Akhir pekan memang saat yang tepat untuk beristirahat, tapi sepertinya Eve kelewatan, ia bahkan baru bangun tidur jam sepuluh pagi. Gadis itu berjalan setengah sadar menuju dapur masih dengan mengenakan piyama dan rambut yang sedikit acak-acakan.
Ia melihat Sakti dan Shania sedang duduk bersama di ruang tengah ketika tiba di bawah, mereka menyalakan televisi tapi menatap fokus pada ponsel, sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu. Shania adalah yang pertama menyadari eksistensi Eve, wanita berambut hitam kecokelatan itu tersenyum geli.
"Jam segini kok baru bangun, katanya generasi muda." godanya. Kemarin sepulang sekolah, Eve pamer ilmu yang ia dapat dari sosialisasi kakak-kakak universitas soal generasi muda yang menghargai waktu, tapi yang Eve lakukan sekarang malah sangat kontras dengan apa yang dikatakannya kemarin.
Eve merengut asal sambil membuka lemari pendingin untuk mengambil kotak susu. "Ci Eril mana? Tumben udah hilang."
"Tadi pamit mau nonton sama Amel," jawab Sakti.
Eve semakin merengut, ia mengembalikan kotak susu itu setelah menuangkan isinya ke gelas. Kemarin sebenarnya Eve juga mau mengajak Ariel menonton film, namun karena gadis itu pulang larut dan Eve sudah tak sanggup terjaga untuk menunggu kedatangannya, akhirnya ia memilih tidur.
Shania menoleh dan memperhatikan Eve saat gadis itu kembali ke kamarnya lewat tangga. "Mau tidur lagi?"
"Iyaa," balas Eve tanpa menghentikan langkah. "Nanti kalo cici udah pulang aku bangun, kok."
Shania menggeleng heran lalu tersenyum. Setelah Eve sudah tak terlihat, ia kembali memperhatikan ponsel yang dipegang Sakti. "Jadi, bajunya bagus yang pertama atau yang ini?"
Eve menutup pintu kamar dan berbaring di kasur dengan malas. Ia sudah tidak bisa tidur, kantuknya hilang setelah istirahat selama tadi, yang tersisa kini hanya keinginan untuk tidak melakukan apa-apa.
Di tengah usaha Eve berdiam diri, ponsel yang bergetar beberapa kali sukses membuatnya mengerang kesal. Ia meraih benda tipis itu dan mendapati selusin pesan dari Andy.
Ternyata, Andy adalah tipe cowok yang suka balas cepat. Tak butuh waktu lama, pemuda itu sudah mengirimkan balasan.