Jarak Dua Hati

30 4 0
                                    

Rona jingga sinar mentari terbenam merembas pada jendela kamarku. Membentuk sketsa sederhana, di sela-sela sinar itu aku larut kembali mengenang dirimu. Kucoba menggenggam sinar itu, walaupun tau perbuatanku sia-sia. Aku membayangkan saat menyentuh sinar mentari tanganmulah yang kugenggam. Tangan kecil yang hanya tinggal bayangnya saja, tangan yang kini berada di bawah langit di kota yang jauh. Aku sendiri di sudut kamar, bayangmu menari-nari bebas di langit-langit kamarku. Hingga pada akhirnya kusadari, hati ini kosong karena kesendirian yang terlambat. Di dalamnya hanya ada kehampaan tak berujung. Hampa yang menyesakkan nafasku, mengalir cepat melalui tenggoronkan sampai ke ujung pikiranku. Hampa itu perlahan berubah bentuk, mengudara, memadat kemudian mencair di parit pipiku.

Matahari ucap salam setelah hilangnya jingga di jendela kamarku. Malam menghampiri bersama serangga-serangga malam yang bernyanyi. Aku yang menangis diselimuti angan-angan apakah kau bahagia.
Siapa yang kau pikirkan?
Siapa yang sedang bersamamu?
Siapa yang kau impikan?
Jarak dan waktu yang memisahkan kita, membawaku ke tempat itu. Hanya kau dan aku yang tau tempat itu. Pertama kali saling jatuh hati, hari itu betapa bahagianya bertemu denganmu. Kini duniaku berubah setelah jarak dan waktu seenaknya memisahkan kita.

Rindu malam ini kuharap berbuah manis esok hari. Walau hanya sebentar rindu tersampaikan, walau hanya kata aku baik-baik saja terucap dari bibir manismu. Dan sinar mentari pagi menyapaku dan tertawa sembari bertanya
Bukankah kau yang memilih jalan hidupmu?

Sulit bagiku untuk tidak mengakui bahwa aku sungguh dalam mencintaimu. Sejak pertama kali hingga akhirnya aku merelakanmu. Tak masalah bagiku kau menetap di hati yang berbeda, tak apa bila kau tertawa bersama orang lain. Aku mencoba merelakan itu semua. Dalam perasaan yang tak berujung inipun, aku selalu berharap suatu saat nanti aku menemukan alasan untukku, menyadari akhir yang memisahkan kita. Jika itu terjadi, sebentar saja ijinkan aku mengungkapkan perasaan ini. Biarlah perasaanku untukmu mengalir seperti dulu.

BreaKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang