🍁 Dix-Sept - 17

507 59 0
                                    

Hati ini belum bisa menerima keadaan, perasaan lama yang harus dijaga setiap waktunya tidak boleh terluka sedikit pun. Halangan karena datangnya suatu perasaan membuat dirinya harus terjebak. Terjebak pada dua hati yang mungkin sama-sama mengharapkannya.
•••

Rigel mengangkat kepalanya saat suara langkah kaki mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rigel mengangkat kepalanya saat suara langkah kaki mendekat. Ia menatap kedua Orang tua Bianca serta kedua Orang tuanya yang menatapnya khawatir.

“Rigel?! Gimana keadaan Bianca Nak?!” Lesti menatap Rigel dengan mata sembabnya.

Rigel menggelengkan kepalanya, “gak tau Tante, lagi diperiksa.”

Lesti mengusap wajahnya, ia memeluk Zulfikar dengan erat. Maya mendekati Rigel yang terdiam, mengelus punggung anak semata wayangnya.

“Gakpapa Ri gakpapa, jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik aja.”

Rigel menghela napas, ia melirik jam tangannya, “Mah, aku mau ke kamar rawat Rhea dulu ya.”

Maya tersenyum tipis seraya menganggukan kepalanya. Rigel beranjak berdiri, membuat Zulfikar, Rangga dan Lesti menatapnya bingung.

“Mau ke mana kamu Rigel?!”

Rigel menatap Rangga dengan tatapan datar, “temen aku dirawat di sini, aku mau jengukin dia.”

“Nanti saja, Bianca masih diperiksa di dalam dan kamu pergi gitu aja. Rigel yang sedang diperiksa itu calon tunangan kamu.”

Rigel mendengus, “baru calon.”

Rangga menatap Rigel marah, Rigel tidak peduli. Ia melangkah meninggalkan semua yang ada di sana. Melangkah menuju ruang rawat Rhea yang berada di lantai yang sama.

“RIGEL!!”

“RIGEL KEMBALI!!”

“RIGEL!!”

Rigel tidak mempedulikan teriakan Rangga yang menggema di lorong rumah sakit, ia tidak peduli. Ia berbelok dan melangkah cepat menuju ruang rawat Rhea.
•••
Dione menatap Leo di depannya dengan kesal, kakinya menendang kaki Leo dengan keras, “Lele.”

Leo berdecak sebal, “gak denger-gak denger.”

Dione menghela napas pelan, “Leo.”

Leo melirik Dione sekilas, “kata lo... Gue harus gimana?”

“Mati.”

Dione berdecak, “jahat ya lo.”

“Ya bilang aja ke Orion.”

“Bilang gimana?!”

Leo berdehem, “Orion gue cinta sama lo, gue berharap kita bisa pacaran. Tapi lo harus melupakan perempuan bernama Rhea itu ya.” Ia menatap Dione sebal. “Gitu aja ribet.”

Dione menatap Leo tidak percaya, menggelengkan kepalanya pelan, “sumpah, gak bener otak lo.”

Leo mendengus, “ya... Lo berjuang dulu. Buktiin ke dia kalau lo beneran cinta sama dia, selalu ada di samping dia. Bantuin dia kalau butuh sesuatu, pokoknya lo harus selalu ada buat dia.”

Antara Cinta, Waktu, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang