Bella memegang perutnya yang terasa sakit, gadis itu berpegangan pada nakas dan duduk diatas kasur. Perlahan Bella menarik dan membuang napasnya, saat ini sudah benar-benar sakit.
"Gavin!" Bella berteriak memanggil suaminya. "Gavin! Sakit!" keringat bercucuran diwajah Bella.
Gavin datang dengan membanting pintu. "Kenapa Bell? Kamu kenapa? Apa yang sakit?" tanya Gavin begitu panik, sambil memeluk Bella.
"Pe-perut aku, sak-kit." jawab Bella gagap.
"Ayo kerumah sakit." dengan cepat Gavin membopong tubuh Bella dan membawanya ke mobil.
Selama diperjalanan tak hentinya Bella mengeluh sakit bahkan gadis itu sampai menangis. Gavin sibuk menyetir sambil menelpon orang tuanya.
Saat tiba dirumah sakit, Gavin membawa Bella ke lobby dan berteriak memanggil suster serta dokter. Dua orang suster datang membawa brankar dan menyuruh Bella untuk berbaring.
Gavin terus mengikuti sang suster yang membawa istrinya. Pikirannya sangat kalut, pakaian yang ia kenakan nampak berantakan begitu juga dengan rambutnya.
Gavin ikut masuk keruang bersalin, awalnya suster melarang namun pria itu bersikeras ingin menemani Bella melahirkan anaknya.
.
.
.Keluarga Bella juga Gavin bersamaan tiba di rumah sakit, mereka bergegas menghampiri anaknya.
"Sus pasien melahirkan dimana ya?" Tiva bertanya pada suster yang hendak melewati mereka.
"Di ruang bersalin Ibu, dari sini lurus aja. Nanti ibu belok ke kiri, itu ruangannya." jelas sang suster.
Mereka semua mengangguk. "Makasih sus." setelahnya mereka melanjutkan melangkah.
.
.
."Tarik napas ya Bu," sedari tadi Bella terus mengikuti intruksi dari sang dokter.
Gavin yang menemaninya pun ikut menarik napas saking paniknya.
"Ayo Bu, dorong lagi," Bella mendorong nya sekuat tenaga, hingga tak lama terdengar suara bayi menangis.
Gavin dan Bella menghembuskan napasnya lega, akhirnya setelah beberapa menit bayi itu keluar juga.
"Bayi nya perempuan, cantik seperti ibunya." sang suster memberikan bayi yang sudah dimandikan itu pada Bella.
"Di beri asi dulu ya Bu," Bella mengangguk.
"Mama mana Vin?" Gavin menoleh pada Bella.
"Bentar aku cek keluar dulu." jawabnya, Bella mengangguk.
Bella mengelus pipi anaknya dengan satu jari, jika diperhatikan, bibir bayi itu merah, alis tebal, hidung mancung, persis milik Bella dan juga Gavin.
"Selamat datang di dunia sayang," Bella mengecup pipi sang bayi pelan.
"Halooo babyyyy." suara Sherly menggema di rungan membuat sang bayi menangis.
"Suara lo tuh, nangis kan jadinya." Adena menoyor kepala Sherly lalu berjalan kearah Bella.
"Ihh lucu banget sihh? Gemes." ucap Adena.
"Kamu baik Bell?" Bella menoleh kearah ibu mertuanya.
Bella mengangguk, "baik Ma,"
"Selamat datang ke dunia sayang, juga semalat datang dikeluarga kami. Jadi anak baik," Zeline menggendong bayi nya dan berjalan ke sofa untuk duduk.
Sementara Tiva duduk dikursi yang ada disamping brankar Bella, Tiva mengelus lengan Bella pelan. Dirinya tersenyum tipis melihat Bella, sepertinya baru kemarin Bella berlajar jalan, tapi kini anak ini sudah menjadi seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married In Seventeen [Finish]
JugendliteraturKejadian di suatu malam membuat Bella harus mengorbankan masa depan nya. kejadian pada malam itu membuat Gavin benci pada dirinya sendiri. Apa yang harus Gavin lakukan untuk menebus kesalahan nya pada Bella? Dan apa yang harus Bella katakan pada k...