Saat Bella sudah sampai di dalam kelas tidak ada siapa siapa ia melirik jam tangannya ternyata baru pukul 05.59 jadi wajar saja tidak ada orang dikelas selain dirinya. Siapa juga yang mau datang di jam seperti ini kecuali Bella, ia datang pagi karena malas jika bertemu Gavin nanti. Entahlah katakan saja kalau Bella benci pada pria itu.
Setelah beberapa menit sendiri didalam kelas akhirnya ada juga yang datang, walau si gadis kutu buku biarkan yang penting Bella ada temannya. Gadis itu hanya menatap Bella munggkin ia berpikir tumben sekali Bella sudah datang. Tapi Bella tak terganggu dengan itu. Biarkan saja.
"Bell?" Merasa nama nya di sebut Bella menoleh betapa terkejutnya kala ia melihat siapa yang memanggilnya.
"Mau apa lo?" Tanya Bella sinis.
"Bell gua mau ngomong penting sama lo," Ujar pria itu.
"Maaf, tapi gua gak ada waktu." Ucap Bella ketus.
Tanpa aba aba pria itu menarik tangan Bella dan membawa nya ke luar kelas.
"Mau lo tuh apa sih?!" Tanya Bella.
"Gua mau minta maaf sama lo Bell. Gua tau gua salah, plis Bell gua dihantui sama rasa bersalah," Jawab pria itu.
"Eh tunggu tunggu, itu mereka ngapain ya? Kok Bella kaya mau nangis gitu tapi muka nya marah." Dari balik tembok Arla dan Livy sedang mengintip Bella dan pria yang bicara pada nya.
"Mana gua tau," Ucap Livy. Saat Livy hendak berjalan kembali Arla menahan tangan nya.
"Apa?" Tanya Livy.
"Kita liat dulu sampe Gavin pergi," Jawab Arla. Pria yang sedang berbicara pada Bella adalah Gavin.
Dengan terpaksa Livy mengikuti kemauan teman nya ini dan menyaksikan apa yang terjadi, sampai Gavin pergi.
"Haii semua," Teriak Arla seolah ia tak tahu apa yang terjadi tadi ia melirik Bella yang sedang duduk di tempat nya, pandangan mata nya kosong. Memang kelas sudah lebih ramai.
"Bell lo kenapa? Sakit?" Tanya Livy yang duduk di sebelah Bella.
Bella menoleh dan menjawab kalau dia tidak apa apa. Itu membuat Arla dan Livy menghela napas.
"Cerita aja Bell gak usah di pendem," Ucap Livy. Sekali lagi Bella mengatakan tidak apa apa.
"Bella kenapa?" Tanya Jeslyn yang baru datang. Arla menarik tangan Jeslyn dan membawa nya ke kantin.
"Lo belum sarapan?" Tanya Jeslyn saat sudah di kantin.
"Udah," Jawab Arla.
"Terus kenapa ke kantin? Gua juga udah sarapan," Ujar Jeslyn.
Arla menghela napas. "Tadi lo nanya kan Bella kenapa? Sekarang gua kasih tau sama lo. Dan lo jangan potong omongan gua," Ucap Arla yang di angguki Jeslyn.
Sedetik kemudian Arla menceritakan apa yang terjadi pada Bella tadi, Jeslyn nampak terkejut. Setelah mendengar cerita dari Arla, tepat bel masuk berbunyi mereka bergegas kembali ke kelas.
.
.
."Kalian mau pesen apa?" Tanya Arla. Sekarang mereka berada kantin.
"Gua mau jus aja," Ucap Jeslyn.
"Lo apa Bell?" Jeslyn bertanya pada Bella yang duduk di sebelah nya.
"Jus," Hanya itu jawaban Bella.
"Oke," Jawab Arla dan menarik Livy agar ikut bersama nya.
Sedari tadi Jeslyn memperhatikan Bella yang hanya diam. "Bell lo gak papa kan?"
Bella menoleh pada Jeslyn lalu tersenyum. "Gak papa kok,"
"Bell?" Panggil Gavin yang berdiri di sebelah Bella.
"Mau lo tuh apa lagi sih?!" Ucap Bella.
"Sayang kamu ngapain disini?" Tanya seorang perempuan.
"Aku cuma--" Perkataan Gavin terpotong saat suara Arla menggema.
"Mau ngapain lo?! Belum puas bikin Bella nangis hah?!"
"Eh, jaga ya omongan lo. Seenak nya aja bilang kaya gitu, cowo gua gak munggkin gitu." Balas perempuan itu.
"Halah segala ngomong gitu palingan juga kalo udah tau lo tarik tuh kata kata lo." Ucap Arla menggebu.
Tepat saat perempuan itu ingin menjambak rambut Arla, Gavin menahan tangan nya. "Mending kamu ke kelas aja ini biar jadi urusan aku," Suruh Gavin yang diangguki perempuan itu. Dan langsung melenggang pergi.
"Oh jelas dong ini urusan lo," Arla menunjuk Gavin. "Kasih tau cewe lo biar gak usah ikut campur sama urusan orang," Sambung nya.
"Bell gua minta maaf," Ucap Gavin.
"Jadi yang tadi itu cewe lo Vin?" Tanya Jeslyn pada Gavin.
"Lo gak tau Jes," Ucap Livy. Jeslyn menggeleng kan kepala.
"Iya yang cewe mulut nya kaya mercon tadi tuh cewe nya Gavin. Nama nya ember, tukang bully adek kelas yang gak bersalah. Mau aja pacaran sama cewe kaya gitu." Ujar Arla mulai menghina.
"Amber bukan ember," Lugas Livy.
Mulai kehabisan kesabaran Gavin menarik Bella pergi jauh dari kantin, lalu membawa nya ke belakang sekolah.
"Bell?" Panggil Gavin.
"Udahlah anggap aja kejadian itu gak pernah terjadi Vin," Ujar Bella kemudian berlalu. Meninggalkan Gavin yang masih mematung.
Melupan kejadian itu? Apa munggin bisa? Tapi dia juga harus memikirkan perasaan Amber yang tak lain adalah kesasih nya. Mereka menjalai hubungan sudah hampir satu tahun.
.
.
.Sore ini keadaan rumah Gavin cukup sepi hanya ada kakak nya yang bernama Adena, sedang duduk sambil menonton tv.
"Kak?" Panggil Gavin yang ikut duduk disamping Adena.
"Hmm," Jawab nya tampa menoleh.
"Menurut lo lebih baik pilih yang gak bersalah apa yang kita sayang?" Gavin coba meminta pendapat.
Adena menyirit. "Maksud lo apa sih?"
Helaan napas terdengar. "Gua tanya lebih baik pilih yang gak bersalah apa yang kita sayang?" Ulang nya.
"Ya yang kita sayang lah," Jawab Adena.
Setelah itu Gavin pergi menuju kamar nya. Jawaban kakak nya tadi terus terngiang di kepala nya ia tidak munggikin memilih antara Bella dan Amber. Tapi bagaimana pun juga ia harus menerima apa yang terjadi nanti.
"Arghh." Ia berteriak untung kamar nya kedap suara. "Gimana ini,"
Tanpa ba-bi-bu Gavin menyambar kunci mobil dan memakai jaketnya lalu keluar kamar, ia sendiri juga tidak tahu mau pergi kemana tapi ia ingin menjernihkan pikiran saat ini.
.
.
.Haii aku balik lagi nih. Ada yang kangen kah? Gak ada juga gak papa. Hihihi
Gimana sama part ini?
Jangan lupa vote and komen guys :)
Ig fani nadila
Salam mnss:)
Fnndla
KAMU SEDANG MEMBACA
Married In Seventeen [Finish]
Teen FictionKejadian di suatu malam membuat Bella harus mengorbankan masa depan nya. kejadian pada malam itu membuat Gavin benci pada dirinya sendiri. Apa yang harus Gavin lakukan untuk menebus kesalahan nya pada Bella? Dan apa yang harus Bella katakan pada k...