Grace dan Reihan segera berpikir cepat, memikirkan segala hal yang harus mereka lakukan. Bertindak gegabah adalah hal yang harus mereka hindari.
Grace mencoba bernegosiasi dengan Tina. "Kak Tina, tolong ya Kak. Jangan main-main sama granat peledak itu."
Reihan menatap Grace dan mengangguk setuju. Benda itu bukan hal yang bisa dijadikan mainan.
"Benar Kak, bahaya. Lihat, kami berdua akan buang senjata ke lantai, tolong ya Kak," tutur Reihan berjongkok, lalu menaruh senjata.
Ia bangun dan menatap Grace, memerintahkannya lewat tatapan mata. Berisyarat segera membuang senjatanya.
'Kalau mereka mati, seenggaknya aku dan Reihan tidak ikutan mati,' gumam Grace menenangkan dirinya.
Entah karena pendengaran Tina yang tajam, Ia mendengar apa yang diucapkan Grace. Tina tersenyum.
"Kalau kami mati, kalian juga ikutan mati."
Dion kembali menyerang Grace dengan pisau, kali ini membuat Grace terjatuh dan tertimpa Dion. Ia melakukan pertahanan terhadap Dion yang terus berusaha melukainya.
Reihan segera mengambil tongkat bambu, tuk menangkis saat Dono mengarahkan senjatanya ke dia. Dan saat terlempar, tak sengaja mengenai granat yang dipegang Tina.
Alhasil granat peledak itu terjatuh, dan pelatuknya terlepas. Tina menatap granat dengan tatapan gelisah dan takut.
Reihan mengangkat tangannya, "Bukan aku."
Dono menggeram kesal, Ia kembali memegang senjatanya. Mengarahkan moncong senjatanya ke Reihan, menarik pelatuknya lalu melepaskan.
DORRR..
Untunglah Reihan dapat menghindar, peluru shoutgun itu menembus kaca jendela dan akhirnya pecah. Reihan menatap jendela, tiba-tiba ide muncul dipikirannya.
Sementara Grace masih menahan serangan dari Dion yang ingin melukai tangannya. Tak ingin berlama-lama, Grace menonjok Dion tepat dimukanya.
BUGGHH...
Dion membalas tonjokan dari Grace, serangannya persis sama. Tepat dimuka Grace. Grace menatap pisau yang dipegang Dion, di tangan kirinya.
DAAKKK...
Beruntung, Grace sempat menghindar kala Dion menyerangnya dengan pisau. Dan benda tajam itu, tersangkut di lantai yang terbuat dari kayu.
Grace segera menonjok pipi kiri Dion, Ia pun terdorong ke kiri dan terjatuh. Kali ini Grace yang menindihnya. Mengambil pisau yang tersangkut, lalu mengancamnya dengan pisau itu.
PRAANGG...
Kaca pada jendela itu, sepenuhnya pecah dan tak tersisa. Reihan segera mendorong Dion. Dion tak sempat bersiap, alhasil Ia terjatuh dan kepalanya menghantam meja makan.
"Gak ada waktu lagi, cepat keluar, Grace!" Reihan segera melompat keluar dari jendela.
Grace segera bangun dan berjalan ke arah jendela. Ia segera melompat keluar dan berguling di atas tanah.
DUAARR..
Granat peledak itu meledak, beruntung Grace dan Reihan dapat keluar tanpa luka sedikitpun. Entah bagaimana keadaan diruang makan sekarang, tempat bom itu meledak.
Juna dan Levi segera berlari ke arah mereka, membantu mereka bangun dan berdiri. "Kalian gak apa-apa 'kan?"
Grace menepuk celananya yang kotor terkena tanah, "Iya, kami gak apa-apa. Tapi ... Reihan?"
Reihan menggeleng dan tersenyum, "Seperti yang kalian lihat, aku gak apa-apa."
Juna dan Levi tersenyum, mengucap syukur ada tuhan. Sebab telat sedetik saja, maka mereka mungkin akan tiada karena ledakan granat itu.
Tiba-tiba saja, Azka berteriak. Membuat Ia menjadi pusat perhatian, Azka menatap yang lain gelisah.
"Guys, mobil kita hilang!" teriak Grace menunjuk tempat dimana mobil diparkirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Fiksi IlmiahKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...