Jangan total kasih hati kamu ke dia. Karena bahagia yang kamu dapat akan lebih terasa, tapi rasa sakit yang kamu dapat akan lebih menyakitkan.
•••Motor sport berwarna hitam berhenti di depan sebuah rumah bertingkat dua yang terlihat sangat menyejukkan, di halaman rumah terdapat taman kecil yang ditumbuhi oleh beberapa jenis bunga dengan warna berbeda.
Rigel menatap rumah tersebut dengan tatapan kagum, mengalihkan tatapannya pada Titania yang sibuk menata rambutnya agar terlihat rapi.
Titania menatap Rigel, tersenyum manis pada pemuda tersebut, “makasih ya Ri udah mau temenin.”
Rigel tersenyum tipis seraya menganggukan kepalanya.
“Lo... Mau mampir?"
Rigel menggeleng, “mau langsung pulang aja.”
Titania mengangguk, “oh... Oke.”
Rigel tersenyum tipis, menyalakan mesin motornya dan bersiap untuk meninggalkan Titania, “pulang dulu.”
Titania mengangguk, “hati-hati.”
Rigel melajukan motornya meninggalkan Titania, membunyikan klakson motor tanda berpamitan pada Titania. Titania terus menatap motor Rigel yang sudah menghilang, menghembuskan napasnya pelan lalu berbalik untuk masuk ke dalam rumah.
Tangannya membawa kantung plastik berlogo Gramedia yang berisi tiga novel miliknya, melangkah pelan memasuki rumahnya yang nampak sepi. Matanya menatap jam dinding yang menunjukan pukul setengah tujuh malam.
“Abis darimana lo?!”
Titania tersentak, tangannya mengelus dadanya yang berdetak karena suara Mars. Menatap Mars yang menuruni anak tangga dengan wajah menahan kantuk.
“Baru pulang?”
Titania menganggukan kepalanya, “Bunda mana?”
Mars menatap Titania sebentar, lalu menguap lebar, “arisan sama temen lamanya, nanti gue pesenin pizza buat makan malam.”
Titania lagi-lagi hanya mengangguk.
“Mandi sana.” Mars mengibaskan tangannya di depan wajah. “Bau.”
“Enak aja.” Titania mencubit lengan Mars keras. Mencium ketiaknya untuk memastikan dirinya tidaklah bau. “Gak bau.”
Mars tertawa kecil, mendorong tubuh Titania ke arah tangga, “sana mandi, gue mau delivery pizza dulu.”
“Hm.” Titania melangkah menaiki undakan anak tangga menuju kamarnya, sesampainya di kamar ia merebahkan tubuhnya pada tempat tidur. Menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan lelah.
Dengan enggan ia melangkah menuju lemari pakaian, mengambil sepasang pakaian tidur dan handuk yang tergantung pada sisi lemari. Melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah, perutnya sudah meminta untuk diisi. Setelah itu ia akan tertidur hingga puas.
•••
Dua orang duduk saling berhadapan, tidak ada yang membuka suara satu sama lain. Mereka terdiam, menikmati suasana yang tampak ramai pengunjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta, Waktu, dan Takdir
أدب المراهقين[COMPLETED] Bisakah ia menentukan cintanya sendiri? Mengharapkan sang kekasih kembali dan hidup bahagia bersama. Memulai awal kisah yang bahagia bersama perempuan yang ia cintai. Kisah cintanya tidak semudah yang. dipikirkan, ini lebih rumit dari ma...