Part 3 : More Close to Christina

941 108 11
                                    

Happy Reading😘

Mungkin banyak orang yang berpikir, jika tempat tinggal makhluk immortal akan berupa gubuk tua nan kumuh, atau mereka hidup bebas di hutan menuruti sebagian jiwa hewan mereka.

Tapi itu tidak, kehidupan jaman sekarang yang serba modern, akan aneh jika seseorang memiliki kehidupan kuno dan kolot, mereka bisa saja menjadi tertuduh akan segala kejahatan.

Seperti keluarga Lynch, selama hidup ratusan tahun tanpa mengalami penuaan, mereka tidak pernah mengalami kekurangan dalam segi materi.

Mungkin bagi beberapa orang yang melihat seluruh wajah-wajah keluarga Lynch akan terkejut. Baik orang tua, kakek nenek, anak termuda, memiliki wajah muda yang masih cantik dan tampan, mereka terlihat memiliki umur yang sama.

Suara gelas saling berdenting memecah kesunyian dalam ruang makan keluarga Lynch.

"Bersulang," vokal dingin dari beberapa orang itu, terdengar layaknya pesta mayat hidup.

Darren menyesap cairan merah pekat nan kental itu pelan, menikmati setiap tetes rasa manis oleh indra pengecapnya.

Sangat lezat.

Entah mengapa, para manusia tak dapat merasakan rasa manis dari minuman itu. Tentu saja, karena itu adalah darah.

Darah manusia.

"Bagaimana sekolahmu, Darren?" tanya pria paruh baya yang duduk ditengah meja makan paling ujung.

"Seperti biasa," jawab Darren seraya menyuapkan daging manusia mentah kedalam mulutnya.

Sang ayah Elixir tiba-tjba mengernyitkan dahi, hidungnya mendapati aroma asing dari tubuh putranya, aroma petrichor dengan sedikit ekstrak citrus.

"Kau sudah menemukan mate-mu?" tanya Elixir.

Darren terdiam, kedua tangan yang memegang garpu dan pisau ditaruh disamping piring. Perlahan senyum tipis terulas di bibir pucatnya.

"Ya, she's nerd at my school," jawab Darren.

"Did you kiss her?" Elixir penasan.

"Sure, dia manis," jawab Darren singkat, seperti tak terganggu dengan topik yang dinilai sensitif tersebut.

Ruangan itu kembali hening tanpa sepatah kata pun. Sampai akhirnya Darren mengakhiri acara 'makannya' dan beranjak dari kursi menuju kamar.

🍃🍃🍃

'Cklek'

Pintu kamar Darren telah tertutup sempurna, dengan beberapa kunci kombinasi yang ia buat sendiri dan hanya dapat dibuka olehnya.

Kamar bernuansa hitam-putih tersebut terkesan hening dan suram, hanya terdengar setiap detik suara detak jam mengiringi. Seperti kamar anak SMA pada umumnya, terdapat satu ranjang berukuran king size, meja belajar, rak buku berisi koleksi novel dan buku sains, juga beberapa alat gym.

Darren kemudian menghampiri rak buku, memilahnya satu persatu, menghayati setiap judul yang tertera, dan sampailah ia pada buku berjudul 'Selene & Endymion'.

Ia menekan pelan buku tersebut lumayan dalam, tak lama setelah itu, rak buku tersebut bergeser kearah kiri, menampakkan pintu besi yang terdapat kunci elektronik pada bagian tengah yang dapat terbuka hanya dengan iris mata serta sidik jari sang pemilik asli.

Darren mendekatkan kedua iris matanya pada scanner, hologram biru keluar dari alat tersebut menganalisis kedua iris matanya, tangan kanannya ditaruh pada bidang kotak kecil seukuran tangan orang dewasa.

Two OwnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang