Saat sekelompok orang yang berpakaian persis seperti Andreas, menyerang si pemilik nama samaran Bigboss itu sendiri.
Caca, Reihan, Levi, dan Ara melarikan diri. Sesekali mereka melihat ke belakang, mengecek apakah ada orang yang mengejar mereka.
Nafas mereka tersenggal-senggal, memutuskan tuk berhenti dulu. Setelah memastikan keadaan aman terkendali.
"Huft, ja-jangan sampai kita tersesat," kata Ara masih menetralkan jantungnya yang berdetak kencang.
Levi mengangguk, membenarkan ucapan Ara. Netra matanya menatap sekitarnya, memeriksa diantara ratusan pohon yang mana memiliki tanda goresan cat putih.
"Sip, ayo kita lanjut lagi," perintah Levi pada mereka. Ia mengeluarkan handgun dari saku jaketnya.
"Cape Lev, serius! Nanti dulu sih," seru Caca.
Levi berdecak, Ia menatap kesal temannya yang satu itu. "Aku juga sama, daripada kita mati atau ditangkap mereka. Mending lari dulu."
Reihan mengelap keringat di dahinya, dengan lengan bajunya. Ia menatap Levi, lalu beralih ke Caca.
"Benar Ca, kalau udah di titik pertemuan kita sama kelompoknya Juna. Baru bisa tentuin lagi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya," kata Reihan.
Caca menghela nafas sekali lagi, Ia mengiyakan perkataan Reihan. Setelahnya, mereka pergi dengan Levi memimpin. Berlari dengan menggunakan petunjuk pada goresan di setiap batang pohon yang mereka tandai.
_____________________
Juna dan Grace memeriksa keadaan pasar modern itu dengan seksama, tentunya dengan pegangan senjata sebagai bentuk perlindungan diri mereka berdua.
Sedangkan Azka, tak ingin menunggu lama. ia mengambil keranjang plastik dan pergi menuju bagian snack. Ia mengambil dengan sesuka hati.
Keadaan di pasar modern pun telah cukup hancur, barang-barang berserakan di mana-mana. Dipastikan, mereka bukan orang pertama yang menjarah tempat itu.
Tetapi saat Juna pergi ke pintu, tiba-tiba saja sesuatu menghalang pintu kaca tersebut. Alhasil, mereka terkunci dari dalam.
Viona memukul kaca dari luar, dengan menggunakan besi berupa tabung yang berukuran kecil. Ia berteriak sebisa mungkin.
"Kalian gak apa-apa?" teriak Viona.
Entah terdengar atau tidak, Juna menyadari kehadiran Viona diluar. Ia berisyarat dengan tangannya, seakan berbicara. "Kami gak apa-apa. Kamu gimana?"
Viona pun menggeleng dan tersenyum kecil, Ia khawatir dengan teman-temannya itu. Apalagi langit sudah hampir malam.
Tiya tiba-tiba datang mengagetkan Viona dari belakang, "DORR!"
Viona terlonjak kaget, Ia memegang dadanya. Sungguh, perasaannya campur aduk sekarang. Ia menyadari ada yang aneh dengan Tiya, tiba-tiba saja pupil matanya berubah.
Viona menghindar, Ia segera mengambil shoutgun di tasnya. Ia segera bersiap dengan membidik Tiya tepat dikepalanya.
"Katakan, siapa kamu sebenarnya?" tanya Viona curiga.
Tiya mengerjapkan matanya berulang kali, Ia menatap polos pada Viona. "Apa yang kakak katakan? Lihat, Tiya masih manusia."
Viona menyeringai, Ia menggeleng tak percaya. Viona berlari menjauh ke arah pintu, melihat gagang pintunya terhalang oleh gembok berukuran cukup besar.
Ia beralih menatap Tiya kesal, "Lihat, ini perbuatanmu 'kan?!"
Tiya menggeleng sekali lagi, Ia berjalan pelan mendekati Viona. Ia masih berperilaku, seakan-akan bukan dia pelakunya.
DOORRR...
Tangan Tiya berhasil terkena tembakan dari handgun milik Reihan.
Reihan dan lainnya segera berteriak, menyerukan sebuah perintah."JANGAN DEKATI DIA!"
Tiya menatap Reihan yang berlari ke arah Viona, Ia menyeringai. "Surprise!"
Darahnya yang menetes di tangan kanan Tiya, seketika menyusut. Luka di tangannya perlahan bergenerasi, seakan-akan menjadi sembuh kembali.
Viona segera berlari ke arah teman-temannya, dengan gesit Ia menghindari setiap tembakan yang ditujukan padanya.
Tiya berjalan ke arah mereka, Ia mengeluarkan granat di saku jaketnya. Ia menarik pelatuknya dan melepaskannya.
Tangannya masih sibuk menembaki Reihan dan Viona. Dirasa sudah cukup, Tiya melempar granat itu ke arah Caca, Ara, dan Levi. Mereka segera menghindar ke segala arah.
DUARRR..
Levi menaruh vaksinnya secara cepat dibalik pohon, tepat disampingnya. Ia mengambil pedang samurai yang entah punya siapa di tanah. Lalu bangun dan menatap tajam Tiya.
Caca dan Ara bersiap dengan busur dan panah, sedangkan Reihan dan Viona bersiap dengan senjata api. Mereka menjaga jarak dengan Tiya, sejauh mungkin.
Juna yang melihat pertarungan diluar pasar modern diluar, Ia memanggil Grace dan Azka. Mereka berdua mengerubungi Juna.
"Kenapa?" tanya Grace penasaran. Saat melihat keluar, Ia terkejut bukan main. Begitu pula dengan Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Virus (LENGKAP)
Ficção CientíficaKeadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan tersebut. Sekelompok remaja berusaha bertahan hidup dari segala bahaya yang ditimbulkan saat datangnya vir...