Bella, gadis itu memandang rumah yang ada didepannya ia tak pernah menyangka akan tinggal dirumah ini bersama keluarga Gavin yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Ini bagai mimpi.
"Ayo masuk," Bella menoleh dan mendapati Zeline Mama Gavin yang sekarang Mamanya juga.
Bella mengangguk.
"Kalo mau apa-apa bilang aja ini juga sekarang rumah Bella," ujar Zeline lembut sambil membuka pintu. Lagi-lagi Bella hanya menagangguk masih sungkan untuk bicara banyak, jangan kan banyak sedikit pun rasanya sulit.
"Heh anak pungut bawa tuh koper Bella." Sherly bersungut pada Gavin yang sedang mengeluarkan koper dari bagasi mobil.
"Iya," jawabnya.
"Kamar Bella yang mana ya?" tanya Bella pada Zeline.
"Di atas sebelah kiri yang pojok," jawab Zeline. "Ayo Mama antar,"
Saat membuka pintu kamar yang ada dipikiran Bella adalah luas dan rapih ia sampai terkagum melihatnya.
"Mama tinggal ya, kalo butuh apa-apa bilang aja." ucap Zeline lalu meninggalkan Bella.
Setelah mengganti pakaian Bella merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk itu, karena kelelahan ia memutuskan untuk tidur sebentar.
.
.
.Saat Gavin hendak menaiki tangga ia mendengar Zeline berucap padanya. "Kamu satu kamar sama Bella," ucapnya membuat Gavin terkejut ia pikir tidak satu kamar dengan Bella.
"Astagfirullah. Emang boleh Ma?" Gavin berucap dengan tampang terkejut dan muka sok polos.
"Lah bocah ngapa ya?" kata Adena dengan mata sedikit melotot.
"Dasar." ucap Zeline lalu pergi kearah dapur.
"MASIH NANYA. KEMAREN EMANG GAK TIDUR BARENG." timpal Sherly.
"Itu kan gak sengaja," kata Gavin.
"Sama aja," cerca Adena.
"Kak emang boleh?" Gavin bertanya dengan tampang polos.
"Boleh." jawab Adena dan Sherly berbarengan lalu mereka tertawa.
"Gak nyangka gue bakal satu kamar sama Bella," gumam Gavin sambil membuka pintu kamarnya.
Saat membuka pintu kamar Gavin melihat Bella yang sedang tidur dikasur menghadap jendela itu artinya dia membelakangi Gavin.
Deg degan itulah yang Gavin rasakan melihat Bella yang tidur diranjangnya. "Jantung gue berasa mau copot," gumamnya sambil beranjak ingin mengganti baju.
Setelah selesai mengganti pakaian Gavin ikut berbaring disebelah Bella yang masih tertelep, Gavin pun ikut menutup matanya. Lelah itulah yang Gavin rasakan saat ini.
.
.
.Bella mengerjapkan beberapa kali matanya lalu irisnya melirik jam dinding saat ini pukul tujuh malam kurang lebih Bella tertidur tiga jam.
Lalu ia membalikan tubuhnya dan betapa terkejutnya saat melihat Gavin tidur disampingnya dengan cepat ia melirik tubuhnya yang dibalut selimut Bella mengehela napasnya lega ia masih menenakan pakain pikirnya. Rasa lapar membuat Bella turun dari ranjang dan berjalan menuju dapur saat keluar dari kamar tak ada siapa-siapa mungkin berada dikamar masing-masing pikirnya.
Saat sudah didapur dia membuka kulkas dan menemukan sepotong kue tanpa basa-basi ia mengambilnya lalu memakannya. "Eh nanti kalo yang punya nya cariin gimana ya? Ah bodo amat lah gue laper." gumamnya lalu memakan kue lagi.
"Bell?" Bella mendongak lalu irisnya bertemu dengan Gavin yang berdiri disamping nya.
"Apa?" tanya Bella ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married In Seventeen [Finish]
Teen FictionKejadian di suatu malam membuat Bella harus mengorbankan masa depan nya. kejadian pada malam itu membuat Gavin benci pada dirinya sendiri. Apa yang harus Gavin lakukan untuk menebus kesalahan nya pada Bella? Dan apa yang harus Bella katakan pada k...