19. Jantung yang berdebar

5.8K 182 2
                                    

"Bella gak mau cerita ke Mama?" Tiva bertanya pada Bella yang sedang meringkuk di atas tempat tidur. Sementara Tiva ikut berbaring.

Bella hanya menggeleng.

"Mama sedih loh kalo Bella gak mau cerita," Tiva menjeda ucapannya, "barangkali Mama bisa bantu." sambung nya sambil mengusap rambut Bella.

"Bella capek," Tiva menghela napas nya.

"Yaudah, kamu istirahat ya. Jangan banyak pikiran," ujarnya seraya mengecup kepala Bella lalu beranjak pergi.

Setelah dirasa Tiva sudah keluar dari kamar Bella. Tangis Bella kembali pecah, ia merasa bersalah pada Tiva. Tapi ia juga tidak ingin menambah beban ibunya.

"Maafin Bella Ma," ucapnya disela tangis.
.
.
.

Didepan cermin kamar mandi Bella mengelus perut nya yang sudah sedikit membesar, dirinya menghela napas pelan. Pemikiran nya sudah mantab soal masalah ini, dan dia akan memberitahukan nya pada Gavin.

"Jangan nakal ya," ucap nya pelan sambil mengelus perut nya.

Lalu dirinya keluar dari toilet dan bergegas turun untuk sarapan. Ia terus bersenandung kecil saat menuruni anak tangga sampai diruang makan.

"Kamu sekolah?" tanya Satria pada Bella.

"Iya,"

"Kamu yakin?" kali ini Tiva bertanya seraya menaruh roti yang sudah diolesi selai pada piring Bella.

"Iya, lagian juga nanti kan ada temen-temen Bella Ma." jawabnya setelah meneguk susu. "Kok beda sih rasanya?" tanya Bella menatap ngeri pada gelas yang berisi susu.

"Iya lah itu kan buat ibu hamil, emang kamu waktu dirumah Gavin nggak minum susu?" tanya Tiva. Bella hanya menggeleng. Lalu Tiva menghela napasnya.

"Kalau kamu kenapa-napa gimana? Kamu nggak sendiri lho. Ada nyawa lain," ujar Satria.

Bella menghela napasnya kasar. "Bella nggak kenapa-napa Pa, Bella baik-baik aja." ucapnya lalu beranjak dari duduknya.

"Bella duluan," katanya lalu melenggang pergi.

"Habisin dulu sarapan nya Bella." ucap Tiva tapi tak digubris oleh Bella, gadis itu terus berjalan santai.

"Nanti siang keluarga Gavin mau kesini, Gavin nya juga ikut." Satria berucap.

"Iya, kamu pulang cepet kan?" tanya Tiva yang dibalas anggukan.

"Yaudah aku berangkat," Tiva menyalimi tangan Satria.

"Hati-hati." Tiva tersenyum.

Satria melangkah keluar rumah, tepat saat hendak menutup pintu rumah dirinya terkejut melihat anaknya sedang berjongkok, tangan gadis itu mengorek-ngorek tanah dengan ranting kecil.

"Bella? Ngapain?" Satria menghampiri putrinya.

"Papa, Bella bareng ya." katanya terkekeh.

"Papa kira kamu udah berangkat." ucap Satria sambil membuka pintu penumpang untuk Bella.

Dengan senang hati gadis itu memasuki mobil.

"Lap nih tangan nya, pasti kotor abis megang tanah." kata Satria sambil memberikan tissue basah pada Bella.

"Ihh. Bella nggak megang tanah, Bella pegang ranting." katanya seraya membersihkan sela-sela jarinya.

"Sama aja,"

Bella mendengus kesal.

"Kapan kamu homeschooling Bell?" pertanyaan dari Satria membuat Bella langsung menoleh pada pria yang sedang menyetir itu.

Married In Seventeen [Finish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang