(Bab II) Kau terlambat Tuan!

0 0 0
                                    

Perempuan itu, sebelum dia meninggalkan kekasihnya, dia berkata:

"Bagaimana aku menerima lamaranmu, Sedangkan kamu tuan, tak pernah mengatakan apa-apa untuk melamarku? Aku butuh kepastian, dan ketika kepastian itu dibawa oleh orang lain yang lebih berani darimu, kau mengatakan aku salah. Pikirkan lagi tuan, aku juga ingin benar-benar dicintai."

"Kau tau nona, aku sedang berusaha untuk melamarmu, menemui orangtuamu"

"Sampai kapan tuan? bertahun-tahun aku menunggu, kau hanya mengatakan sabar, sedangkan umur selalu mengejar-ngejar kita. Aku sudah dianggap tua oleh orang kampung, kau pun begitu. Bagimu mungkin tidak masalah, tapi bagiku itulah masalah terbesarnya. Perempuan mana yang tak ingin bersanding dengan kekasihnya. Tapi aku sudah lelah menunggumu"

"Sabarlah sedikit lagi nona"

"Berapa lama lagi? Berapa lama lagi aku merindukan ucapan melamar darimu, ucapan yang tak pernah kudengar sekalipun sejak aku mengenalmu. Kau pikir cintaku ini hanya bualan belaka?"

"Maaf nona, apa terlalu lama bagimu menunggu."

"Benar tuan, benar sekali. Terlalu lama, sampai aku hampir berkepala tiga. Mengerikan sekali kisah cintaku ini. Sudahlah tuan, aku sudah milik orang lain. Terimakasih untuk kenangan yang pernah kita lukiskan. Carilah perempuan lain yang bisa menunggumu"

BreaKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang