5. Disappointed

1.4K 158 6
                                    

Eve mengernyitkan dahi membaca pesan yang baru saja dikirimkan Ariel, apa gadis itu tahu jika ia pergi dengan Andy? Eve menggeleng dan membuang napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eve mengernyitkan dahi membaca pesan yang baru saja dikirimkan Ariel, apa gadis itu tahu jika ia pergi dengan Andy? Eve menggeleng dan membuang napas. Beberapa menit setelah kakaknya itu meninggalkan rumah, Andy datang, jadi mereka tidak mungkin berpapasan.

Ariel hanya ingin Eve mengunci rumah karena ia sendiran di sana, bukan? Semoga saja.

Eve menengadah, mengalihkan atensi dari ponselnya ke depan, ketika mobil yang ia tumpangi berhenti. Di sana tidak ada apa-apa, hanya langit yang mulai menggelap dan laut sejauh mata memandang.

"Gue pikir lo mau ajak gue makan." Eve menoleh untuk memastikan karena tadi Andy memang bilang akan memberinya makan sampai puas. Sementara itu di sini tidak ada kedai atau semacamnya.

Andy mengetukkan jari pada kemudi. "Iya, gue nggak bohong soal itu, tapi yang harus lo tahu itu makannya di sana,"

Pemuda itu menunjuk ke arah berlawanan, seketika diikuti oleh mata Eve yang juga membuatnya menoleh. Tak jauh dari tempat mereka parkir ada sebuah tempat--mungkin vila, tapi Eve tidak yakin--dengan segala macam lampu hias yang menggantung di halaman.

"Itu acara keluarga gue," kata Andy, matanya memperhatikan setiap orang yang ada di halaman, mereka terlihat asyik berbincang. "Gue pingin lo jadi pacar gue, cuma malem ini."

"Heh?" Eve seketika menatap Andy. "Masa mau makan aja gue harus jadi pacar lo?"

"Tolong, sekali ini ajaa." Andy menatap Eve memelas. "Kalau mereka tahu gue bawa pacar, mereka pasti nggak bakal nanyain gue macem-macem. Gue males."

"Untungnya buat gue?"

"Lo bisa makan sepuasnya."

"Malu dong gue makan kaya kuli di depan keluarga lo, yang ada lo juga malu, gimana sih?" Eve membuang muka dan mengibaskan tangannya di udara, seperti gerakan mengusir. "Udah, ah. Lo ke sana sendiri aja, gue pulang pake ojol."

"Evee, please, tolongin guee!" Andy menahan tangan Eve yang hendak membuka pintu. "Tolongin gue atau gue telpon Ci Ariel sekarang dan bilang kalo lo udah bohongin dia?"

Eve berdecak, menghempaskan tangan Andy. "Iya, iya."

Pemuda itu tersenyum manis. Ia memutari mobil dan membukakan pintu untuk Eve yang segera dibalas dengan dengusan sebal. Andy lalu mengulurkan tangan, menanti Eve meraihnya, tapi sayangnya gadis itu sama sekali tidak mengerti.

"Apa lu?"

Andy memutar bola mata malas. "Gandengan, biar disangka lo pacar gue beneran."

Eve mengernyit tak habis pikir, "Gak usah kali, alay bat lo." lalu ia berjalan mendahului Andy.

Eve tidak tahu konsep apa yang diterapkan pada acara ini, tapi lampu-lampu kecil yang digantung di atas dan musik santai membuat suasana nyaman. Andy langsung merangkul bahu Eve ketika saudara-saudaranya memperhatikan mereka dengan tanda tanya besar.

EveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang