Kalau kau mencintai seseorang, tentu kau ingin orang itu mencintaimu dan memikirkanmu seperti kau yang menaruh segalanya untuknya. Kau menginginkan orang itu selalu ada saat kau sedih, bahagia, terluka maupun tertawa. Kau menginginkan seluruh waktunya dan perasaannya hanya untukmu. Egois memang, faktanya semua orang seperti itu.
Meskipun hal buruk dan kemalangan menimpa orang yang kau cintai, kau masih tetap bertahan dengan pemikiran bahwa ia seharusnya selalu ada. Kupikir itulah artinya dicintai. Akupun begitu, benar, aku adalah orang yang paling egois soal cinta. Aku berharap orang yang kucintai membalas cintaku dengan sebenar-benarnya cinta. Mencintai sifatku, mencintai fisikku, mencintai kejelekanku bahkan aku berharap ia juga mencintai apa yang kusukai.
Sebelum aku sadar betapa pentingnya saling mencintai, cinta bisa saja hanya berlaku sepihak. Aku jatuh, kesalahanku menyalahkan orang yang mencintaiku. Aku tahu, dia memberikan segala yang dia bisa untukku. Namun, layaknya sifat manusia, aku ingin lebih. Pertanyaan yang muncul begitu saja setelah aku menjumpai titik buntu adalah "Bisakah aku memberikan seluruh perasaanku kepada orang yang mencintaiku sebagaimana ia memberikan seluruh perasaannya padaku?".
Nyatanya, jawabannya sangat singkat, aku belum bisa. Akulah yang berkhianat, menipu diri sendiri dengan dalih ia seharusnya melakukan ini, mengorbankan itu dan memberikan seluruh waktunya padaku. Malang sekali.
Seseorang pastinya sangat senang saat bertemu dengan orang yang dicintai, begitu pula aku. Ketika aku bertemu denganmu, aku merasa bahwa aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini. Bagaimana tidak, kau adalah separuh hidupku, meskipun terdengar lebay tapi itulah yang kurasakan. Aku merasa bahwa aku telah mengalahkan duniaku sendiri. Aku bahagia meskipun tidak ada yang tahu. Aku tidak peduli tentang itu. Aku lebih suka hanya kaulah yang tahu tentang bahagianya aku saat bersama denganmu.
Mungkin itu sebabnya, aku berjuang mati-matian mendapatkan cintamu. Berkali-kali arus gelombang menghantam pendirianku, bermacam cara orang-orang memisahkan aku dan kau, aku tetap bertahan. Hal terhebat dalam hidupku mampu memenangkan cintamu. Disamping semua itu, aku sadar, bahwa aku bukanlah segalanya, kau punya hak untuk mencintai orang lain pula. Aku mendapatkanmu bukan berarti aku bisa mengatur kehidupanmu. Terlalu egois rasanya.
Aku menemukan tempat untuk tinggal, dari segala persoalan dunia yang membayangiku. Kau adalah rumah, akulah pemilik, tapi kenapa aku merasa seperti berada di rumah orang lain?. Ketika kau mengatakan "Selamat datang kembali" aku merasa bahagia bahwa kau menunggu kepulanganku. "Aku pulang" adalah dua kata yang punya ribuan makna bagiku.
Untukmu, aku memutuskan, kau berhak dengan perasaanmu, silahkan mengendalikannya, aku memakluminya, tetapi dengan syarat akulah kekasihmu. Ingatlah bahwa aku adalah orang yang sangat mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BreaK
RandomAku hanya ingin menulis, menulis dan menulis. Sampai waktuku berhenti, harapku tulisanku tak berhenti oleh waktu.