Tidak ada yang salah untuk membuka hati pada orang lain, asalkan jangan membuat dia menunggu terlalu lama. Hati ada batas sabarnya, jika dia lelah karena terlalu lama. Lambat laun dia akan pergi.
•••Titania menatap pantulan dirinya di cermin, matanya menatap dirinya sendiri dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia menghembuskan napasnya pelan, mencoba untuk menetralkan jantungnya yang berdetak tidak karuan.
"Oke, tenang. Gak ada yang harus lo takutin. Lo cuman dateng ke rumah Rhea dan main sama dia, abaikan Rigel."
Tok... Tok... Tok....
Titania menatap pintu kamarnya yang terketuk dari pantulan cermin. Ia tidak membuka suara, diam menunggu orang di depannya mengetuk pintu untuk sekali lagi.
Tok... Tok... Tok....
"Siapa?!"
"Gue!!"
Titania melangkah menuju pintu kamar, dibukanya pintu kamar dengan pelan. Ia menatap Mars yang berdiri di depan kamarnya dengan bingung.
"Kenapa?"
Mars menatap Titania dari atas hingga bawah, keningnya berkerut bingung dengan pakaian Titania, "mau kemana?"
"Ke rumah temen."
"Siapa?"
Titania mendengus, "kepo amat lo."
"Gak kepo gak pinter, jadi siapa temen lo?! Berangkat sama siapa?!"
Titania menghembuskan napasnya pelan, "temen gue namanya Rhea, gue dijemput sama Leo."
"Rhea? Pacarnya Rigel yang di kursi roda itukan?! Terus Leo siapa?!"
Titania mendengus, "temen."
"Lo udah move on dari Rigel?"
Titania menatap Mars tajam, "kepo banget sih lo."
"Kan gue mau tau Leo siapa."
"Gak usah tau, lo ribet."
"Gue ikut deh."
Titania membelalakan matanya, ia menatap tajam Mars, "ngapain lo ikut?!"
"Mau ketemu Rhea."
Titania memicingkan matanya curiga ke arah Mars, "lo suka Rhea?"
Mars mengedikkan bahunya tak acuh, "Rhea cantik kok, manis juga. Gue suka juga gak masalah."
"Dia pacarnya Rigel tau."
"Tapi Rigel tunangannya Bianca." Mars menatap Titania dengan bingung. "Lo beneran mau dateng ke rumah Rhea? Kalau misalkan nanti Rhea sama Rigel berduaan gimana? Lo gak cemburu?!"
Titania menghela napas, "gue mencoba gak cemburu."
"Lo mau move on?"
Titania mengedikkan bahunya tak acuh, "mungkin, gue cape Mars. Dan ada seseorang yang suka juga sama gue." Ia menggelengkan kepalanya pelan. "Gak mungkin dia gue abaikan gitu aja, dia udah terlalu nahan sakit karena gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta, Waktu, dan Takdir
Fiksi Remaja[COMPLETED] Bisakah ia menentukan cintanya sendiri? Mengharapkan sang kekasih kembali dan hidup bahagia bersama. Memulai awal kisah yang bahagia bersama perempuan yang ia cintai. Kisah cintanya tidak semudah yang. dipikirkan, ini lebih rumit dari ma...