Sleep tight, Baby!

148 11 0
                                    

Kwon Soonyoung

Aku dan Midori memutuskan jalan-jalan tak jauh dari daerah dotonburi. Awalnya aku hanya asal menawarinya untuk mengobrol di luar, aku tidak menyangka dirinya akan menerima tawaranku dengan sangat santai.

Kami jalan tanpa tujuan menyusuri jalan utama. Aku sengaja berjalan lambat-lambat. Selain karena repot membawa Jihee dalam gendonganku, aku juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama Midori.

Walaupun aku merasa sangat canggung, aku tidak bisa memungkiri bahwa rasa senang dan berdebar-debar yang kini sedang mendominasi. Aku berusaha keras untuk membuat suasana menjadi santai. Aku tidak ingin Midori merasa tidak nyaman denganku.

Tanpa terasa kami tiba di daerah Jembatan Ebisubashi. Mengobrol sambil jalan-jalan memang terkadang membuat lupa waktu. Midori mengarahkan kami untuk duduk di kursi-kursi yang tersedia di pinggir kanal.

Sesungguhnya aku pun sudah kerepotan karena Jihee yang merasa kepanasan dan mulai rewel. Aku duduk sembari memangku Jihee yang merengek. Midori bantu melepaskan tas ransel dari punggungku. Tanpa disuruh, gadis itu sudah mengeluarkan botol minum Jihee dan menyerahkannya padaku.

"Sekarang musim panas, rawan bagi anak kecil untuk mengalami dehidrasi," ucapnya.

Aku mengangguk. Aku segera memberikan minum pada Jihee. Benar saja, gadis kecil ini mulai tenang dan minum dengan lahap.

"Kau cukup punya banyak pengalaman mengasuh anak rupanya?"

Midori yang sedang mengipasi wajahnya dengan tangan, menoleh ke arahku. Ia tersenyum simpul. "Saat usiaku lima belas tahun, aku mengurus Masuo yang masih bayi. Kau tidak lupa kan kalau aku ini kakak dari tiga orang adik?"

Aku mengangguk-angguk paham. Seharusnya aku tidak perlu mempertanyakan kemampuannya lagi.

"Jihee mirip sekali denganmu ya," komentar Midori sambil tersenyum memandangi Jihee di pangkuanku. Ia mengipaskan selembar kertas yang telah dilipat ke arah gadis kecil itu. Jihee yang merasa keenakan mulai memejamkan matanya.

"Kau tadi kaget karena dia memanggilku Papa, ya?" tanyaku pada Midori.

Kedua mata Midori melebar. Pipinya memerah. Haha, tepat sasaran. Dia tersipu malu karena tebakanku benar.

"Siapa yang tidak akan salah sangka kalau melihat bagaimana miripnya kalian berdua, dan Jihee yang memanggilmu Papa," elaknya tak mau kalah.

Aku terkekeh. Pandanganku kembali terarah pada Jihee. Aku mengusap peluhnya di dahi dan mencium kepalanya pelan.

"Aku tidak ingin menyembunyikan berita pernikahanku nanti dari publik. Aku ingin istri dan anak-anakku nanti diakui oleh para fans," ucapku jujur. Aku kembali menoleh ke arah Midori. "Jadi aku tidak akan menikah diam-diam."

Midori tersenyum kecil. Ia memalingkan wajah ke arah lain. Enggan menatap ke dalam mataku.

"Huah, panas sekali," ucapnya dengan nada dibuat-buat. "Aku mau beli minuman dingin disana, kau mau apa?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Sama saja sepertimu, yang penting dingin," jawabku.

Midori mengangguk mengerti. Ia berdiri dan membenahi bajunya yang kusut. "Kalau begitu tunggu sebentar disini ya."

--

Tanaka Midori

Aku segera melarikan diri ketika Soonyoung mulai membahas tentang pernikahan. Selama perjalan tadi, kami hanya ketawa-ketiwi membahas hal-hal yang selama ini kami lewatkan. Tidak ada pembahasan yang berat-berat.

Namun, begitu ia membahas perihal pernikahan, aku langsung gugup dan tidak ingin mendengarnya lebih lanjut. Aku tidak siap jika ia ternyata sudah punya tunangan dan sedang merencanakan pernikahan. Yang kutahu sejauh ini member Seventeen sudah ada dua orang yang menjadi orangtua. Wonwoo sudah bertunangan dengan seorang penulis terkenal di Korea. Kudengar Jihoon juga sedang merencanakan pernikahannya dengan Hyesung, entah untuk kapan acara itu akan terselenggara. Tentu tidak menutup kemungkinan bahwa Soonyoung juga punya pasangan.

Satu setengah tahun bukanlah waktu yang sebentar. Banyak hal yang bisa terjadi.

Aku berjalan lambat-lambat menuju tempat duduk dimana Soonyoung dan Jihee sudah menunggu. Dua gelas ice lemon tea berada di masing-masing tangan. Aku tidak ingin cepat bertemu dengan Soonyoung, namun kalau tidak, minuman ini sudah tidak akan segar lagi.

"Kau sudah kembali," seru Soonyoung senang melihat kedatanganku. "Aku mau minum."

Aku menyodorkan gelas miliknya. Namun Soonyoung menggeleng. Dengan bahasa isyarat, ia menunjuk ke arah tangannya yang sedang sibuk menyangga Jihee tidur. Malu-malu, aku mengarahkan sedotan ke dalam mulutnya.

Soonyoung meringis senang. Ini sih sama saja aku sedang menyuapinya?!

"Sini duduk di sampingku," pinta Soonyoung. Aku menurut, aku memang pada dasarnya sedang lelah berdiri.

"Panas banget nih," keluh Soonyoung. "Bisa minta tolong ambilkan tissue di tas Jihee dan bersihkan keringat di dahiku?"

Mataku membelalak kaget mendengar permintaannya. Selama aku tinggal beli minuman jangan-jangan Soonyoung ada salah makan. Sikapnya jadi kekanak-kanakan begini.

"Lap saja sendiri menggunakan lengan bajumu," seruku menolak permintaannya.

Soonyoung mengerucutkan bibirnya. "Aku kan sedang bersama anak kecil, jadi harus selalu bersih. Ayolah, bantu aku Midori," pintanya lagi. Ia bahkan bersikap lucu di depanku.

Aku tidak bisa menolak. Dengan selembar tissue, aku mengelap lelehan keringat di wajah Soonyoung. Kasihan sepertinya ia benar-benar kepanasan dan kelelahan akibat mengurus Jihee.

"Mau minum lagi?" tawarku menyodorkan minuman langsung di depan mulutnya. Soonyoung dengan suka cita menerima tawaranku.

Seketika wajahku memanas. Bukan karena udara panas, tapi karena isi pikiranku. Aku dan Soonyoung sekarang seperti... pasangan muda beranak satu yang sedang jalan-jalan bersama. Soonyoung mengurus Jihee, aku mengurus Soonyoung.

"Kau juga sebaiknya minum," ucapan Soonyoung menarik perhatianku. "Wajahmu merah. Kau pasti sangat kepanasan."

Huaaa, malu. Soonyoung tertawa kecil memandangiku. Duh, tatapan hangat itu. Aku segera menyambar gelas minumanku dan meminumnya tanpa jeda.

Tenang, Midori. Jangan berdebar-debar. Ini bukan saat yang tepat!

--

Kwon Soonyoung

Midori manis sekali! Sekali melihat wajah tersipu malunya, aku tidak tahan untuk tidak menggoda gadis ini.

Jujur saja aku masih menyimpan perasaan sayang untuknya. Selama ini aku menahan diri untuk tidak menampakkan diri di depan Midori. Kurasa sekarang saat yang tepat untuk kembali menyatakan perasaanku. Menahan diri selama satu setengah tahun itu tidak mudah, bung.

Aku tidak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Midori. Mungkin karena baru menyadari perasaanku padanya setelah dia memilih pergi, aku juga jadi banyak melihat hal baru darinya. Tidak terfokus pada wajah dan penampilannya. Aku mulai bisa melihat 'isi' diri seorang Tanaka Midori.

Walaupun terkesan dingin dan cuek, sebenarnya gadis itu memiliki sisi hangatnya. Ia berbicara pada dirinya sendiri dalam otak. Setiap ada perbedaan pendapat atau sesuatu yang mengusik hatinya, pasti akan langsung terbaca di wajah.

Kenapa aku baru sadar sekarang ya? Padahal Midori bagaikan buku yang tersampul, tapi sampulnya hanyalah selembar plastik transparan. Bisa dibaca dan ditebak.

Kini aku dan Midori sedang bersama-sama mendengarkan lagu dari playlist ponselku. Kami berbagi earphone. Sebenarnya kami melakukan hal ini karena tidak bisa banyak bicara. Takut Jihee akan terbangun. Alhasil, aku dan Midori menikmati lagu bersama tanpa banyak suara.

Aku melirik ke sebelah. Midori memejamkan kedua matanya. Kepalanya terangguk-angguk. Sebelum membentur sandaran kursi di belakang, aku segera menahannya dengan tangan kiriku. Aku menahan napas. Takut Jihee maupun Midori akan terbangun oleh gerakan tiba-tibaku.

Perlahan, aku meletakkan kepala Midori di bahuku. Gadis itu tetap terlelap tenang. Sepertinya walaupun ia mengambil libur ke Osaka, Midori tetap mengerjakan beberapa pekerjaan hingga kurang istirahat.

Aku menarik napas panjang. Kini ada dua putri yang sedang bersandar tidur padaku. Aku harus ekstra hati-hati. Aku bahkan berusaha meredam debaran jantungku yang melompat tak menentu, takut membuat mereka bangun.

Sungguh kebahagiaan yang tidak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Aku senang!

[SVT FF Series] Teach Me How to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang