Aku tidak bisa mendengarmu dari sini. Bagaimana kabarmu kekasih? Ah tidak, mantan kekasihku dulu, harapanku kau baik-baik saja dan bahagia. Berapa lama waktu yang sudah kita habiskan tanpa kabar sama sekali, puas dengan mengetahui dirimu dari kabar burung. Bagaimana malammu saat ini? Ramaikah atau justru terasa sepi tanpa selamat tidur dariku? Semoga kau memikirkan hal yang sama. Mengenang hari itu, menjadikan malam ini terlihat indah diantara kisah kita dahulu.
Aku sadar kau tak bersamaku lagi dan tulisan inipun hanyalah tentang aku yang merindukanmu. Seandainya aku diberi kesempatan mengatakan dan menyelesaikan kesalahpahaman, aku hanya harus membuat alasan, aku kehilangan dirimu dan segala sesuatu didalamnya. Jika aku bilang menghindari luka yang lebih dari ini, akankah kau mengerti?
Aku menghargai waktumu dan sepertinya perasaanku kembali mekar kepadamu. Aku mencintaimu, itu sebabnya aku melepaskanmu. Aku mencintaimu, itu sebabnya aku menghindarimu. Aku mencintaimu, itu sebabnya aku meninggalkanmu. Aku mencintaimu, itu sebabnya kasih kumohon maafkanlah. Itu bukan karena aku tidak suka lagi padamu. Itu tidak seperti yang kau pikirkan.
Pertanyaanmu dahulu, setelah aku melepaskanmu. Membuat aku berpikir, seandainya aku tidak mengenalmu, akankah rasa sakit yang kau terima akan sama?. Aku ingin merubahnya dan berada disisimu. Tak peduli dunia mengabaikanku, aku hanya ingin kau ada. Nyaliku untuk mengatakan aku masih mencintaimu dan aku benar-benar merindukanmu, kau tau aku tak akan berani mengatakannya lebih dulu. Aku pun tau itu, kau mungkin sudah bosan selalu memulai lebih dulu. Aku hanya berani merinduimu lewat tulisan, dengarkanlah alunan tulisanku, meskipun sulit untukmu mengerti, beginilah caraku menyapamu.
Aku berpikir, tak mungkin omong kosongku kembali menarik rasa suka padaku. Jika waktu beri kesempatan, akan kutunjukkan bagaimana usahaku mengembalikan sedih menjadi tawa dan luka menjadi suka. Aku sangat senang akan hal itu. Aku rasa imajinasiku untuk menggapaimu seperti menggenggam bara api.
Kau adalah kekasihku, kau adalah bayanganku, Kau adalah mawar yang tak menginginkanku lagi. Sulit bagiku merahasiakan perasaan ini. Padahal, akulah yang berjanji untuk saling melupakan, aku jugalah yang mengingkari. Egoisku mencintaimu adalah kegagalan yang paling membuatku bahagia, berujung kesedihan dan penyesalan. Jika dulu aku bahagia hanya memikirkanmu saja, kini aku melukiskan kesedihan jika memikirkanmu. Kau telah jauh, raga dan hatimu hilang ditelan kesalahan, sederhananya aku gagal.
Kali ini mustahil bagiku meminta, aku ingin kau disini, setidaknya dengarlah ceritaku dimana hari-hari yang kujalani tanpamu. Setelah berbagai hal terjadi, tak ada yang berubah. Berapa kali pun aku mencoba, tak ada cara bagiku melupakanmu.
Di luar sana, aku melihat bunga cantik bermekaran. Apakah kau punya waktu untuk menikmatinya bersamaku? Aku masih berusaha meyakinkan bahwa cinta yang kujaga mendapat balasan darimu lagi. Maaf, aku tidak punya sesuatu lagi untuk diberikan padamu, hanya hati yang menunggu yang masih tersisa. Inilah caraku menunjukkan perasaanku yang sebenarnya. Kekasih, dengarkanlah tulisanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BreaK
RandomAku hanya ingin menulis, menulis dan menulis. Sampai waktuku berhenti, harapku tulisanku tak berhenti oleh waktu.