Sebelas

130 6 0
                                    

Part ini sudah direvisi. Happy reading ^_^

***

Maaf, andai aku tidak seperti itu mungkin kejadian ini tidak terjadi.


***


Radit tengah asik bermain game didalam kamarnya. Cuacanya sedikit dingin karena hujan deras diluar sana. Sangat nyaman dan tentram. Ditambah hawa dinginnya. Namun Radit sedikit menggerutu saat game yang di mainkan nya berhenti. Panggilan telepon masuk kedalam ponselnya. Menampilkan nama yang menurutnya tak asing namun ia lupa.

Bi ami.

Radit berfikir keras, otaknya masih mencari si pemilik nama. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk mengenal seseorang tersebut. Hingga akhirnya ia mengingatnya. Kalau tidak salah, Bi ami adalah satu pelayan di rumah Nanda. Orang yang selalu ia lihat saat bermain ke rumah Nanda.

"Halo den Radit, ini bi ami. Hm, non Nanda ada sama den Radit gak?"

"Gak ada tuh bi, emangnya Nanda tadi pergi, pergi kemana?"

"Bibi juga gak tau kemana. bibi cemas banget den soalnya tadi non Nanda perginya gak kasih tau mau kemana."

"Yasudah bibi tunggu dirumah saja, biar Radit yang cari Nanda."

"Maaf ya den udah ngerepotin."

"Iya bi gak papah kok."

"Makasih ya den."

"Sama-sama."

Secara spontan Radit ikut merasa cemas. Kemana Nanda pergi, hujan sedang lebat-lebatnya. Perasaan Radit jadi tak karuan gini begitu tau Nanda masih berada diluar sana bersama hujan yang entah kapan akan berhenti.

Radit bangkit, mengambil jas hujan serta jaketnya. Bertepatan Radit keluar, seorang paruh baya datang, membuat Radit menghentikan langkahnya mau tak mau.

"Mau kemana kamu hujan-hujan seperti ini?" tanya Kirana.

"Keluar sebentar," jawab Radit.

"Nanti aja kalau sudah reda," cegah wanita paruh baya tersebut.

"Gak bisa ini penting, Radit pergi," Ucap Radit pergi.

"Tapi diluar sedang hujan lebat," Kirana masih mencegah Radit untuk keluar.

"Radit tahu, tapi ini darurat...."

"...Radit pergi."

Kirana hanya bisa menghela nafasnya. Sampai kapan anak bungsunya akan seperti itu padanya. Mengacuhkan ucapannya.

***

Jam menunjukan pukul setengah sembilan malam dan hujan belum juga berhenti. Bagaimana ini, hari semakin larut dan Nanda masih berada di luar rumah. Bagaimana jika Bi ami khawatir dengannya. Tak ada pilihan, lebih baik ia menerjang hujan dan segera kembali.

Nanda mulai beranjak dari cafe. Ketika pintu ia buka kesan pertama yang ia dapat adalah dingin. Hujannya begitu deras. Nanda jadi ragu untuk menerjang nya. Ah, sudahlah lebih baik ia terjang saja. Karena ada bi ami di rumah yang  menunggu ke pulangnya. Nanda tak ingin membuat bi ami cemas karena dirinya belum pulang.

Nanda berlari menjauh dari cafe, seluruh pakaiannya basah karena  air hujan yang membasahi nya. Masa bodoh seragam sekolahnya basah. Gadis itu berusaha lari menuju halte dengan cepat. Setidaknya di sana ia bisa berteduh sambil menunggu kendaraan lewat.

PACARAN??? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang