10. Love

1.6K 146 13
                                    

Eve menerjap pelan, matanya menatap kosong ke atas, berusaha menikmati hening di tengah gelak tawa tak tahu malu yang Ariel suarakan. Eve membuang napas lalu melirik Ariel malas, alih-alih belajar kakaknya itu malah asyik menelpon teman satu kampusnya. Kalau Eve tidak salah dengar, namanya Tasya.

"Ci Eril," panggil Eve kalem.

Ariel yang memunggunginya melirik sekilas. "Oh, iya. Besok lo ke rumah gue aja, Pun. Lo doyan makan, kan? Sabi lah, daripada malam tahun baru lo menyedihkan. Ehe. Oke, dateng beneran ye, bye." Ariel menyimpan ponselnya di meja lalu mendorong kursi putar sampai ke dekat kasur. "Kenapa?"

Eve tersenyum bangga. "Gue udah pikirin semua."

"Pikirin apa?"

"Soal acara malam tahun baru sama tetangga." Eve menaikturunkan alisnya genit, Ariel seketika mengernyit waspada, perasaannya tidak enak. "Jadi, gue dari kemarin-kemarin, tuh, udah search di internet. Menurut gue, nih, malam tahun baru kan spesial, kenapa lo nggak ungkapin cinta ke Kak Amel aja? Daripada lo cuma ngelamun sambil kipas-kipas jagung bakar?"

"Ck, gue pikir serius." Ariel berdecak malas. Ia sudah berdiri ketika Eve kembali menariknya duduk.

"Serius ini." wajah Eve tampak seperti sedang menahan sesuatu. "Emang sampai kapan lo mau gantungin Kak Amel? Dia udah tahu kalo lo suka sama dia, dia sekarang nunggu keseriusan lo, Cii. Gemes, deh."

Mata Ariel melebar kaget. "S-serius dia tahu?"

Eve memundurkan wajah takut melihat ekspresi Ariel. "Santai kali matanya."

Ariel menepuk kening sambil mendesis bingung dan bersandar lemas di kursi putarnya. "Duh, pantesan. Gue pikir ada yang aneh sama gue sampai Amel ngelihatin gue segitunya." Ariel kembali duduk, sedikit condong pada Eve untuk berbisik. "Sejak kapan dia tahu? Lo tahu dari mana kalo dia tahu gue suka sama dia?"

"Waktu Kak Amel sama Kak Erika ke sini itu, pas aku abis kecelakaan. Waktu lo nganterin Kak Erika ke depan, Kak Amel bilang ke gue."

Ariel menggigit kuku kelingkingnya cemas. "Jadi, kalo gue ungkapin ke dia, menurut lo, berapa persentase perasaan gue bakal dibalas?"

Eve mengendik tak acuh. "Lihat aja persentase baterai HP lo. Kata Nanda gitu."

Ariel berdecak malas lagi. Ia beranjak keluar, tapi setelah menutup pintu, ia menunduk. Ibu jarinya pelan-pelan mekan tombol power ponselnya, kemudian matanya segera menutup rapat dan wajahnya memerah. 82%. Gila saja Ariel percaya dengan omong kosong Eve. Tapi sekarang perasaannya jadi menggebu. Dan... bagaimana kalau teori konyol itu benar?

Eve kembali berbaring setelah Ariel keluar. Ia memejamkan mata dan membuang napas kasar.

Beberapa hari lalu, Eve berjanji pada dirinya sendiri untuk tak akan membohongi Ariel lagi, tapi sekarang ia terpaksa melakukannya.

Amel tak pernah mengatakan apapun pada Eve soal Ariel ataupun perasaannya. Tadi hanyalah bualan agar Ariel cepat-cepat memantapkan pilihannya pada Amel. Eve terpaksa melakukan itu demi kebaikan Ariel, dan agar perasaannya tidak terluka.

Eve tersenyum getir, maaf.

•••

Malam tahun baru, hari di mana orang-orang menikmati akhir tahun dengan bersenang-senang bersama. Suara lesatan kembang api sesekali terdengar bersisian dengan musik santai yang diputar di halaman belakang rumah. Sudah ada banyak orang ketika Eve memutuskan untuk keluar dan menyapa mereka.

Eve baru saja menjahili Muthe ketika ia tak sengaja melihat Ariel duduk melamum sambil mengipas jagung bakar. Eve mengernyit, demi apa Ci Ariel bener-bener kipasin jagung bakar? lalu memutuskan untuk menghampirinya.

EveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang