Goresan pena biru di lembaran kertas putih kosong. Kumpulan coretan tangan yang hanya kubuat untukmu. Kutulis segalamu, kulukis rupamu dan kujadikan serangkai paragraf indah. Dalam sebuah catatan harian kubiarkan tangan bekerja dan hati tak hentinya bercerita.
Sudah saatnya aku menyimpan pena, bukan karena aku menyerah. Bukan pula karena aku tak mampu. Tapi ini mungkin yang terbaik untukmu, terbaik pula untukku. Aku hanyalah pemujamu sedari dulu, diam-diam menyukaimu. Aku tau sulit bagiku memilikimu, warna duniaku cerah karenamu. Kupikir hanya aku, nyatanya kau baik ke semua orang.
Ah... jadi inilah akhirnya. Kata demi kata kurangkai begitu indahnya, hilang ditelan kosongnya hatiku. Sungguh aku tak suka ini terjadi. Catatan itu telah usang begitu juga hatiku. Mengenang kembali ketika pertama kali kita bertemu. Sungguh indah momen itu, tapi aku tak ingin terbawa angin masa lalu.
Hei kamu iya kamu. Apa kamu tidak bosan, tiap waktu kamu muncul di depan mataku. Berharap kamu diperhatikan. Sudah saatnya aku menyimpan pena.
KAMU SEDANG MEMBACA
BreaK
RandomAku hanya ingin menulis, menulis dan menulis. Sampai waktuku berhenti, harapku tulisanku tak berhenti oleh waktu.