Sepuluh

142 7 0
                                    

Part ini sudah direvisi. Happy reading ^_^

***

Kecewa satu hal wajar bukan, meski pada keluarga sekalipun.

***

Nanda memalingkan wajahnya menghadap jendela. Menatap setiap jalanan yang dilintasinya. Hari ini dirinya harus berangkat bersama kakaknya, mengingat pagi tadi Rizal terus memaksa dirinya untuk diantar olehnya.

Nanda bisa saja menolak, tetapi hati kecilnya melarang itu. Alhasil, sekarang terasa sangat canggung. Baik Nanda maupun Rizal sama-sama tak ingin membuka suaranya. Bukan salah Nanda kan masih kesal pada Rizal.

Lamunan Nanda buyar begitu mobil yang ditumpanginya berhenti. Sudah sampai rupanya, batin Nanda.

Gadis itu melepas sabuk pengaman yang melingkar ditubuhnya. Setelahnya memutuskan untuk turun. Belum sempat turun pertanyaan dari Rizal sontak membuatnya diam.

"Masih marah kak Rizal?"

Nanda diam bukan berarti tidak ingin menjawab. Ia bingung harus menjawab apa.

"Kak Rizal minta maaf atas perkataan kakak kemarin. Kamu benar, ini salah kak Rizal karena melihat situasi dari sudut pandang kakak bukan dari sudut pandang kamu. Kak Rizal janji akan menuruti keinginan kamu asal kamu gak diemin kakak seperti ini," ujar Rizal

Nanda menoleh menatap Rizal, "Apapun yang aku mau?" tanya Nanda antusias.

Rizal mengangguk.

"Kalau gitu belikan aku Ramen 10 cup."

"Kecuali itu."

"Ah, apaan sih. Tadi katanya apapun, sekarang ada pengecualian," gerutu Nanda.

"Lima cup. Iya atau tidak sama sekali."

"Terserah kak Rizal. Aku udah telat, mau masuk."

Nanda turun dari mobilnya disaat Rizal tertawa. Jangan salahkan Rizal melarang Nanda makan sejenis mie. Sejak kecil Nanda punya penyakit maag dan harus menjaga pola makannya dengan benar. Cowok itu tak ingin adiknya sakit jika mengonsumsi makanan itu terlalu over.

***

"Sendirian aja?"

Nanda menoleh, secara tiba-tiba keningnya mengkerut menatap sosok dihadapannya. Tatapannya seakan tak bersahabat namun Nanda berusaha keras untuk bersikap seperti biasa.

"Gue boleh tanya sesuatu gak sama lo?"  tanya Mila.

Nanda mengangguk tanpa bersuara. Tangannya kembali meneguk es dihadapannya.

Nanda memang berada di kantin dan hanya seorang diri. Awalnya ia ingin mengajak Bella, tapi entah ada apa guru memanggilnya sehingga Nanda memutuskan pergi sendiri.

"Lo sama Radit ada hubungan apa?"

Nanda tersentak, memandang Mila dengan wajah tanpa ekspresi. Ada apa dengan gadis itu, kenapa tiba-tiba menanyakan itu? Mungkinkah cewek itu sudah merasa janggal antara dirinya dan Radit.

PACARAN??? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang