14. Afraid

1.5K 156 7
                                    

Eve menoleh kemudian berhenti melangkah saat ia melihat anak kecil sedang menyapu halaman sambil menggumamkan sebuah lagu dari sela pagar. Merasa tengah diawasi, anak itu berhenti dan mengalihkan pandangan ke arah Eve, lantas matanya melebar kaget.

"Kakak yang waktu itu!" serunya memanggil. Eve jadi ikut terkejut. Eve mengekori anak itu dengan mata sampai ia membuka pagar untuknya. "Kakak cari siapa? Perasaan rumah Kakak jauh dari sini."

Eve menerjap. Sepertinya, Yori belum tahu soal dirinya. Benar, anak itu Yori. Sedikit aneh sebenarnya memanggil Yori dengan sebutan "anak kecil" padahal ia sudah kelas dua SMP, tapi Eve sepertinya mulai mengikuti paham Ariel soal anak di bawah tujuh belas tahun itu masih bocah. Eve sedikit menyesal saat sadar dirinya juga masih di bawah tujuh belas tahun.

"Anu, aku cari ... kamu."

Yori menaikkan kedua alis bingung, kacamatanya sampai merosot. "Aku?"

Eve mengangguk dan tersenyum kecil. "Sama mama kamu juga."

Sejujurnya, Eve bingung bagaimana ia harus memanggil Cindy.

"Mama masih kerja, Kak." jawab Yori sambil menaikkan kacamatanya. "Kakak masuk dulu aja sambil tunggu Mama pulang, nggak lama kok. Biasanya setengah jam lagi udah di rumah. Yuk, Kak."

Yori terlihat senang saat Eve mengikuti langkahnya. Sebelum masuk rumah, Yori memungut sapu yang ia lempar begitu saja setelah melihat Eve tadi lalu menyimpannya di samping rumah.

"Kak Lala, ada tamuu." seru Yori dari ambang pintu. Ia menatap Eve sebelum memutuskan untuk berlari menghampiri Lala di dapur, katanya, "Kakak tunggu di sini bentar, ya. Aku panggil Kak Lala dulu."

Eve tersenyum lagi dan mengangguk. Gadis itu mengurungkan niat untuk duduk saat melihat beberapa foto di dinding. Di sana ada Cindy bersama seorang pria, yang Eve perkirakan adalah Jino, ayahnya. Lalu di foto lain ada Yori yang masih kecil, anak itu terlihat memamerkan deretan giginya yang belum lengkap pada kamera. Dan di foto berikutnya, ada potret mereka bertiga dengan Yori yang mengenakan seragam Sekolah Dasar.

Sepertinya Jino adalah pribadi yang ramah dan baik, bisa Eve amati dari caranya tersenyum pada kamera. Terlihat bahagia.

"Eh, kamu?" Eve menoleh ketika mendengar suara seseorang, benar saja, ia melihat Lala berdiri di sana. Gadis itu lalu tersenyum pada Eve. "Hai, apa kabar?"

"Baik, Kak." Eve balas tersenyum dan mengambil tempat di sofa setelah Lala duduk terlebih dahulu dan mempersilahkanya.

"Tangan kamu gimana?"

Eve memperhatikan tangan kirinya sebentar kemudian tersenyum lebih lebar pada Lala. "Baik juga, kok. Kata dokter besok lusa udah bisa dilepas, hehe."

"Syukur, deh." Lala tersenyum lega. "Oh, iya. Tante Cindy masih di jalan, tadi aku telpon dia waktu Yori bilang ada tamu."

Senyum Eve berubah canggung, ia jadi merasa tidak enak. "Maaf ngerepotin, Kak."

"Ah, santai aja." Lala masih setia dengan senyumnya, kali ini sampai mataya melakukan gerakan serupa. "Omong-omong, kamu jauh-jauh ke sini ada apa?"

"Ada yang mau aku omongin sama, erm, Tante Cindy, sama Yori juga. Om Jino sekalian kalau bisa."

"Om Jino lagi di Jepang." kata Lala memberitahu.

EveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang