Her Answer

116 11 1
                                    

Tanaka Midori

Aku menutup bagasi mobil saat Soonyoung selesai mengeluarkan kopernya. Tak lupa aku menekan tombol lock pada kunci mobil dan mengantungi benda ini di saku celana.

"Masih ada banyak waktu, mau ngobrol sambil minum kopi dulu?" tawarku pada Soonyoung.

Soonyoung melihat jam di layar ponselnya. Ia mengangguk. "Let's go!"

Kami memasuki kedai kopi dan memilih duduk di bagian terdalam dari area tempat duduk. Aku sih yang memilihnya, dengan pertimbangan bersembunyi dan berjaga-jaga agar tidak ketahuan fans. Aku masih ingat betul bagaimana dulu foto-foto kencan Hyesung dan Jihoon saat di Jepang tersebar luas di internet. Hal itu juga yang membuat keduanya memilih untuk memutuskan hubungan.

Eh, memangnya aku dan Soonyoung sedang kencan?

"Ah, pesanannya sudah jadi. Biar aku yang ambil," kata Soonyoung sambil membawa pager yang masih bergetar.

Aku memandangi punggung Soonyoung yang berjalan menjauh. Aku menumpukan dagu pada sebelah tangan sembari mengamatinya. Pikiranku terbayang dengan semua hal yang telah aku lakukan bersama dengan Soonyoung selama lima hari ini.

Soonyoung berjalan kearahku dengan nampan berisi minuman di tangannya. Aduh, aku ketahuan sedang memperhatikannya. Sudah kepalang basah, aku hanya menunjukkan senyuman andalanku sembari menatap kedua matanya.

"Ini milikmu," ucap Soonyoung sambil meletakkan cangkir berisi kopi susu pesananku. "Dan ini milikku," kali ini ia meletakkan iced americano di hadapannya.

"Terima kasih," ucapku singkat. Aku mencicipi sedikit minumanku.

Hening kembali. Aku merasa Soonyoung menjadi lebih pendiam jika sedang berdua saja denganku. Aduh, canggung parah! Kemana kemampuan bicaraku?

"Kau akan terus bekerja di restoran keluarga?" tanya Soonyoung membuka percakapan.

Aku mengangkat kepala memandangnya. "Sepertinya begitu."

"Kenapa? Kau tidak senang bekerja disana?" tanyanya memberi tanggapan ketika mendengar nada bicaraku yang tidak antusias.

Apa wajahku setransparan itu? Atau memang Soonyoung yang terlalu peka?

Aku memberikan cengiran kecil. "Kalau aku punya pilihan lain, mungkin akan aku pertimbangkan."

Soonyoung menatapku lamat-lamat. Tatapan serius namun tidak menghakimi.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Aku menelengkan kepala karena tidak mengerti dengan pertanyaannya. "Kalau kau punya pilihan lain, apa yang ingin kau lakukan?" ucapnya lagi memperjelas kalimat tanyanya.

Aku memainkan pegangan cangkir yang berada di hadapanku. "Cita-citaku adalah membuka kursus handycraft sendiri. Semacam kursus kerajinan tangan begitu. Selain kursus, mungkin aku akan membuka toko kecil juga."

"Kau suka membuat kerajinan tangan?"

Aku mengangguk semangat. "Suka. Suka sekali. Selain seni origami, aku tertarik dengan berbagai jenis kegiatan karya tangan lainnya."

Soonyoung tersenyum manis. "Kalau begitu, lakukanlah. Kau punya banyak kesempatan untuk melakukannya. Kau berhak melakukan hal yang kau suka."

Seketika semangatku hilang entah kemana. "Bicara memang lebih mudah dari kedengarannya. Untuk buka tempat kursus dan toko kerajinan tangan tidaklah mudah. Butuh banyak biaya untuk memulainya."

"Kau...," Soonyoung tampak kebingungan memilih kata-kata. "Kau kesusahan dalam hal ekonomi?"

Aku tersenyum miris. "Aku masih memiliki tiga adik yang harus aku urus dengan benar. Mereka semua belum kuliah. Aku satu-satunya harapan ayah dan ibu dalam membesarkan bisnis keluarga."

[SVT FF Series] Teach Me How to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang