Wedding Day

342 14 2
                                    

Tanaka Midori

Aku menunggu di ruang tunggu pengantin wanita dengan gelisah. Hyesung selalu berdiri di sampingku, ia dengan ramah memperkenalkan aku pada teman-teman Soonyoung yang datang. Sahabatku ini bahkan dengan sukarela tanpa kumintai bantuan bertugas sebagai seorang translator, yah, aku tidak terlalu membutuhkannya karena aku sudah mulai mengerti dan dapat bicara menggunakan bahasa Korea. Aku hanya butuh Hyesung berada di sisiku untuk menenangkan kegugupanku!

"Hari natal yang indah, ya," seru Hyesung sambil menghempaskan diri di sofa ketika tidak ada tamu yang datang. "Kau pasti senang karena hadiah ulang tahunmu dari Soonyoung adalah pernikahan kalian?"

Aku meringis. "Aku terlalu gugup karena pernikahan ini diliput oleh beberapa media."

Hyesung memberiku senyum menenangkan. "Tenang saja, mereka tidak akan menulis hal-hal aneh dan berlebihan. Mereka harus berhadapan dulu dengan kakak sepupuku jika mau macam-macam dengan artis kami."

Aku mengernyitkan dahi begitu mendengar evil laugh yang gadis itu keluarkan. Benarkah dia Han Hyesung yang kukenal? Dia terdengar sangat jahat dalam mengeluarkan kata-kata ancamannya. Yah, dirinya pun pernah tersandung skandal jelek akibat kelakuan para sasaeng fans. Namanya berhasil dibersihkan sebagian besar karena usaha Kak Jisung.

Disela-sela pembicaraan kami, pintu ruangan di ketuk pelan dari luar. Seorang wanita dengan gaun manis nan anggun menampakkan diri bersama dua orang anak laki-laki kembar. Ah, aku menunggu kehadiran mereka!

"Taeyong, Taeyun, kalian menggemaskan sekali!" Hyesung dengan gembira menyambut kedua bocah kembar tersebut.

"Maaf, kami sedikit terlambat," Nara, istri Chan, berjalan menghampiriku sambil menunjukkan senyum manisnya. "Taeyun sedikit rewel saat dibangunkan untuk bersiap-siap."

Aku menggeleng, maklum dengan alasannya. Mengurus anak kembar berumur dua setengah tahun seorang diri tidaklah mudah. Chan masih menjalani program wajib militernya, jadi Nara harus menjalankan dua peran sekaligus sebagai Ibu dan Ayah.

"Tidak masalah. Aku senang kalian bisa datang," jawabku ramah.

"Ayo, beri salam dulu pada Tante Midori," Hyesung menggiring dua bocah berpakaian jas formal itu ke hadapanku. Ya, anak kembar Chan ini akan berperan sebagai flower boy di acara pernikahanku nanti. Kehadiran mereka menggantikan sang ayah yang sedang bertugas dan tidak bisa menghadiri acara hari ini.

"Selamat atas pernikahanmu, Tante Midori," ucap Taeyong dan Taeyun bersamaan sambil menundukkan badan sembilan puluh derajat. Aku tertawa senang dan membalas ucapan selamat mereka.

"Tante Midori seperti putri," puji Taeyun sambil mengelus gaun pengantinku.

"Oh ya? Menurut Taeyun, Tante ini putri apa?" tanyaku menanggapi.

"Putri Salju," balas Taeyun cepat sambil memamerkan deretan gigi putihnya. "Gaunnya perwarna putih dan empuk seperti salju," kali ini Taeyun menyandarkan kepalanya di pangkuanku.

Sontak, Nara dan Hyesung langsung menarik bocah itu menjauh. Takut ia akan nekat naik ke pangkuan dan merusak gaun pengantinku yang memang terlihat mewah ini. Aku tertawa kecil melihat bagaimana paniknya Nara dan Hyesung mencegah usaha Taeyun.

"Maafkan perbuatan Taeyun tadi, Midori-ssi," Nara mengangguk dalam-dalam. Ia menggenggam kedua tangan putra-putranya di kanan-kiri agar mereka tidak lepas kendali.

Aku menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, lagipula dia benar-benar innocent dan tidak tahu apa-apa. Aku senang mendengar panggilan putri darinya."

Taeyong mengangkat wajahnya dan memandangku. Dibandingkan Taeyun, kembarannya ini memang terlihat lebih tenang dan pendiam. "Kalau Om Soonyoung kan wangjanim, jadi Tante Midori seorang putri, kan Eomma?"

Nara terlihat bingung bagaimana harus menanggapi. "Iya sayang."

Hyesung memberikan ciuman cepat di kedua kepala Taeyong dan Taeyun bergantian. "Kalau begitu, kalian istirahat di ruang sebelah dulu ya. Ada Haneul juga lho disana," ucap Hyesung membujuk keduanya dengan menyebutkan putra Jeonghan yang seumuran dengan mereka.

"Eomma, aku mau bertemu dengan Haneul," rengek Taeyun.

"Kalau begitu, kami pergi dulu ya Midori-ssi," pamit Nara. "Aku akan mengajari Taeyun dan Taeyong agar bisa mengikuti instruksi untuk menyebar bunga bersama Jihee nanti."

Aku tersenyum dan mengangguk kecil sebagai tanda terima kasih. "Terima kasih, Nara-ssi. Jangan lupa untuk menikmati acaranya."

--

Hari bahagia ini akhirnya datang juga. Hari dimana aku mengucapkan janji suci bersedia hidup sebagai istri Kwon Soonyoung di hadapan Tuhan. Momen haru dan sakral yang kami tunggu dengan penuh antisipasi. Saat dimana air mata tangis bahagia nan bangga dari Ayah dan Ibu mengantarku menuju kehidupan baru.

Aku berjalan sepanjang karpet merah sambil menggenggam tangan Ayah. Awalnya, kekhawatiranku hanya sebatas tentang tersandung oleh gaun panjang yang aku kenakan. Namun, begitu Ayah melepaskan tanganku dan menyerahkannya pada Soonyoung yang menungguku di depan altar, pikiranku menjadi benar-benar terbuka. Kekhawatiranku tadi tidak ada apa-apanya dibanding masa depan yang akan aku lalui bersama pria yang sedang menatapku dengan mata berlinangnya ini.

Selesai mengucapkan janji sehidup semati, Soonyoung memberikan ciuman panjang dan manis di bibirku. Aku tidak bisa membalasnya karena kelewat gugup dan malu harus melakukannya di hadapan banyak orang.

"Kau sangat cantik. Aku siap menikahimu setiap hari kalau begini," goda Soonyoung setelah mengakhiri ciumannya. Aku tertawa kecil mendengarnya. Ia berusaha membuatku santai dan menikmati hari bahagia kami tanpa beban. Dan, usahanya berhasil.

Dari banyaknya member Seventeen, ada dua orang yang tidak bisa hadir karena sedang menjalankan tugas negaranya. Dengan absennya Seungkwan dan Chan, foto bersama kami terasa sangat kosong. Ya, kekeluargaan di dalam Seventeen memang seerat itu. Aku jadi merasa ikut kehilangan walaupun bukan sebagai member.

Jihoon dan Melodi, kekasih Minghao, membawakan lagu duet berjudul Love Day yang dipopulerkan oleh Yang Yoseop dan Jeong Eunji dalam bahasa Korea. Suara manis kedua orang itu mampu menjelaskan perasaan di dalam lagunya walaupun aku tidak terlalu mengerti dengan keseluruhan artinya. Bahkan tanpa sadar aku menggerakkan kepalaku mengikuti irama yang dihasilkan oleh musiknya.

Soonyoung menggenggam sebelah tanganku erat. Aku menoleh padanya, ia tersenyum manis padaku. Tanpa kata yang terucap, aku tahu bahwa dia sedang berterima kasih. Ah, rasanya hidupku terlalu sempurna karena bisa mendapatkan cinta tulus dari pria di sebelahku ini.

"Aku punya hadiah untukmu," kata Soonyoung padaku.

Ia melepaskan genggaman tangannya dan berjalan menjauhiku. Aku menatapnya heran, was-was dengan apa yang barusan ia katakan tadi. Kekhawatiranku makin menjadi ketika ia melepas tuxedo berwarna abu-abu yang dikenakannya dan berdiri di tengah tempat luas. Para tamu bersorak kegirangan ketika musik upbeat terdengar di seluruh penjuru ruangan dan sepuluh member Seventeen lainnya mulai membentuk formasi di sekeliling Soonyoung.

"Give me your, give me your, give me your attention, baby." Lagu milik Bruno Mars berjudul Treasure terdengar.

Soonyoung mulai bernyanyi sambil menari di tengah ruangan. Aku membelalakkan kedua mataku ketika menyadari bahwa Soonyoung sedang mengadakan pertunjukkan khusus untukku. Ia terus menari dengan lihai sambil menyanyi tanpa mempedulikan sorakan yang makin riuh ketika member Seventeen lain mengikuti gerakannya dengan rapi di belakangnya.

Sadar dari keterkejutanku, aku mulai tertawa lepas. Ya, Soonyoung sangat suka menari. Ia bahkan menganggap pesta pernikahannya sendiri bagai panggung pertunjukkan. Walaupun tadi ia bilang bahwa ini adalah hadiah untukku, sepertinya ia juga ikut menikmatinya, yah, semua orang di ruangan ini menikmatinya.

Aku menghapus setitik air mata yang keluar karena capek tertawa. Ah, aku benar-benar bahagia!

[SVT FF Series] Teach Me How to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang