PART 34: Mobil Hilang

143 24 0
                                    

Mereka terkejut bukan main, pasalnya hanya mobil itulah yang mereka punya. Entah siapa yang mengambilnya.

"Bagaimana bisa hilang, Ka?" tanya Caca tak percaya dengan ucapannya.

Azka menggeleng tak tahu, "Aku gak tahu, 'kan kita keluar sama-sama tadi."

"Masih ada yang hidup gak sih dari orang-orang asing tadi?" tanya Caca.

Mereka menggeleng tahu, sementara Reihan kembali berbicara. "Aku pastikan orang-orang didalam rumah itu, sudah pada mati. Apa jangan-jangan Bu Diah?"

____________________

Mereka membuka pintu dengan mendobraknya secara paksa, memeriksa sekeliling. Berpencar demi menemukan Bu Diah.

Viona menyadari ada yang aneh, Ia melihat kasur yang ditempati oleh suami dan anak dari Bu Diah. Kosong, hanya ada bantal dan guling.
Sebenarnya, kemana mereka pergi?

"Jun, mereka semua gak ada," teriak Viona membuat teman-temannya mengerubunginya.

Juna menatap Viona dan mengangguk, "Benar Vi, mereka sudah pergi. Setahuku tak ada mobil disekitaran sini...."

"Apa jangan-jangan, Bu Diah mencuri mobil kita ya?" lanjut Juna menggeleng tak percaya.

Caca dan Grace mengangguk setuju, bisa saja Bu Diah pelakunya. Kalau tidak, semestinya Bu Diah berada disini. Jika memang beliau butuh pertolongan, mungkin mereka bisa membantunya walau Bu Diah telah jahat kepada mereka.

Levi segera pergi ke sudut lain, mencari suatu hal. Yang menjadikan petunjuk lokasi kemana Bu Diah dan sekeluarga pergi.

Saat membuka laci pada lemari satu per satu, Levi menemukan map kertas. Ia segera membuka map itu lebar-lebar.

Levi membelalakkan mata, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia berbalik menghadap teman-temannya.

"Aku gak tahu pasti ini dimana, tapi kuyakin lokasi yang dituju oleh Bu Diah itu jauh banget dari sini," tukas Levi menunjuk lokasi pada map dengan telunjuknya.

Caca terduduk dibangku, Ia menunduk pasrah terhadap apa yang terjadi nanti. "Terus gimana? Mobil itu satu-satunya yang kita miliki. Semua perlengkapan kita termasuk obat-obatan ada disana."

Yang lain menghela nafas, jika barang-barang tersebut hilang. Lalu bagaimana mereka bisa bertahan hidup ditengah-tengah virus zombie yang melanda dengan pesat saat ini.

"Udahlah ikhlasin aja, siapa tahu kita dapat yang lebih baik. Kaya pertolongan langsung dari para tentara," tutur Ara menenangkan Caca dengan menepuk bahunya.

Viona mengingat satu hal, Ia menatap Juna. "Oh iya Jun, tadi kamu sempat telpon pakai walkie-talkie gak?"

Juna menatap Viona balik, Ia mengangguk. "Iya, tapi..."

"Tapi apa?" potong Ara tak sabaran.

"Tapi hanya bisa kesambung sekali aja, saat aku dapat informasi dari seseorang yang menganggap dirinya polisi. Beliau mengatakan bahwa ada pengungsian tak jauh dari sini," lanjut Juna.

Reihan menghela nafas pasrah, "Lalu kesana pake transportasi apa? Ini juga udah malam."

Yang lain menatap Reihan dengan raut wajah sedih, menggeleng tak tahu. Reihan memejamkan matanya, berdoa pada-Nya.

Mereka memikirkan segala cara, demi kelangsungan hidup. Tak berlangsung lama, sekitar 10 menit. Terbesit ide dikepala Caca.

"Bagaimana kalau kita tinggal disini sementara? Nyari semua perlengkapan untuk survive. Dengan begitu, saat kita menemukan transportasi untuk ke pengungsian terdekat...."

Mereka mendekat dan mengerubungi Caca dengan raut wajah serius. Berusaha mendengar dan memikirkan opini yang Ia utarakan.

"Kita udah ada persiapan. Jika pergi saat malam seperti ini. Bukankah bahaya?" lanjut Caca.



Foreign Virus (LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang