26. bercerita (II)

5.1K 167 1
                                    

"Ih. Jangan percaya Ma, itu kan waktu pas pertama Bell pindah. Kamu lupa? Dasar pikun."

Zeline terkekeh mendengarnya. "Terus apa lagi ceritanya? Bell takut sama sesuatu gak?" tanya nya.

Bella mengangguk. "Iya, Bell takut sama orang yang bawa mobil penculik gitu Ma, soalnya setiap ada korban penculikan yang Bell tau pasti mobilnya kaya gitu. Jadi kalo ada mobil kaya gitu Bell suka takut," jelasnya. Gavin terlihat sangat menikmati cerita Bella.

"Terus Bell juga takut sama ular, sama kodok, buaya, kecoa, cicak, ulat bulu." sambung gadis itu.

Gavin mendesis, "semua aja takut." katanya memutar bola mata.

Bella mendelik. "Biarin." sahut Bella sambil menjulurkan lidah.

"Bella gak boleh gitu sama suami, dosa lho." Zeline ikut menyahut. "Lanjut cerita Bell aja,"

"Iya-iya. Kata Mama Bell, waktu bayi Bell pernah hampir diculik gitu sama pembantu dirumah. Tapi untung Papa cepet dateng soalnya Bell nangis." dengan seksama Bella bercerita. "Abis itu pembantu nya langsung dipecat dan dibawa ke kantor polisi, Mama sampe nangis sambil gendong Bell. Terus waktu umur Bell 7 tahun Mama pernah pukul Bell pake iket pinggang gara-gara Bell dapet nilai 6." sebelum melanjutkan Bella menghela napasnya. "Tapi setelah itu Mama gak mau deket-deket Bell, katanya takut Bell kena pukul lagi. Mama juga kaya depresi gitu, terus kalo Bella liatin Mama. Pandangan Mama ke telapak tangan nya terus, sambil nangis."

Bella diam sesaat. "Bell coba deketin Mama, awalnya Mama nangis tapi pas Bell bilang kalo Bell baik-baik aja Mama langsung tenang. Pas kejadian itu juga Papa gak kerja, dia jagain Mama terus. Padahal waktu Bell dipukul itu rasanya gak sakit-sakit banget, tapi Bell nangis karna kaget." lagi gadis itu menghela napasnya, "Bell sempet menjauh sih dari Mama, soalnya Bell takut, Bell gak pernah liat Mama marah kaya gitu. Tapi lama-lama Bell kasian sama Mama, Mama selalu bilang sama Papa kalo Mama sangat bersalah sama Bell," Bella menggeleng. "Padahal Mama gak salah, gitu deh cerita Bell."

Zeline tersenyum. "Waktu Mama Bell pukul Bell, Bell marah gak?" tanya Zeline.

Bella menggeleng cepat. "Nggak, karna Bell tau Mama pasti gak maksud buat pukul Bell,"

"Kok gak marah sih Bell? Kalo aku, Mama pukul aku pasti aku gak mau liat muka Mama lagi," Bella menoleh pada Gavin.

"Anak durhaka kamu mah." ucap Zeline sambil menoyor kepala Gavin.

Bella terkekeh, "Bella gak marah soalnya Mama lagi emosi." jawab Bella.

Tak lama terdengar ketukkan pintu. "Masuk,"

"Kenapa?" tanya Zeline begitu melihat Adena yang ngos-ngosan.

Gadis yang ditanya itu menyengir. "Abis kerjain Sherly, tunggu beberapa saat lagi pasti langsung teriak."

"Di kerjain apa kak?" tanya Bella.

Adena mengunci pintu lalu duduk dengan mereka. "Dia kan lagi dikamar mandi, nah di tempat tidur sama depan pintu ditaruh boneka kaki panjang." katanya menyengir.

"Den?" Adena menoleh pada Zeline.

"Maaf, abisnya kesel dia ninggalin kita ya Bell?" Bella mengangguk.

Zeline menghela napas, "itukan tadi udah beberapa jam yang lalu juga."

Dan benar saja terdengar suara Sherly berteriak, sontak tawa Adena meledak. Bella dan Gavin ikut tertawa sementara Zeline beranjak dari duduknya, sepertinya akan menghampiri Sherly.

"Mama!"

"Iya-iya," Zeline membuka pintu kamar Sherly.

Setelah masuk Zeline mengambil semua boneka yang ditaruh oleh Adena, setelah Zeline menaruhnya dikamar Adena barulah Sherly merasa lega.

Married In Seventeen [Finish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang