Matahari mulai memancarkan sinarnya, panasnya sinar akan menyengat kulit mereka dalam truk mobil yang melaju sedang.
Kalau saja tidak ada kain terikat di tiap sisi pinggir truk, melindungi mereka dari sengatan panas matahari tersebut.
Di dalam truk, semuanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Juna sibuk memasukkan beberapa ammo ke dalam pistolnya, sedangkan Viona mengobati luka yang ada pada tubuh Tiya.
"T-tiya nda dijahit dan disuntik nanti ya?"
Viona mendongak dan melihat raut wajah Tiya cemas menanyakan hal itu, sudut kanan bibirnya terangkat menanggapi.
"Hm, sepertinya iya. Lihat, lukanya sampai kaya begini."
Viona mengerlingkan mata ke Caca dan Maya yang sedang melihatnya, mengerti akan hal itu. Mereka ikut-ikutan menjahili Tiya.
Maya tersenyum jahil, mengetuk pelipisnya dengan telunjuknya pura-pura berpikir, "Wah, bahaya ini. Kira-kira sampe berapa jahitan ya?"
"Pasti sakit kalau disuntik dengan jarum yang gede banget."
Caca menyerbu, membuat wajah Tiya yang sedih semakin cemas seketika membuat tawa seseorang meledak seketika.
"Mohon maaf untuk Caca, tolong mukanya dikondisikan," sindir Reihan. Reihan menertawai ekspresi yang dibuat-buat oleh Caca.
"Heh, kenapa?" sinis Violet.
"Mirip sama tukang bakso Mang Ujang di dekat rumah ku."
"Sialan."
Dan jadilah perang dunia ke-6, Caca melempar sepatu pada Reihan tapi langsung ditangkap oleh Grace dengan satu tangannya.
"Plis, ini lagi berduka cita. Kalian bisa diem gak?"
"Diem kau."
Caca dan Reihan menatap tajam Grace. Mau tak mau, Grace mengibar bendera damai dengan menunjukkan jari peace.
"Dia duluan tuh, yang nyamain Caca dengan Mang Ujang. Udah jelas-jelas beda, Mang Ujang itu cowo kalau saya itu cewe." Caca berkata dengan polosnya yang membuat tawa mereka meledak.
"Yang bilang Violet itu cowo, siapa?" tanya mereka serentak. Membuat si empunya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal dan terkekeh.
"Guys, shut up please!"
Seluruh perhatian tertuju ke pemilik suara. Leviathan dan Jovandra, kedua cowo kembar blasteran itu membuka topi hitamnya bersamaan. Aksi yang mereka lakukan selalu saja sama tetapi tidak dengan sifat mereka yang berbeda. Jovan periang sedangkan Levi dingin.
"J-jovan? Bukankah kamu bilang, kamu dan Levi ingin pindah ke tempat asalmu?" tanya Maya.
"Dia." Telunjuk tangan Levi menunjuk ke arah Viona. Seketika pandangan mereka terarah pada Viona.
"Loh, aku?"
"Do you know about Docter Allan, na?"
"Of course, i know. Dia teman ayahku di San Andreas. Ke__"
Viona mengangguk, saat ingin bertanya malah terpotong oleh perkataan Juna.
"Oh, jadi kalian anaknya Dokter Allan?"
Sontak Viona memukul lengan Juna disampingnya. Juna berpura-pura meringis kesakitan padahal pukulan Viona tidak terlalu keras lalu tersenyum.
"Bisa gak sih, kalau orang ngomong itu gak usah dipotong?" sinis Viona. Juna langsung terkekeh, menunjukan jari peace.
"Iya benar, beliau meminta kami untuk menyelidiki sesuatu yang terjadi disini. Tapi, kita memang belum pulang ke San Andreas kok. Karena ada sesuatu yang hilang," tutur Jovan.
"Sesuatu yang hilang?"
"Kamu."
Dia menunjuk ke arah Viona, tersenyum jahil. Senyuman itu langsung pudar saat rambut Jovan ditarik oleh kembarannya.
"Woi, sakit!"
"Gak usah ngebaperin anak orang kalau Kak Jov gak mau tanggung jawab nantinya," sindir Levi.
SKAKMAT.
"Tenang, nanti Jovan tanggung jawab kok." Jovan senyum menggoda pada Viona.
Seketika isi truk didalam dipenuhi candaan tawa dan kalimat 'Ciee ciee' yang dilontarkan pada mereka terkecuali Levi dan Juna.
'Jovan sialan,' batin Viona kesal.
"Plis diem deh, ada bayi tuh lagi tidur," tukas Caca, menunjuk bayi pada gendongan Maya.
"Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang, right?" balas Jovan.
"Tadi yang nyuruh diam, saha anjir," sindir Caca.
"Maafin saya, darling." Jovan mengerling kedua matanya pada Caca yang masih menatap sinis padanya lalu membuang muka.
"Berisik!" perintah Juna dan Levi tegas, yang langsung membuat mereka bungkam.
'Makasih Jun, Lev, Ca. Akan kubalas jasamu lain kali, kalau ada dia pasti hidup aku gak tenang. Cobaan macam apa lagi ini, ya Tuhan' batin Viona
Jovan berbisik pada Viona, "Hei by, lagi mikirin aku ya?"
"E-enggaklah, ngapain juga saya mikirin kamu," bela Viona. Untungnya ia bisa menahan diri saat tersentak kebelakang.
"Wahh , masa?"
"Masa lalu, biarlah masa lalu. Jangan kau ungkit, jangan tinggalkan aku." Nyanyian yang dilontarkan Reihan membuat mereka tertawa lepas, dia tidak hanya bernyanyi tetapi juga berjoget tidak jelas ditengah-tengah kami.
Viona hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lakunya, seenggaknya suasananya jadi menghangat.
"Jov, bukannya tadi kau bilang ada yang hilang? benda apa yang hilang?" tanya Grace pada Jovan.
"Hmm? Benda yang sangat berharga. Banyak info penting didalamnya. Seperti...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Science FictionKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...