Past

112 8 2
                                    

Tanaka Midori

Sudah dua bulan berlalu hingga terakhir kali aku bertemu dengan Soonyoung. Sebelum mulai sibuk dengan berbagai macam acara award akhir tahun, pria itu mengunjungiku di Tokyo. Yup, as usual, kami lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan.

Workshop-ku berjalan lancar. Usaha yang aku rintis bersama dengan teman-teman semasa kuliah dulu mulai menunjukkan tanda-tanda balik modal. Hm, Soonyoung banyak memberikan bantuan modal juga sih. Sebentar lagi aku bisa mengembalikan uangnya.

Bicara mengenai Soonyoung, hubungan kami berlangsung dengan lancar. Terkadang aku cemburu dengan interaksi yang ia lakukan pada para fans. Namun kali ini aku sudah belajar bagaimana mengekspresikannya. Jadi, tidak akan terjadi pertengkaran besar. Yah, walaupun aku terkadang masih tidak habis pikir mengapa Soonyoung sangat pencemburu. Misalnya saja pada Atsuhiko, atau bahkan pada murid di workshop yang aku kelola.

Aku mengunci pintu depan gedung tempatku bekerja dan melangkah menuju halte bus terdekat. Malam ini giliranku piket, jadi aku pulang lebih malam dari biasanya. Setelah naik ke atas bus dan menemukan kursi kosong, aku segera merogoh ponsel dari dalam tas.

Sekarang sudah pukul sebelas malam, Soonyoung seharusnya sudah menghubungiku. Namun tidak ada notifikasi satu pun yang muncul. Bahkan pesanku pukul delapan tadi belum dibaca olehnya.

Aku menghela napas panjang. Sepertinya Soonyoung lagi-lagi jatuh tertidur. Jadwalnya memang sangat padat. Aku bahkan bisa merasakan betapa lelah pria itu dari suaranya ketika kami telepon.

Okay, sebagai pacar yang baik, aku akan menjalankan peranku. Aku kembali memasukkan ponsel ke dalam tas. Aku tidak ingin mengusiknya, biarlah ia istirahat. Toh, setelah rangkaian acara award berakhir, Seventeen punya jadwal promosi di Jepang. Kalau aku meluangkan waktu, pasti kami bisa bertemu.

--

Kwon Soonyoung

"Apa kabarmu?"

Aku mengangkat wajah. Setelah sekian lama hanya ada keheningan yang menyelimuti, akhirnya gadis di hadapanku mulai membuka topik pembicaraan.

"Baik," jawabku singkat. Bukan bermaksud dingin, tapi aku bingung harus menjawab pertanyaannya dengan bagaimana. "Bagaimana denganmu?"

Gadis itu tersenyum manis. Lesung pipitnya tercetak jelas. Aku kembali menunduk, menghindari tatap mata dengannya.

"Aku juga baik. Seperti yang kau lihat, aku sukses dengan pekerjaan. Aku juga baru saja dipromosikan naik jabatan menjadi manajer di kantor cabang," ucapnya ceria. "Ah, maaf. Aku terlalu banyak bicara."

"Tidak apa," jawabku kaku.

Keheningan kembali tercipta. Mual dengan keadaan ini, aku menenggak soju yang menganggur di atas meja.

"Jangan cepat-cepat. Kau bukan peminum yang handal," ucapnya memberi peringatan.

Aku terhenti. Ah, jadi dia masih ingat hal itu tentangku? Tanpa mempedulikannya, aku kembali menenggak minuman keras asal Korea ini.

"Kukira kau sudah ganti nomor. Beruntungnya aku ternyata kau masih bisa kuhubungi," ucap gadis di hadapanku. Ia masih tersenyum manis.

Sial! Kepalaku sakit.

"Kenapa kau baru muncul sekarang?" tanyaku. Entahlah, aku tidak bisa berbaik-baik lagi padanya.

Senyum diwajah gadis itu menghilang begitu juga dengan lesung pipit manisnya. Raut wajahnya berubah. Ia menunduk dalam-dalam. Apa aku terlalu keras padanya?

"Aku menepati janjiku. Aku bekerja keras untuk meraih mimpiku. Setelah pekerjaanku sukses, aku baru bisa kembali padamu. Maafkan aku," ucapnya penuh penyesalan. Ah, aku lemah pada wanita yang seperti ini.

[SVT FF Series] Teach Me How to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang