22. hukuman?

5.9K 169 2
                                    

Sore ini apartement Gavin di penuhi oleh gelak tawa teman-teman nya. Bahkan Bella sampai pusing di buatnya kerena terlalu berisik.
Belum lagi mereka mengacak-acak ruang tamu.

"Bisa diem gak sih?!" sontak semua nya menengok kearah Bella yang ada di depan pintu kamar.

"Ibu negara ngomel." bisik Edgar pada Raka.

"Bukan ibu negara, tapi macan betina." Raka dan Edgar terkekeh, tapi bisikan Raka terdengar oleh Bella.

"Ngomong apa lo tadi?!" tuding Bella sinis.

"Hah? Eh, nggak kok Bell, sumpah deh hari ini Bella cantik." kata Raka membuat Farrel dan Gavin terkekeh.

"Gak usah ketawa!" semua nya diam. "Mending kalian pergi deh, berisik."

"Galak amat sih Bell. Kita kan mau main ke sini," kata Edgar.

"Main sih main tapi jangan berisik." setelah itu Bella masuk dan membanting pintu.

"Ah elah, elu sih. Ngambek kan jadi nya," ketiga teman Gavin tertawa karena melihat mimik wajah Gavin yang memelas. "Bacot lo." Gavin beranjak dari duduk nya dan menyusul Bella.

"Bell?" pandangan Gavin menyapu tak ada Bella di tempat tidur. Kemana gadis itu?

"Bell dimana?" panggil nya lagi sambil berjalan ke arah balkon. "Kenapa hmm?" Gavin memeluk Bella dari belakang.

Sontak Bella terkejut. Belum lagi seperti ada kupu-kupu terbang dalam perut nya yang terasa menggelitik.
"Ngapain sih?" tanya Bella ketus.

Gavin terkekeh lalu membalik tubuh Bella hingga berhadapan dengan nya, tangan merapikan rambut Bella dan menaruh nya kebelakang telinga.

Cup. Semburat merah menguar dari kedua pipi Bella kecupan singkat pada kening nya membuat gadis itu merasa malu. "Cie pipi nya merah," goda Gavin membuat Bella semakin malu.

"Tau ah." Bella memeluk Gavin menyembunyikan wajah nya pada dada Gavin. Kedua nya hanyut dalam pelukan.

"CIE-CIE IBU NEGARA SAMA BAPAK NEGARA." suara Edgar membuat pelukan Bella dan Gavin lepas.

Melihat itu Edgar buru-buru keluar dari kamar Gavin sebelum macan betina kembali mengamuk.

"Awas lo Gar!" Bella berteriak.

"Sstt. Udah-udah biarin aja," Gavin menahan Bella yang hendak mengejar Edgar.

"Gak sopan Vin."

"Iya, nama nya juga Edgar. Emang gitu dia mah," ujar Gavin.
.
.
.

"Ya ampun Jes, lo ngapain?" Arla berseru pelan.

"Bacot amat sih mulut lu, diem napa." sentak Jeslyn membuat Arla menahan tawa. Pasal nya saat ini sedang ada ujian harian. Dan Jeslyn sedang membuka internet.

"Ada apa Jeslyn? Arla?" kedua nya mendongak menatap pada pengawas yang berdiri di ambang pintu.

"Nggak Pak, ini si Jeslyn nanya jawaban." ujar Arla cekikikan.

"Enak aja lo, ada juga elo. Nggak Pak, bohong. Saya gak nanya sama Arla," bela Jeslyn.

"Sudah. Jangan menyontek, kerjakan sendiri." ujar pengawas itu.

"Parah banget sih lo La." Arla tertawa pelan. "Dari pada ketauan, mending gua bilang lo nyontek." Arla masih tertawa pelan.

"Pak, Jeslyn sama Arla buka internet." teriakan itu sontak membuat semua penghuni kelas menoleh pada Arla dan Jeslyn.

"Kalian berdua berdiri di depan tiang bendera sampe bel pulang!" ucap pengawas.

"Aduh Vy tolongin dong," Jeslyn memohon pada Livy saat melewati meja teman nya itu.

Married In Seventeen [Finish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang