Dua puluh satu

90 5 0
                                    

Part ini sudah direvisi. Happy reading ^_^

***

Sesaat aku merasa senang melihatmu, tetapi aku mulai merasa takut saat melihat keadaanmu seperti itu...

***

Radit berlari bak orang kesetanan. Nanda menelponnya, memberi tau dimana cewek itu berada. Mendengar suaranya saja sudah membuat Radit yakin bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Hatinya gelisah, pikirannya kalut. Rasa bersalah sungguh menyelimutinya. Tidak seharusnya Radit membentak Nanda dan mengacuhkan nya sekalipun ia kesal. Pikirannya tadi hanya kacau dan sekarang bertambah kacau. Hingga akhirnya sampailah Radit ditempat yang menjadi tujuan utamanya.

Kamar mandi.

Di Sana Radit melihat satu pintu tertutup diantara Empat pintu lainnya. Radit yakin Nanda pasti ada didalamnya. Radit menggedor pintu kamar mandi itu, memastikan Nanda ada didalamnya. Hingga objek pandangannya terarah pada kunci yang masih tergantung di knop pintu tersebut.

Cepat-cepat ia putar kunci itu.

Radit meringis melihat pemandangan di depannya. Hatinya teriris melihat Nanda tergeletak di lantai dengan pakaian basah kuyup serta wajahnya yang sangat pucat.

Radit menangkup wajah cewek itu. Rasa panas menjalar pada kulitnya begitu tangannya menyentuh kulit Nanda. Sekarang hanya ada rasa penyesalan yang menggerogoti Radit.

"Gue minta maaf, seharusnya gue gak ngacuhin lo."

Radit mendekap Nanda sangat kuat, memberikan kekuatan pada Nanda. Sementara yang didekapnya hanya terkekeh pelan. Entah itu sebuah seringaian atau memang Nanda yang tertawa. Sekarang dirinya merasa tenang, setidaknya ada seseorang yang akan membantu dirinya jika terjadi sesuatu.

Nanda ingin sekali membalas pelukan Radit, namun sayang tenaganya hilang meski hanya sekedar membalas pelukan. Kesadaran Nanda semakin menipis tubuhnya sudah sangat lemas ditambah kepalanya yang terus berdenyut. Hingga kesadarannya mulai terenggutnya perlahan.

"NANDA!!! NANDA!!!"

***

Bella panik melihat Radit berlari sambil menggendong Nanda. Bella ingin bertanya apa yang terjadi tapi keadaan tidak memungkinkan. Semuanya terlalu cepat sehingga otaknya sulit mencerna apa yang terjadi. Bella mengikuti Radit dari belakang, ia tidak gila meninggalkan Radit dengan keadaan kacau. Sekesal-kesalnya Bella pada Radit tetap ia tidak bisa membiarkan Radit dalam keadaan kacau.

Sudah hampir satu jam mereka didepan pintu. Menunggu dokter keluar. Di sana Bella menangkap raut khawatir Radit, hingga akhirnya gadis itu memilih mendekat dan mengusap bahu Radit.

"Tenang aja Nanda pasti baik-baik aja."

Radit masih diam namun dalam hati ia juga berharap demikian. Hingga atensi keduanya mulai terfokus pada sosok dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

"Dok, bagaimana keadaan teman saya?"

"Suhu tubuhnya sangat tinggi dan sekarang dia sedang istirahat. Usahakan pasien tidak banyak berfikir, hanya itu saja. Kalau begitu saya pamit dulu, permisi."

Dokter dihadapannya sudah menghilang dan kini hanya menyisakan Bella dan Radit. Bella sudah menghubungi Rizal mengenai kondisi Nanda yang dirawat dan mungkin sebentar lagi akan datang.

Di saat Bella akan masuk ke dalan ruang inap Nanda. Radit justru ingin melangkahkan kakinya pergi.

"Dit, mau kemana? Lo gak mau nemuin Nanda dulu?"

PACARAN??? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang