Hancur berkeping-keping, sudah tidak berbentuk. Banyak goresan-goresan yang tertanam di hati. Jangan tanya kabarnya, sungguh menyedihkan kabar hati ini
•••Hari Senin yang nampak santai menurut semua siswa siswi SMA Canopus. Senin ini tidak ada upacara seperti biasanya, guru mengadakan rapat pagi sekarang.
Suasana sekolah sudah tampak ramai, jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Titania merapikan rambutnya yang sedikit berantakan melalui kaca spion. Ia menatap Leo yang sedang sibuk dengan ponselnya.
“Jalan sendiri-sendiri, gue gak mau digosipin sama lo.” Titania melangkah terlebih dahulu meninggalkan Leo yang masih sibuk dengan ponselnya.
Leo mengalihkan tatapannya ke arah Titania, ia mendengus pelan lalu melangkah menyusul Titania.
Dione menghadang langkah Leo dan Titania, raut wajahnya terlihat panik, “kalian berdua... Ikut gue ke taman belakang. Orion... Orion berantem sama Rigel.”
Mereka bertiga melangkah menuju taman belakang dengan sedikit berlari, sesampainya di taman belakang mereka melihat Orion yang mencengkram erat kerah seragam Rigel. Leo menarik Orion menjauh dari Rigel.
“Udah Ri, omongin baik-baik.”
“Gak bisa.” Orion menatap sinis Leo. Tangannya menunjuk Rigel yang meringis kesakitan. “Gara-gara dia... Rhea tersakiti.”
“Kalau kaya gini lo bikin masalah jadi tambah runyam.”
Orion berdecak, “gue harus kasih pelajaran ke dia, biar tau rasanya menghargai perasaan perempuan.”
“Orion.”
“Gue tau lo cuman mainin perasaan Rhea,” ujar Orion sinis ke arah Rigel.
Rigel berdecak, “gak sama sekali, gue gak pernah mainin perasaan dia. Gue beneran cinta sama Rhea.”
Titania menundukkan kepalanya, tangannya mencengkram lengan Dione erat. Hatinya berdenyut nyeri saat mendengar ucapan Rigel.
Orion tertawa sinis, “gue gak percaya, kalau begini jadinya. Mending dari awal gue gak kenalin lo ke Rhea.”
“Orion udah, gak usah permasalahin masalah kemarin.”
Orion menatap kesal Leo, “ini demi Rhea.”
“Lo rela berantem sama sahabat lo... Demi Rhea?” tanya Dione hati-hati.
Orion melirik Dione sekilas, “ya... Demi Rhea gue rela ngelakuin apapun.” Orion melangkah pergi meninggalkan taman belakang.
Meninggalkan Rigel dan yang lainnya. Rigel meringis kesakitan saat sudut bibirnya terasa perih. Sedangkan Titania dan Dione terdiam, terdiam dengan hati mereka yang berdenyut sakit.
Leo melangkah mendekati Dione dan Titania, ia melirik Rigel yang masih terdiam, “lo gak ke kelas Ri?”
Rigel berdehem, ia melangkah meninggalkan taman belakang. Titania yang melihat Rigel menjauh langsung berlari menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta, Waktu, dan Takdir
Fiksi Remaja[COMPLETED] Bisakah ia menentukan cintanya sendiri? Mengharapkan sang kekasih kembali dan hidup bahagia bersama. Memulai awal kisah yang bahagia bersama perempuan yang ia cintai. Kisah cintanya tidak semudah yang. dipikirkan, ini lebih rumit dari ma...