Zeline mendorong pelan ayunan yang sedang diduduki oleh Bella. Setelah itu duduk sisi Bella, tak ada ucapan yang keluar dari mulut mereka kedua nya sesaat hanya diam.
"Ma, Sherly kemana?" keduanya mendongak saat Adena bertanya.
"Masih ngantor kayanya." jawab Zeline, lalu Adena duduk di kursi taman yang ada dekat ayunan.
Ya, mereka saat ini sedang berada disamping rumah. Tepat nya rumah Gavin.
"Apa kabar Bell?" Bella menoleh pada Adena.
Sebelum itu Bella tersenyum, "baik."
"Baik tapi kok mendung sih?" tanya Zeline menggoda.
Bella tersenyum simpul lalu memeluk Zeline dari samping, gadis itu memejamkan matanya menikmati setiap elusan yang Zeline lakukan.
Adena menatap wajah Bella dengan lekat, tepat saat melihat mata milik Bella, terdapat kantung mata. Memang tidak terlalu terlihat. Hatinya teriris melihat wajah sayu Bella, betapa menderitanya gadis itu bersama suaminya. Tidak fisik tapi dengan kata dan sikap.
Kalau saja Gavin tidak melakukan nya mungkin gadis yang ada dihadapan Adena ini akan hidup dengan tenang dan nyaman. Tidak seperti sekarang, waktu Adena bertanya saja Bella sudah tidak bersekolah. Benar-benar brengsek.
Setelah Bella mengatakan jika sudah tidak bersekolah Adena teringat dengan cita-cita Bella yang ingin menjadi dokter anak, sekarang apa yang harus Bella lakukan?
"Bell?" Bella beranjak dari duduknya dan menghampiri suaminya yang berdiri diambang pintu.
Zeline dan Adena terus memperhatikan mereka, cara Gavin memperlakukan Bella pun tak luput dari pandangan Zeline.
"Udah makan belum?" tanya Gavin.
"Udah,"
"Yaudah ayo istirahat," Gavin menarik pelan lengan Bella dan membawanya ke kamar. Bella berjalan dalam diam begitu juga dengan Gavin.
"Kamu nggak ganti baju?" tanya Bella ketika melihat Gavin ikut berbaring disamping nya pria itu masih mengenakan seragam sekolah.
"Nanti,"
"Biar langsung di cuci Vin,"
"Tidur Bell." Gavin menarik Bella kedalam pelukannya.
Bella mencoba memejamkan matanya, tapi tidak bisa dirinya tidak mengantuk. Lalu kepalanya mendongak sedikit melihat wajah Gavin ternyata pria itu tertidur. Karena tidak bisa tidur, jadilah Bella hanya diam dalam dekapan Gavin.
.
.
."Yang lain mana?" tanya Bella pada Gavin, saat ini pria itu tengah sarapan.
"Kak Sherly sama kak Adena udah berangkat. Kalo Mama sama Papa pergi kerumah Kakek pas malem," jelasnya.
Bella mengangguk lalu duduk di kursi samping Gavin. Tak lama ponsel Gavin berbunyi, dengan cepat Gavin menjawab telpon tersebut.
"Halo,"
"Gue boleh gak bareng sama lo?"
"Iya boleh, bentar lagi gue jemput."
"Oke makasih."
Bella diam. Bella kira Gavin sudah tidak berhubungan dengan Amber tapi nyatanya mereka masih dekat, atau mungkin lebih dari itu. Entahlah yang pasti keputusan Bella sudah tepat.
"Bell, gue berangkat ya." ucap Gavin.
Bella mengangguk lalu mencium punggung tangan Gavin tak lupa pria itu juga mencium pucuk kepala Bella, seolah-olah tidak menyakiti perasaan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married In Seventeen [Finish]
Подростковая литератураKejadian di suatu malam membuat Bella harus mengorbankan masa depan nya. kejadian pada malam itu membuat Gavin benci pada dirinya sendiri. Apa yang harus Gavin lakukan untuk menebus kesalahan nya pada Bella? Dan apa yang harus Bella katakan pada k...