Kakak gak apa-apa kok, dek."

"Oh iya Kak, tadi mau nanya apa?" tanya Tiya kembali. Viona sempat terdiam sebentar.

Foreign Virus (LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang