I am Happy!

115 10 0
                                    

Kwon Soonyoung

Udon tempura tempat ini memang yang terbaik. Walaupun banyak menu baru, tetap saja aku tidak bisa berpaling. Tempuranya itu lho yang buat beda dari tempat lain. Aku menghabiskan kuah udon hingga tetes terakhir. Ah, kenyang.

"Kak, ini ada gyoza, hadiah dari Ayah," Masuo datang dengan piring baru berisi makanan.

"Wah, benar tidak apa-apa nih?" tanyaku basa-basi. Padahal sih aku sudah ngiler hanya dengan melihat dan mencium aromanya saja.

Masuo mengangguk. Ia meletakkan piring berisi gyoza di hadapanku.

"Kalau kurang, boleh minta lagi ke dapur kok, Kak."

Aku menggeleng. "Segini saja sudah cukup. Terima kasih ya."

Sepeninggal Masuo, aku mengambil satu potong gyoza dan memasukkannya ke dalam mulut. Lezat! Aku tidak tahan untuk mencomot satu lagi.

"Papa," panggil Jihee dari samping sambil menarik lengan kemeja pendekku. "Mam."

Ah, saking asyiknya makan, aku sampai lupa pada Jihee. Kulihat biskuit bayinya yang berceceran di kursi bayi. Aku menghela napas, namun tidak bisa marah. Biar nanti saja aku bereskan.

Aku mengangkat tubuh Jihee dan mendudukkannya di pangkuanku. Tangan mungilnya menggapai-gapai gyoza dipiring.

"Diam dulu," perintahku. Jihee menurut. "Biar papa suapin."

Aku meniup-niup gyoza hingga tidak terlalu panas. Setelah mengecek suhunya, aku menyodorkan makanan ini ke depan mulut Jihee.

Alis Jihee terangkat ke atas. Tandanya ia suka dengan rasa makanan yang lumer di mulutnya. Gadis kecil ini jadi aktif. Aku membiarkan dirinya memegang gyoza di masing-masing tangan. Dasar monster kecil.

Namun melihat bagaimana bahagianya Jihee mengunyah dengan empat gigi depannya, membuatku tidak bisa menahan senyum. Anak kecil memang ajaib. Bisa membuat orang senang dalam sekejap.

---

Tanaka Midori

Ah, apa sih yang sudah aku lakukan? Kenapa aku harus sampai berdandan begini?

Aku memandangi bayangan di cermin. Pipiku tidak terlalu tembam dibandingkan dulu. Aku mulai mengatur jumlah kalori yang masuk setiap harinya. Namun, untuk urusan gaya, aku masih tetap saja. Setia dengan potongan rambut pendek seleher.

Aku menghapus warna lipstick yang menurutku terlalu mencolok. Aku menggantinya dengan warna peach matte. Aku tersenyum puas ketika melihat riasanku yang tampak natural.

Aku mengambil ponsel dan memasukkannya ke dalam saku celana jeans. Aku bergegas menuju restoran.

"Ah," pekikku pelan ketika merasa menabrak sesuatu.

Aku menunduk. Kulihat seorang anak kecil berumur sekitar satu tahun jatuh terjerembab di lantai. Anak siapa dibiarkan jalan-jalan sendiri disini? Aku menggendongnya ketika anak ini mulai terisak.

"Cup cup, mana yang sakit sayang?" tanyaku sambil mengayunnya dalam gendongan. Kubersihkan gaun warna kuning cantik yang ia kenakan dari debu akibat jatuh tadi.

"Papa, papa," tangisnya.

Duh, mana makin keras lagi tangisnya. Aku memasuki restoran dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru. Siapa tahu ada orang tua yang tampak kebingungan mencari anaknya yang hilang.

"Papa mana?" tanyaku pelan.

"Papa, papa," rengeknya tak membantu. Sepertinya gadis kecil ini tidak tahu kalau aku mulai kebingungan dengan tangisannya.

[SVT FF Series] Teach Me How to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang