You Drove Me Crazy

119 10 0
                                    

Kwon Soonyoung

Sudah hampir dua bulan aku dan Midori menjalin hubungan tanpa status ini. Tidak ada yang berbeda jauh sih. Karena kesibukan masing-masing, jadwal komunikasi kami masih sama seperti dulu. Lebih intens di malam hari.

Aku bahkan tidak merasa seperti ada yang berbeda.

Yah, bagaimana pun juga aku harus menghormati keputusan Midori. Lambat laun gadis itu mulai menerimaku, aku sadar itu. Setelah mendapat beberapa nasihat dari para member, aku kini tahu bahwa untuk menghadapi gadis tipe Midori, aku tidak boleh terlalu agresif. Bisa-bisa dia justru kabur.

Kebanyakan fans mungkin tahunya aku adalah orang yang berisik dan hiperaktif ketika berada di atas panggung. Namun, dibalik itu semua, aku cukup bisa mengendalikan diri kok. Aku tidak seberisik itu. Jadi, semoga saja sisi lain diriku yang itu bisa mengimbangi sikap tenang dan penuh perhitungan dari Midori.

Kalau bicara tentang Midori, aku tentu tidak bisa melupakan sosok Hyesung, sahabat karibnya. Sepertinya yang sudah bisa kalian tebak, tak lama aku dan Midori memutuskan untuk 'saling mengenal lebih jauh', Hyesung langsung mengadakan wawancara khusus denganku.

Wah, aku bahkan tidak tahu kalau Hyesung sangat protektif dengan Midori. Bahkan setahuku dulu dia tidak begitu dengan Jihoon. Ops.

Yah, intinya, sih bukan itu. Hyesung hanya memintaku untuk benar-benar bersabar dalam menghadapi Midori. Pasalnya sahabatnya itu ternyata selalu merasa dirinya menanggung tanggung jawab besar dalam menghidupi keluarganya. Hyesung bilang, jika aku benar-benar menyayangi Midori, aku harus mau dijadikan prioritas kedua setelah adik-adiknya. Aku percaya sih. Setelah menghabiskan hampir lima hari tinggal bersama di rumahnya, aku dapat melihat bagaimana dirinya bersikap terhadap ketiga adik laki-lakinya.

Aku jadi kagum, sekaligus iri. Namun, diatas itu semua, aku jadi merasa tidak berguna karena kehadiranku di kehidupannya tidak cukup untuk meringankan bebannya.

Aku terkesiap kaget ketika mendengar ponselku berbunyi. Nama Midori terpampang sebagai caller id di layar. Aku mengerutkan kening. Tumben sekali gadis itu meneleponku di siang bolong seperti ini.

"Halo, Midori," sapaku riang mengangkat telepon.

"Halo," balasnya dari seberang sana. Dari nada bicaranya aku dapat menangkap bahwa dia sedang sangat senang. "Tebak aku akan memberimu kabar apa."

Aku mengulum senyum. Satu hal yang aku ketahui. Kalau Midori sedang larut dalam hal-hal menyenangkan yang ia sukai, secara tidak sadar dia akan menjadi jauhhhh lebih imut dari biasanya. Kalau dia ada di hadapanku saat ini, entah bagaimana aku bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Mencubit pipi gadis itu maksudnya.

"Kau... memenangkan undian?"

"Aku tidak bermain dengan probabilitas seperti itu, Kwon Soonyoung," keluhnya.

Ya. Midori akan memanggil nama lengkapku kalau dia sudah lelah dengan candaan garing yang aku keluarkan. Haha. Manisnyaaa.

"Kalau begitu beritahu aku," ucapku sambil terkekeh. "Kau terlihat sangat menggemaskan karena super excited seperti sekarang."

Hening. Aku bisa membayangkan kedua pipi tembem Midori memerah disana. Aku berusaha keras untuk menahan tawa agar gadis itu tidak memutuskan sambungan telepon.

Midori berdeham kecil. "Kau menang. Sampai saat ini aku bahkan belum terbiasa dengan tembakan langsungmu dalam menggodaku," katanya malu-malu.

See? Kali ini aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku tertawa tanpa suara sambil menendang-nendangkan kaki ke udara. Hansol yang sedang sibuk dengan ponselnya di kasur sebelah hanya dapat memandangiku dengan wajah herannya.

[SVT FF Series] Teach Me How to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang