Part 16 : Alpha Rut

354 29 2
                                    

Ada unsur NC🔞 dikit.

Untuk dedek yang masih kecil, boleh skip aja.

.
.

-It is impossible for a selfish person to find real happiness-
.
.
.

Happy Reading😘

Keadaan Luke hari ini terlihat kurang sehat—setiap inci dari kulit tubuhnya memerah seolah terbakar, demamnya melebihi batas normal manusia biasa, sejak istirahat pertama remaja lelaki itu mengeluh pusing yang teramat sangat.

Saat ini sudah istirahat kedua dan demam Luke bertambah parah, seluruh teman sekelasnya telah keluar menuju kantin.

"Apa kau yakin tidak mau ke uks saja?" tanya Christina khawatir, se-menyebalkan apapun Luke, ia tidak bisa membiarkan kawan sebangkunya mengatasi rasa sakitnya sendiri.

Jemari Christina hampir menyentuh pundak Luke untuk membantu remaja lelaki itu berdiri— namun niat baiknya malah di tepis kasar. Bahkan gadis itu hampir terjatuh dari kursi, apabila Darren yang berada di samping bangku tidak menangkapnya.

"Christina, duduklah di samping ku, ini demi kebaikanmu."

"Tapi Luke bagaimana?"

Julius yang datang dari pintu masuk kelas tiba-tiba menyela, "Luke akan mengalami masa Rut, aku yakin kau tidak mau mengorbankan keperawananmu demi memuaskan hawa nafsunya bukan?"

Christina sontak mundur dan berlindung di balik tubuh Darren.

"Apakah Warlock sepertimu ingin bunuh diri? Keberadaan satu anjing tak masalah, tapi—Penyihir? Kau benar-benar bosan hidup." sindir Darren, sementara itu Julius malah menyungging senyum ramah yang entah mengapa terlihat menyeramkan di mata awam Christina.

Julius kemudian membantu Luke untuk bangkit dan membawanya ke tempat yang jauh dari entitas Christina—karena aroma feromon gadis itu akan semakin merangsang siklus Rut-nya.

"Oh, aku lupa satu hal— aku harap kau semakin waspada," jeda, "karena seseorang mungkin menginginkan kematianmu."

🍃🍃🍃

Tingkah Darren hari ini tidak se-agresif biasanya, sejak ia keluar dari gerbang sekolah hingga memaksanya masuk ke dalam mobil dan mengantarnya ke kafe— pria itu sama sekali tak melepas genggaman tangan serta pandangannya pada Christina.

Apabila sentuhan tangan dingin itu biasanya penuh akan afeksi lembut nan sensual—saat ini Christina dapat merasakan genggaman Darren pada tangannya sangat kuat, seakan tak membiarkan entitas gadis itu jauh atau menghilang dari pandangannya.

"Lepaskan aku Darren, aku harus pulang."

Bukannya menjauh, Darren malah mengungkung Christina diantara bangku penumpang dengan tubuh besarnya, "Bolehkah aku menginap? Aku sangat khawatir padamu."

"Aku tak ingin mengambil resiko."

"Aku berjanji tidak akan melakukan apapun— aku tau jika dulu aku seorang stalker bejat, tapi kumohon ijinkan aku menginap malam ini."

Two OwnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang