🍁 Quarante Huit - 48

334 49 1
                                    

Perlahan-lahan hati yang beku akan luluh, dan jika waktunya tiba. Kita akan merasakan yang namanya dicintai oleh orang yang kita cintai.
•••

Lesti menatap pintu kamar Bianca dengan perasaan khawatir, setelah berbicara dengan Rigel malam itu Bianca tidak ingin keluar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lesti menatap pintu kamar Bianca dengan perasaan khawatir, setelah berbicara dengan Rigel malam itu Bianca tidak ingin keluar dari kamarnya.

Bahkan makanannya pun harus dibawa ke dalam kamar, Bianca selalu memakai alasan jika di ajak untuk makan bersama di ruang makan.

Tok... Tok... Tok....

"Bianca!! Kamu kenapa sayang?!"

Tok... Tok... Tok....

"Bianca?!"

"Ini Mama sayang."

"Kamu kenapa?!"

"Bianca mau Rigel Mah!!"

Teriakan dari Bianca membuat Lesti terdiam, ia menghembuskan napasnya perlahan.

"Iya, Mama kasih kabar ke Tante Maya dulu. Suruh Rigel ke sini temenin kamu."

Tidak ada jawaban dari dalam, Lesti melangkah menuruni anak tangga. Sedangkan di dalam kamar, Bianca menatap sebuah bingkai kecil yang berada di tangannya. Menatap foto dirinya dan Rigel yang sedang tersenyum lepas pada kamera.

Foto ini diambil saat mereka kecil dulu, di mana dirinya sangat bahagia. Rigel belum mengacuhkannya, dan masih sering memperhatikannya. Menjaganya dari orang-orang jahat yang ingin mengganggunya.

Bianca meringis saat kepalanya terasa sakit, tangannya mencengkram sprei tempat tidurnya. Ia meraba nakas untuk mencari obatnya.

Dirinya merutuki penyakit sirosis yang tidak sembuh-sembuh. Dirinya butuh pendonor hati sesegera mungkin. Ia ingin sembuh total, ingin bisa bebas seperti anak remaja pada umumnya.

"Bianca!! Rigel menuju ke sini sayang!!"

Tok... Tok... Tok....

Teriakan dari Mamanya ia abaikan, dirinya sibuk mencari obat yang entah ada di mana.

Tok... Tok... Tok....

"Bianca!!"

Bianca menghembuskan napasnya pelan, ia mencoba menetralkan napasnya yang mulai tidak beraturan karena rasa sakit.

"Iya Mah!!" Bianca meringis saat kepalanya semakin berdenyut sakit. "Iya Mah iya!!"

"Kamu baik-baik aja sayang?!"

"Iya Mah!" Bianca menghembuskan napasnya pelan. "Aku baik."

"Ya udah Mama ke bawah dulu ya, nanti Rigel langsung Mama suruh ke sini."

"Iya Mah."

Bianca terduduk di lantai, kedua tangannya memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Air mata keluar dari mata indahnya karena tidak kuat dengan sakitnya.

Antara Cinta, Waktu, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang