5.Menangis?

8.4K 417 4
                                    

"Sudah Allya, jangan nangis," bujuk Hanum.

"Dasar cengeng," sindir Miftah.

"EH! BAPAK SEMBARANGAN YA! SAYA ITU SEDIH KARENA SAYA MASAK AYAM GOSONG, KAN MUBAZIR JADINYA. EMANG BAPAK MAU MAKAN AYAM GOSONG? NGGA MAU KAN?!" teriak Allya dihadapan Miftah. Dari eskpresi wajah Miftah ia hanya memasang muka oh ria.

"Udah-udah, ngga papa Allya. Biar tante yang masak ya? Kamu kekamar aja," ucap Hanum tersenyum.

"Maafin Allya, tante."

"Ngga papa kok sayang."

Allya berjalan menuju kamarnya, Miftah hanya melihatnya lewat saja. Tak menegur, hanya memasang wajah datar. Hush!

"Gausah gitu matanya liatin saya, pak. Ntar copot Allya ngga mau tanggung jawab ya," sindir Allya ketika ia sadar bahwa Miftah memperhatikannya.

"Siapa yang memperhatikan kamu? Saya cuma liat kucing saya kok lagi ngikutin kamu," ucap Miftah.

Allya menatap kebawah. Memang benar kucing milik Miftah mengikutinya. Aduh malu gue!

"Allya," panggil Miftah.

"Apa pak? Allya ngantuk nih mau bobo," sahut Allya.

"Kamu kapan lahir?"

"Hah? Maksud bapak tanggal ulang tahun saya gitu?"

"Iya."

"Tanggal 10 Maret, pak. Kenapa? Mau kasih saya hadiah ya?"

"Saya cuma nanya, kali aja kamu mau pulang ketika kamu ulang tahun."

"Emang boleh ya pak?"

"Boleh."

"Ulang tahun saya kan masih lama, 10 hari lagi!"

"Sana ke kamar, kan mau tidur."

"Yaelah bapak glasses, oke pak. Dadah, jangan rindu yaw! Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumussalam," sahut Miftah tersenyum. Senyuman yang hanya ia tampilkan untuk kerabat-kerabat dekat.

🌞🌞🌞

Miftah sekeluarga memgantarkan Allya untuk ke Jakarta tepat 3 hari sebelum Allya berulang tahun yang ke-17.

"Siapa yang nyuruh kamu didepan?" ucap Miftah ketika Allya ingin duduk disampingnya.

"Tanta yang nyuruh saya didepan, pak," sahut Allya.

"Kamu dibelakang saja, kursi ini khusus untuk ayah sama ibu saya."

"Abang, kan mama yang nyuruh. Gapapa juga kali Allya duduk disamping kamu," kekeh Hanum.

Miftah hanya menghembuskan nafas kasarnya. Allya tersenyum menang, ia pun duduk disamping Miftah.

"Makasih tante, om sudah mau nganterin Allya ke Jakarta. Maaf jika merepotkan," ucap Allya tersenyum.

"Memang merepotkan," desis Miftah.

"Kalo bapak merasa direpotkan yasudah, saya pulang sendiri!"

"Emang berani?"

[Engga berani sih, hehe]

"Jangan cerewet," ucap Miftah kemudian menjalankan mobilnya.

Assalamu'alaikum Ustadz! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang